Industri mobil nasional dinilai tak butuh insentif untuk sementara karena permintaan sudah cederung kuat dan stabil, kecuali untuk mobil listrik. Pada saat yang sama, produsen terbesar belum akan fokus ke mobil listrik.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Industri mobil nasional sementara ini dinilai tak membutuhkan insentif karena permintaan sudah cenderung kuat dan stabil, kecuali untuk mobil listrik yang harganya masih relatif mahal. Pada saat yang sama, dua produsen mobil terbesar masih akan berfokus memproduksi mobil berbahan bakar minyak.
Pengamat otomotifBebin Djuana, Rabu (26/4/2023), mengatakan pelaku industri otomotif dan pemerintah kini hanya perlu menjaga momentum kuatnya permintaan mobil baru setelah dua tahun pemberlakuan insentif berupa pajak penjualan barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM) pada 2021-2022.
“Permintaan sudah menunjukkan tanda positif, jadi jangan terganggu suplai. Sisi penunjang dari sektor keuangan juga sudah cukup menjamin kesinambungan bisnis otomotif. Dengan kata lain, dukungan subsidi pemerintah tidak lagi diperlukan,” kata Bebin yang pernah menjabat Marketing Vice President PT Hyundai Mobil Indonesia antara 2011-2014.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang 2022, penjualan mobil secara grosir, yaitu dari pabrik ke gerai penjualan (dealer), mencapai 1,04 juta unit atau naik 18,1 persen dari tahun sebelumnya. Secara ritel atau dari dealer ke konsumen, penjualan mencapai 1,01 juta unit atau naik 17,4 persen secara tahunan.
Penyaluran pembiayaan pembelian mobil pun cenderung meningkat. PT BCA Finance, misalnya, menyalurkan kredit kendaraan bermotor sebesar Rp 33,13 triliun sepanjang 2022, naik 35 persen dibanding 2021. Roni Haslim, Presiden Direktur BCA Finance, menyebutkan keberanian orang untuk membeli mobil sudah meningkat dan momentum ini perlu dijaga.
Sementara itu, PT Clipan Finance Indoneisa Tbk menyalurkan sekitar Rp 7 triliun untuk pembiayaan mobil pada 2022, melampaui target Rp 6 triliun. Harjanto Tjitohardjojo, direktur utama perusahaan itu, optimistis pembiayaan akan terus tumbuh karena tingkat bunga pinjaman masih terjangkau. Pada Februari dan Maret 2023, Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga acuan BI-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, insentif akan mendorong permintaan mobil listrik. Hingga 2030, kendaraan listrik bisa membentuk 5-11 persen dari kendaraan baru yang terjual. Pada periode tersebut, pemerintah menargetkan populasi mobil listrik bisa mencapai 2 juta unit.
Menurut data Gaikindo, pada 2022, penjualan mobil listrik tercatat sebanyak 15.437, baik yang berbasis baterai (BEV), hibrida (HEV), maupun hibrida plug-in (PHEV). Penjualan itu bertambah dari 3.193 unit sepanjang 2021.
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2023 yang mengatur pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk mobil dan bus listrik. Kendaraan roda empat dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 40 persen atau lebih dapat dibeli dengan PPN 1 persen saja, sementara yang TKDN-nya 20-40 persen hanya 6 persen. Peraturan ini berlaku April-Desember 2023.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier berharap minat masyarakat bermobil listrik akan meningkat. Hingga akhir 2023, populasi mobil listrik akan mencapai 35.862 unit, sedangkan bus 138 unit.
Meski demikian, Fabby menilai mobil listrik belum akan menggeser mobil berbahan bakar minyak. “Orang beli mobil listrik untuk mobil kedua atau ketiga, bukan yang utama. Itu, kan, untuk gaya hidup aja. Mereka pasti punya kendaraan yang lebih fungsional,” kata dia.
Model eksisting
Sementara itu, produsen mobil Toyota dan Daihatsu yang menguasai sekitar 51 persen pangsa pasar mobil nasional, masih akan berfokus lebih banyak pada mobil berbahan bakar minyak. Marketing and Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation, Hendrayadi Lastiyoso, mengatakan, pihaknya akan fokus pada kebutuhan pasar.
“Di tahun 2023 ini, Daihatsu masih fokus pada penjualan model-model yang dibutuhkan pasar, yaitu dengan menawarkan model-model eksisting saat ini. Kami berupaya memberikan program penjualan yang menarik dan terjangkau serta layanan purnajual yang berkualitas,” kata dia.
Selama triwulan I-2023, Daihatsu menguasai 21,22 persen pasar mobil nasional. Hingga akhir tahun, kata Hendrayadi, pihaknya akan berfokus mempertahankan kue penjualan minimal 18 persen sekaligus posisi nomor dua di pasar otomotif nasional selama 15 tahun berturut-turut.
Posisi pertama kini masih dipegang oleh Toyota yang diproduksi PT Toyota-Astra Motor (TAM) dengan porsi penjualan sebesar 29,8 persen. Head of Media Relation PT TAM Dimas Ibrahim Saleh Aska mengatakan pihaknya tidak menetapkan target penjualan secara spesifik, tetapi akan terus meningkatkan capaiannya.
Kendati demikian, PT TAM tidak akan berpindah fokus ke mobil listrik. “Tahun ini akan banyak kejutan yang kita persiapkan, termasuk memperluas jangkauan pilihan model elektrifikasi agar semakin banyak yang ikut berkontribusi menurunkan emisi,” kata Dimas.