Perputaran Uang Lebaran di Daerah Diprediksi Rp 92,25 Triliun
Jumlah pemudik yang melonjak signifikan diperkirakan mendongkrak nilai uang yang berputar pada momentum libur Lebaran tahun ini. Nilainya ditaksir Rp 92,25 triliun dan diharapkan turut mendongkrak perekonomian di daerah.
JAKARTA, KOMPAS — Nilai uang yang dibawa pemudik dari kota ke daerah tujuan mudik diperkirakan mencapai Rp 92,25 triliun. Keberadaannya diharapkan bisa memutar ekonomi berbagai sektor di daerah, mulai dari transportasi, akomodasi, hingga usaha mikro kecil menengah.
Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sarman Simanjorang mengatakan, perputaran uang di daerah selama periode liburan Lebaran 2023 diperkirakan mencapai Rp 92,25 triliun.
Ia menjelaskan, perhitungan ini berasal dari jumlah pemudik dikalikan asumsi rata-rata pengeluaran mereka. Mengutip data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik tahun ini sebanyak 123,8 juta orang atau meningkat 44,79 persen dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 85,5 juta orang.
Jumlah pemudik yang sebanyak 123,8 juta orang tersebut kira-kira setara dengan 30.752.000 keluarga. Setiap keluarga diasumsikan menghabiskan uang rata-rata Rp 3 juta sehingga perkaliannya dengan jumlah keluarga akan menghasilkan angka Rp 92,25 triliun.
Baca juga: Tingkat Okupansi Kamar Hotel Berangsur Pulih kendati Belum Merata
Sarman menambahkan, uang itu akan menyebar di sektor transportasi, baik darat, kereta, laut, maupun udara. Selain itu, juga di sektor akomodasi seperti hotel/penginapan, restoran, kafe, dan lain-lain. Tak hanya itu, sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM), seperti warung hingga penjual suvenir daerah, juga akan menikmati kenaikan omzet.
”Dengan jumlah pemudik yang demikian besar maka dipastikan ekonomi daerah yang menjadi tujuan mudik akan bergairah dan mengalami pertumbuhan yang signifikan,” ujar Sarman, Minggu (23/4/2023).
Perputaran uang itu akan lintas pulau, provinsi, kabupaten, dan kota. Tak hanya dinikmati di Pulau Jawa, tetapi juga hampir ke seluruh wilayah Indonesia mulai dari bagian barat, tengah, hingga timur.
Dominasi perputaran uang itu akan tersebar di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan wilayah Jabodetabek. Sebab, pemudik tujuan daerah-daerah ini sebanyak 62,5 persen dari total pemudik. Sisanya akan tersebar ke Sumatera, Kalimantan, Bali/Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua.
Sarman mengatakan, periode mudik Lebaran ini dapat jadi peluang bagi pemerintah daerah untuk menikmati kenaikan pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari pajak hotel, restoran, kafe, dan retribusi destinasi wisata.
Selain perputaran uang pemudik, beberapa daerah juga akan menikmati perputaran uang tambahan dari remitansi atau kiriman uang dari pekerja migran Indonesia dari luar negeri. Kiriman uang itu akan dikirimkan pekerja migran Indonesia kepada keluarganya di Tanah Air.
Ia menjelaskan, dengan jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri sekitar 3,2 juta orang pada 2021, dengan asumsi rata-rata mereka mengirimkan Rp 5 juta, maka jumlah remitansi yang diperkirakan mencapai Rp 16 triliun. Tambahan kiriman uang dari luar negeri ini terjadi sejumlah daerah yang menjadi kantong tempat asal pekerja migran Indonesia, antara lain, Sumatera Utara, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, NTB, dan NTT.
Baca juga: Kisah Pelaku Wisata, Bertahan Hidup dengan Sisa Tabungan atau Berutang
Pertumbuhan ekonomi
Sarman menambahkan, di tengah tekanan ketidakpastian ekonomi global, momentum libur Lebaran kali ini sangat pas untuk turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam negeri. ”Harapannya perputaran uang pada periode ini bisa turut mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen pada triwulan pertama tahun ini,” ujar Sarman.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida S Budiman menjelaskan, pada periode hari besar keagamaan nasional (HBKN) atau Lebaran kali ini, yakni pada 27 Maret 2023 sampai 19 April 2023, pihaknya menyediakan uang tunai sebesar Rp 195 triliun.
Jumlah ini meningkat 8,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah tersebut, lanjut Aida, sampai dengan 17 April, sebanyak Rp 157,96 triliun atau 81 persen sudah terserap di masyarakat.
Ia menambahkan, jumlah uang tunai yang disiapkan BI masih cukup sehingga belum diperlukan tambahan penyediaan uang tunai. Namun, sekiranya terjadi lonjakan kebutuhan, pihaknya siap untuk menambahkan uang tunai.
Aida menambahkan, momentum HBKN Lebaran selalu jadi stimulus pertumbuhan ekonomi. Sebab, ada lonjakan permintaan masyarakat yang sejalan dengan peningkatan aktivitas produksi atau penawaran dari dunia usaha. Begitu pula dengan gelontoran tunjangan hari raya (THR) dari pemberi kerja juga turut merangsang belanja masyarakat. ”Semua faktor ini membuat HBKN Lebaran selalu jadi momentum yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Aida.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, perputaran uang dalam perekonomian ibarat darah dalam tubuh manusia. Semakin baik darah mengalir tubuh pun terasa bugar, begitu pula dengan makin banyak perputaran uang, kian bergairah dorongan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada periode bulan Ramadhan, secara historis tercatat siklus lonjakan agregat permintaan masyarakat dan produksi dari dunia usaha. Ini terjadi di berbagai sektor barang konsumsi mulai dari makanan-minuman, tekstil produk tekstil, furnitur, barang elektronik, transportasi, akomodasi, hingga energi.
”Maka tidak heran momentum bulan Ramadhan ini selalu jadi motor penggerak tambahan pertumbuhan ekonomi,” ujar Asmo.
Ia menjelaskan, periode bulan Ramadhan akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan pertama dan kedua. Sebab, periode bulan Ramadhan dimulai akhir Maret yang berada di pengujung triwulan pertama dan berakhir di akhir April yang jadi bagian triwulan kedua.
Baca juga: Kunjungan Wisatawan Capai Jumlah Tertinggi sejak Pandemi
Barang konsumsi
Peningkatan belanja pada periode bulan Ramadhan dicatat salah satu perusahaan penyedia jasa beli sekarang bayar nanti (buy now pay later) secara digital Kredivo. Lonjakan permintaan bahkan sudah tercatat pada saat dua pekan menjelang hari Lebaran.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan total nilai transaksi Kredivo sebanyak 14 persen selama dua minggu pertama Ramadan 2023 dibandingkan dua minggu sebelum Ramadhan. Angka itu diprediksi akan terus meningkat hingga Lebaran 2023.
Adapun kategori barang yang jadi pilihan konsumen untuk dibiayai dengan fitur paylater, antara lain, barang perabotan rumah, furnitur, dan barang elektronik. Selain itu, konsumen juga menggunakan fitur pembayaran ini untuk transaksi untuk keperluan travel.
Vice President Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, tahun ini menjadi kali pertama masyarakat bisa merayakannya tanpa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak 2020. Hal ini mendorong tren belanja masyarakat pada periode kali bulan Ramadhan kali ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kenaikan permintaan masyarakat akan barang konsumsi pada periode bulan Ramadhan juga diyakini oleh perusahaan pembiayaan Home Credit Indonesia. VP Brand & Marketing Strategy Home Credit Indonesia Martha Grashiana mengatakan, mengutip Studi Perilaku Konsumen yang dibuat oleh tim Market Research Home Credit Indonesia menyebutkan, pakaian dan aksesoris fashion sebagai barang yang dibeli di bulan Ramadhan dengan persentase 43 persen.
Menyusul setelahnya ada gawai dan aksesori di peringkat kedua barang yang paling sering dibeli dengan persentase 34 persen. Setelah itu, ada barang elektronik rumah tangga dengan persentase 27 persen, furnitur dengan persentase 16 persen, bingkisan (hampers dan parsel) sebesar 14 persen, dan dekorasi rumah sebesar 13 persen.
Survei dilakukan pada 1.322 responden pelanggan Home Credit Indonesia yang mengisi kuisioner secara sukarela melalui aplikasi My Home Credit. Adapun survei dilakukan pada 10-13 Februari 2023. Sebagai catatan tambahan, responden bisa mengisi lebih dari satu jawaban di beberapa pertanyaan dalam kuisioner. ”Secara historis periode bulan Ramadhan selalu mendorong belanja di masyarakat. Ini juga diharapkan merangsang pertumbuhan ekonomi,” ujar Martha.
Baca juga: Festival Investasi Lebaran