Tingkat Okupansi Kamar Hotel Berangsur Pulih kendati Belum Merata
Selain cuti bersama Lebaran, industri perhotelan di Indonesia berharap momen liburan anak sekolah dan Natal 2023 bisa membantu pemulihan okupansi secara optimal dari dampak pandemi Covid-19.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat penghunian kamar hotel berangsur-angsur pulih setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19. Namun, hal ini belum mampu menutup kerugian yang dialami oleh industri perhotelan ketika pandemi.
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat penghunian kamar (TPK) di hotel bintang pada Februari 2019 tercatat 52,44 persen, lalu turun menjadi 49,22 persen pada Februari 2020. Kemudian, TPK kembali turun menjadi 32,40 persen pada Februari 2021. Selanjutnya, pada Februari 2022, TPK merangkak naik menjadi 38,54 persen.
Pada Februari 2023, TPK di hotel bintang mencapai 47,83 persen, naik 9,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan naik 2,97 persen dibandingkan Januari 2023. Rata-rata lama tamu menginap di hotel berbintang belum berubah dibandingkan tahun lalu, yaitu mencapai 1,63 hari.
Sementara TPK di hotel nonbintang pada Februari 2023 tercatat 22,67 persen, naik 1,26 persen dibandingkan tahun lalu. TPK hotel nonbintang pada Februari mengalami peningkatan 0,53 persen dibanding bulan sebelumnya.
”Jika ditelaah, hanya dua pulau yang okupansinya benar-benar sudah pulih seperti sebelumnya, yaitu Jawa dan Kalimantan. Daerah lain belum. Pendapatan industri perhotelan secara nasional belum bisa dikatakan pulih seutuhnya dan hal ini bisa dilihat dari restrukturisasi kredit perhotelan yang terus diperpanjang oleh pemerintah,” ujar Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Maulana Yusran, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/4/2023).
Cuti bersama pada momen Lebaran, yakni 19-25 April 2023, mendorong keterisian kamar hotel. Untuk beberapa kota destinasi pariwisata, seperti Yogyakarta, Malang, dan Cirebon, PHRI memperkirakan, TPK di kabupaten/kota tersebut bisa 75–100 persen. Puncak okupansi diprediksi hanya tiga hari, yaitu mulai 22 April 2023.
Pencapaian itu akan membantu menyempurnakan penurunan yang terjadi pada saat Ramadhan 2023. Apalagi, pemerintah sempat mengeluarkan larangan buka bersama di hotel bagi instansi pemerintah.
Industri perhotelan masih membutuhkan dua peak season (puncak musim) untuk mengetahui apakah TPK sepanjang 2023 bisa menyamai atau melebihi tahun 2019 atau sebelum pandemi. Kedua peak season itu adalah musim libur anak sekolah dan libur Natal.
”Pada saat peak season, harga kamar hotel bisa tinggi sehingga kami biasanya untung. Kami juga berharap, pada semester II terdapat banyak agenda pemerintah dan acara bisnis sehingga membantu mendongkrak pendapatan, terutama bagi hotel-hotel di daerah yang selama ini memang mengandalkan dua agenda itu (bukan daerah destinasi wisata senang-senang/leisure),” kata Maulana.
Dengan kondisi pemulihan yang belum optimal dan tidak merata, investasi hotel baru juga akan berdampak. Maulana mengatakan, peluang investasi baru kemungkinan akan relatif menyasar ke daerah yang TPK sudah lebih dulu pulih, misalnya di Pulau Jawa.
Country Operation Head OYO Indonesia Hendro Tan menyebut Pemerintah Indonesia telah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 3,5-7,4 juta kunjungan pada 2023. Pemerintah juga telah menetapkan target pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 1,2–1,4 miliar pergerakan. Target ini sejalan dengan pencabutan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) seiring meredanya kasus Covid-19.
Warga semakin antusias untuk kembali melakukan perjalanan wisata. Hanya saja, dia mengamati tren perilaku wisatawan sekarang cenderung ingin mencari akomodasi yang nyaman, bersih, dan mampu memberikan tambahan aktivitas. Tren ini akan mendorong permintaan akomodasi yang bersifat premium.
Sejauh ini, OYO telah membuka akomodasi premium bernama Townhouse Oak Series Signature Sanur (Bali) dan Townhouse Oak Fiducia Serpong (Tangerang Selatan). Kedua lokasi dianggap strategis.
”Keberadaan akomodasi Townhouse Oak Fiducia Serpong utamanya untuk memenuhi kebutuhan segmen wisatawan bisnis yang terus berkembang,” ujar Hendro.