Ekonomi RI Diperkirakan Melambat Tahun Ini gegara Ekspor
Tekanan global yang masih terjadi tahun ini diperkirakan akan memangkas pertumbuhan ekspor Indonesia. Kendati begitu, ekonomi RI masih tumbuh kuat lantaran ditopang konsumsi rumah tangga yang kembali normal.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Pembangunan Asia memperkirakan perekonomian Indonesia tahun ini akan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu terutama disebabkan oleh terpangkasnya pertumbuhan ekspor akibat penurunan harga komoditas dan permintaan dari sejumlah negara.
Dalam laporan Pandangan Pembangunan Asia (ADO) April 2023 yang dirilis pada Selasa (4/4/2023), Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan, ekonomi Indonesia pada 2023 dan 2024 masing-masing akan tumbuh 4,8 persen dan 5 persen. Angka proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada 2023 yang mencapai 5,31 persen.
Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga mengatakan, kenaikan harga komoditas ekspor telah mendorong ekonomi RI tumbuh 5,31 persen pada tahun lalu. Kinerja ekspor yang apik itu menggantikan permintaan dalam negeri yang lemah.
Akan tetapi, pada tahun ini, tekanan global yang masih terjadi diperkirakan akan memangkas pertumbuhan ekspor Indonesia. Kendati demikian, ekonomi RI masih tumbuh kuat lantaran ditopang konsumsi rumah tangga yang kembali normal. ”Inflasi juga diperkirakan turun. Adapun investasi belum akan menguat karena dunia usaha masih menunggu dan melihat situasi,” kata Tominaga.
Pada tahun ini, tekanan global yang masih terjadi diperkirakan akan memangkas pertumbuhan ekspor Indonesia. Kendati demikian, ekonomi RI masih ditopang dengan konsumsi rumah tangga yang kembali normal.
Dalam laporan itu, ADB memperkirakan pertumbuhan ekspor Indonesia turun menjadi 8 persen dalam neraca pendapatan setelah pada tahun lalu tumbuh 14,93 persen. Kinerja ekspor Indonesia itu akan tumbuh lebih bagus lagi jika ekonomi China, sebagai mitra dagang utama semakin menggeliat. Ekonomi China diperkirakan tumbuh 5 persen pada 2023 dan 4,5 persen pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan 2022 yang sebesar 3 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai ekspor Indonesia terus menurun enam bulan terakhir, yakni mulai September 2022 hingga Februari 2023. Nilai ekspor RI pada September 2023 tercatat 24,8 miliar dollar AS dan pada Februari 2023 merosot menjadi 21,4 miliar dollar AS.
Adapun tingkat inflasi Indonesia pada 2023 dan 2024 diperkirakan masing-masing 4,2 persen dan 3 persen. Sementara konsumsi rumah tangga dan investasi sama-sama diperkirakan tumbuh 5 persen pada 2023.
ADB juga memberikan sejumlah catatan yang perlu diperhatikan Indonesia. Dalam jangka menengah dan panjang, Indonesia perlu memperhatikan hilangnya pendapatan para pekerja dan pembelajaran siswa selama pandemi Covid-19 dapat mengurangi potensi pertumbuhan.
Selain itu, sebagian besar indikator ketenagakerjaan penting memang telah membaik, tetapi masih belum kembali ke tingkat sebelum pandemi. Hal itu termasuk tingkat kemiskinan, pengangguran, dan upah riil. Tingkat kemiskinan, misalnya, turun menjadi 9,6 persen pada September 2022 dari 9,7 persen pada September 2021.
Pada periode sama, tingkat pengangguran juga turun dari 6,5 persen menjadi 5,9 persen. Namun, tingkat kemiskinan dan pengangguran itu masih di atas sebelum pandemi atau tahun 2019, yakni masing-masing 9,2 persen dan 5,2 persen.
Kementerian Perdagangan berupaya melakukan sejumlah upaya untuk menjaga ekspor tidak turun signifikan pada tahun ini. Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor nonmigas pada tahun 2023 bisa mencapai 289,76 miliar dollar AS atau lebih tinggi dari realisasi ekspor nonmigas sepanjang 2022 yang tercatat 275,96 miliar dollar AS.
Beberapa hal yang dilakukan, antara lain, mendorong peningkatan kerja sama perdagangan sejumlah negara dan mengikuti pameran perdagangan internasional di sejumlah negara. Dengan India, misalnya, RI berencana merealisasikan target perdagangan kedua negara sebesar 50 miliar dollar AS.
”Indonesia terus mendorong India untuk membuat perjanjian tarif preferensial (PTA) untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara menjadi 50 miliar dollar AS pada 2025,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Target perdagangan kedua negara itu disepakati bersama oleh Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri India Narendra Modi pada 2019. Hingga 2022, total perdagangan nonmigas RI-India telah mencapai 32,7 miliar dollar AS atau tumbuh 55 persen secara tahunan.
ADB memperkirakan perekonomian India pada 2023 dan 2024 masing-masing tumbuh 6,4 persen dan 6,7 persen. Faktor utama penopang pertumbuhan ekonomi India tersebut adalah permintaan domestik yang kuat.
Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor nonmigas pada 2023 bisa mencapai 289,76 miliar dollar AS atau lebih tinggi dari realisasi ekspor nonmigas sepanjang 2022 yang sebesar 275,96 miliar dollar AS.
Selain itu, RI akan terus mempromosikan produk-produk unggulan di berbagai ajang pameran dunia. Misalnya, pameran perdagangan internasional ”In-Cosmetics 2023” di Barcelona, Spanyol, pada 28-30 Maret 2023.
Dalam pameran itu, Indonesia berhasil meraup potensi transaksi sebesar 11,8 juta dollar AS. Potensi transaksi itu mencakup bahan baku kosmetik seperti minyak nilam, pala, asam lemak berbasis sawit, serta rumput laut dan turunannya.
”Kami juga mendulang potensi kerja sama berbentuk waralaba, agen penjualan, dan investasi,” kata Atase Perdagangan Indonesia di Madrid, Prabhata Ganendra, melalui siaran pers di Jakarta.
Kementerian Perdagangan mencatat, Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan terhadap Spanyol sebesar 1,6 miliar dollar AS pada 2022. Ekspor nonmigas Indonesia ke negara tersebut pada 2022 sebesar 2,29 miliar dollar AS, sedangkan impornya 584 juta dollar AS.