RI Dorong Kolaborasi untuk Wujudkan Pelabuhan Berskala Dunia
Pemerintah mendorong pelabuhan logistik berskala dunia di Indonesia. Kolaborasi lintas negara diperlukan untuk mewujudkan kawasan sebagai simpul kekuatan logistik dunia.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mendorong kolaborasi empat negara ASEAN, yakni Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina East ASEAN Growth Area atau BIMP-EAGA, untuk mengembangkan pelabuhan logistik berskala dunia. Adapun Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta dan Patimban di Subang, Jawa Barat, dinilai bisa saling melengkapi untuk menjadi pelabuhan utama atau hub internasional.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai, sektor maritim merupakan urat nadi pertumbuhan ekonomi. BIMP EAGA yang dibentuk pada 1994 memiliki tujuan, di antaranya, menciptakan konektivitas yang lebih baik antarnegara. Kerja sama Indonesia dan Malaysia di antaranya diwujudkan dengan membangun kapal ro-ro yang lebih baik untuk rute Dumai-Malaka. Sementara Indonesia dan Filipina membangun kapal ro-ro (roll on roll off) untuk rute Sulawesi Utara-Davao.
BIMP-EAGA membawa mandat dari ASEAN agar empat negara kawasan itu berkolaborasi mengembangkan pelabuhan-pelabuhan untuk menjadi kekuatan logistik dunia serta mengatasi persoalan-persoalan logistik. Posisi Indonesia dinilai strategis di tengah pusaran logistik Eropa dan China. Indonesia berkomitmen untuk mendorong konektivitas yang lebih efektif dan efisien.
”Tanpa kolaborasi, persoalan logistik tidak bisa diselesaikan. Wilayah empat negara (BIMP-EAGA) sangat berdekatan sehingga dapat dilakukan aksi nyata melalui kolaborasi,” kata Budi Karya dalam Pameran dan Konferensi BIMP-EAGA Maritime 2023 yang diselenggarakan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo di Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Konferensi dan pameran yang berlangsung pada 21-23 Februari 2023 itu diikuti di antaranya 25 pelaku bisnis internasional di bidang transportasi dan logistik.
Budi Karya menambahkan, penggabungan atau merger Pelindo dinilai merupakan bagian dari efisiensi pelabuhan serta bertujuan mewujudkan pelabuhan utama (hub). Pelindo perlu memilih beberapa lokasi hub untuk logistik mancanegara. Dengan demikian, pelabuhan di Indonesia bukan hanya sebagai pelabuhan pendukung (feeder), melainkan juga sebagai hub.
Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Patimban dapat menjadi satu hub dengan pembagian peran logistik. Pelabuhan Patimban, misalnya, untuk mengangkut logistik industri mobil.
”Indonesia memiliki banyak pelabuhan-pelabuhan yang menguntungkan, tetapi sekaligus membuat kita harus meningkatkan daya saing. (Pelabuhan) Hub akan membuat efisiensi lebih tinggi,” ujar Budi.
Presiden Direktur PT Pelindo, Arif Suhartono, mengemukakan, Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta akan menjadi hub domestik untuk konsolidasi kargo-kargo internasional. Pengiriman kargo tujuan internasional dari Jakarta, Semarang, dan Surabaya harus dikonsolidasi di Jakarta. Pihaknya juga membuka pembentukan hub logistik melalui kerja sama atau usaha patungan dengan pihak ketiga.
”Tentunya tidak semuanya (kargo) ke situ (Pelabuhan Tanjung Priok), tetapi minimal untuk daerah-daerah sekitar Jakarta harus dikonsolidasikan di Jakarta. Patimban-Jakarta sebagai komplementer atas kargo-kargo yang ada,” ujar Arif.
Pada 2022, Pelindo mencatatkan pertumbuhan laba 25 persen (belum diaudit). Tahun 2023, pihaknya menargetkan laba bersih sekitar Rp 4 triliun.
”Laba diharapkan tumbuh lebih tinggi daripada tahun lalu. Namun, kami melihat situasi, kan, masih volatile (bergejolak). Pandemi Covid-19 sudah beralih ke endemi, semoga (situasi) internasional juga membaik, perang Rusia-Ukraina berhenti, dan ketegangan regional mereda. Kejadian di luar memengaruhi kegiatan di Indonesia,” katanya.
Kepala Badan Logistik dan Rantai Pasok Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Akbar Djohan mengemukakan, industri logistik merupakan sektor vital yang akan menopang keberlangsungan iklim usaha di Indonesia. Daya tarik sektor ini didukung oleh pangsa pasar Indonesia yang terus berkembang dan menjanjikan.
Kerja sama BIMP-EAGA diharapkan mempercepat pertumbuhan sektor maritim di wilayah ASEAN, antara lain di pelabuhan, fasilitas, dan industri terkait. Kekayaan sumber daya alam di kawasan tersebut juga dapat mendorong destinasi atraktif dan pariwisata. BIMP-EAGA menawarkan peluang bagi negara anggota untuk menjadi penggerak perdagangan, investasi, dan pariwisata di Asia Tenggara.
Meski demikian, masih terdapat sejumlah tantangan, di antaranya keterbatasan infrastruktur terutama di wilayah terpencil, seperti minimnya transportasi, komunikasi, dan listrik. Akibatnya, industri sulit berkembang di wilayah-wilayah pinggiran. Kendala lain, harmonisasi kebijakan dan regulasi lintas negara belum optimal sehingga membuat perusahaan sulit beroperasi lintas negara.
Ia menambahkan, investasi infrastruktur negara-negara BIMP-EAGA perlu ditingkatkan untuk mengembangkan bisnis regional. Selain itu, dukungan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah untuk masuk ke rantai pasok global dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi di regional.
”Kami mendorong kolaborasi antarnegara anggota dan promosi strategis infrastruktur dan investasi kepada komunitas global,” kata Akbar.