Membesarnya jumlah generasi muda yang mengakses internet dan arus urbanisasi merupakan peluang bagi lokapasar untuk tetap tumbuh.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tutupnya sejumlah perusahaan penyedia lokapasar tidak lantas membuat bisnis e-dagang meredup. Masih terdapat peluang memperluas jejak perdagangan digital keluar kota metropolitan.
Principal di Kearney, Ishan Nahar, dalam pernyataan resmi yang dikutip pada Minggu (12/2/2023), di Jakarta, mengatakan, kota di luar metropolitan atau kota urban baru (tier 2-4 ) di Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 230 juta jiwa, jauh lebih besar daripada jumlah penduduk kota tier 1 yang hanya sekitar 40 juta jiwa. Populasi penduduk yang lebih besar akan dapat menciptakan basis pelanggan yang lebih luas bagi perusahaan teknologi e-dagang.
Adopsi platform e-dagang yang ada saat ini, dia nilai, masih terbatas hanya pada pemain terkemuka. Sekitar 30 persen dari 60 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memanfaatkan solusi digital untuk aktivitas bisnis ataupun perdagangan mereka.
”Para pelaku aplikasi super di bidang e-dagang sebenarnya telah membangun platform untuk UMKM. Namun, kami melihat masih terbuka peluang bagi mereka memperluas layanan ke seluruh rantai operasi UMKM. Di samping itu, kami juga mengamati masih ada ruang bagi mereka untuk membantu meningkatkan pelatihan kompetensi digital untuk pelaku UMKM,” ujar Ishan.
Dua tahun terakhir, lanskap industri e-dagang diwarnai dengan kabar sejumlah pelaku melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), pembatasan rekrutmen, pivot, ataupun sampai tutup operasional. Sebagai contoh, per 1 Desember 2022, lokapasar Elevenia resmi menutup layanannya. Kemudian, JD.ID akan resmi berhenti beroperasi pada Maret 2023.
Peneliti di Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Izzudin Al Farras Adha, saat dihubungi pada Minggu, mengatakan, industri platform digital, seperti e-dagang, menganut karakteristik pasar dua sisi. Di satu sisi, para perusahaan di dalamnya bersaing di pasar yang sama.
Di sisi yang lain, tatkala perusahaan yang kalah bersaing tumbang, perusahaan yang menang akan semakin besar bisnisnya. Perusahaan yang ”menang” bersaing akan semakin sedikit sehingga terjadilah pasar oligopoli.
”Kondisi seperti itu sudah terlihat sekarang. Beberapa perusahaan lokapasar yang unggul di pasar, antara lain, Tokopedia dan Shopee,” ujar Izzudin.
Menurut dia, sektor e-dagang secara umum masih akan tetap tumbuh, termasuk pada tahun 2023. Kendati demikian, dia memperkirakan tingkat pertumbuhannya akan lebih rendah dibandingkan selama masa pembatasan sosial karena pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan riset e-Economy SEA 2022, nilai ekonomi internet Indonesia diproyeksikan mencapai 77 miliar dollar AS pada tahun 2022 atau tumbuh 22 persen dibanding setahun sebelumnya. Laporan yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company ini memperkirakan nilai ekonomi internet Indonesia akan mencapai 130 miliar dollar AS pada 2025, terutama karena didorong oleh e-dagang.
Nilai ekonomi internet yang dimaksud dalam laporan itu diukur dari ukuran nilai barang dagangan (GMV).
Dalam laporan e-Economy SEA 2022, tingkat pertumbuhan tahunan GMV sektor e-dagang Indonesia tahun 2021 ke 2022 sebesar 22 persen. Lalu, tingkat pertumbuhan tahunan dari tahun 2022 ke 2025 diperkirakan 17 persen.
Apabila kini muncul TikTok Shop, Izzudin menilai, layanan ini memiliki kecenderungan sasaran pasar yang berbeda dengan lokapasar yang sudah ada. TikTok Shop terlihat kecenderungannya menyasar gen Z sebagai pengguna utama aplikasi TikTok.
Dengan serangkaian dinamika yang terjadi di industri e-dagang baru-baru ini, seperti PHK, tutup operasional, dan kemunculan TikTok Shop, dia memandang masih ada peluang bagi perusahaan lokapasar untuk tumbuh. Apalagi, ada tren membesarnya populasi gen Z dan milenial terkoneksi internet, kenaikan jumlah kelas menengah, dan urbanisasi di sejumlah kota.
Sementara itu, Head of Business Development and Seller Engagement Lazada Indonesia Fitri Karnadi mengatakan, Lazada tetap berkomitmen berinovasi teknologi dan strategi pemasaran. Lazada juga sudah mempunyai jaringan logistik di enam negara di Asia Tenggara. Hal ini memungkinkan terbentuknya ekosistem digital Lazada yang lebih besar.
Country Head Anchanto Indonesia (penyedia solusi perangkat lunak berbasis komputasi awan untuk e-dagang dan logistik) Vicky Hardiman memandang, pascapandemi Covid-19, pebisnis cenderung mengutamakan penjualan barang dan jasa multisaluran (omnichannel) untuk menjangkau semakin banyak pelanggan.
Tren itu juga terjadi di kalangan perusahaan di berbagai sektor industri yang biasanya mengandalkan saluran penjualan luring, seperti otomotif dan fresh grocery. Omnichannel membuat para pebisnis menginginkan operasional sehari-hari, logistik, dan manajemen pekerja berbasis teknologi digital sehingga efisien. Anchanto melayani solusi e-commerce dan logistik kepada korporasi, seperti L’Oréal, Decathlon, Fossil, NinjaVan, dan The Body Shop.