Kontrak BP di Blok Tangguh Diperpanjang hingga 2055
Kontrak eksplorasi dan pengembangan gas alam cair BP di LNG Tangguh, yang sejatinya berakhir pada 2035, diperpanjang hingga 2055. Nilai investasi baru mencapai 4,6 miliar dollar AS atau setara Rp 66 triliun.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia resmi memperpanjang kontrak kerja sama BP untuk kontrak kerja sama Blok Tangguh selama 20 tahun menjadi hingga 2055. Nilai investasi baru untuk eksplorasi dan pengembangan gas alam cair atau LNG itu senilai 4,6 miliar dollar AS atau setara Rp 66 triliun.
Penandatanganan perpanjangan kontrak kerja sama (KKS) Tangguh, yang terdiri dari KKS Berau, Muturi, dan Wiriagar, di Papua Barat itu dilakukan di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta, Jumat (23/12/2022) sore.
Hadir dalam penandatanganan tersebut antara lain Menteri ESDM Arifin Tasrif, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Dwi Soetjipto, dan BP Regional President Asia Pacific Kathy Wu.
Dwi Soetjipto mengatakan, kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) dengan BP diperpanjang antara lain untuk terus mengembangkan dukungan gas bagi pengembangan industri di Papua. Di sisi lain, perpanjangan kontrak BP di KKS Tangguh juga bagian dari komitmen pemerintah dalam mengembangkan iklim ivestasi yang kondusif.
Dalam perpanjangan kontrak tersebut, investasi senilai 4,6 miliar dollar AS atau setara Rp 66 triliun itu untuk eksplorasi dan pengembangan di KKS Tangguh. ”Investasi ini juga akan menambah penerimaan negara sebesar 5,5 miliar dollar AS atau setara Rp 80 triliun serta akan menghadirkan multiplier effect (dampak ganda) bagi perekonomian Indonesia,” ujar Dwi.
Arifin menuturkan, perpanjangan kontrak BP di KKS Tangguh sebagai upaya memanfaatkan potensi besar gas di Papua Barat. Apabila pelaksanaan eksplorasi dan pengembangan terpotong-terpotong, peluang bisa tidak termanfaatkan. Apalagi, Indonesia akan sangat memerlukan gas untuk jangka panjang.
Hal tersebut juga akan mendukung pengembangan teknologi penangkapan, penyimpanan, dan utilisasi karbon (CCS/CCUS) untuk produksi migas. ”Investasi-investasi untuk migas sekarang, saat berproduksi pasti akan mengeluarkan CO2. Sementara semua pemangku kepentingan dan perusahaan tak ingin menambah beban emisi lagi. Jadi dibarengi,” kata Arifin.
Arifin mengatakan, perpanjangan kontrak itu dilakukan sejak saat ini atau tidak 10 tahun sebelum kontrak berakhir karena BP ingin melakukan eksplorasi sejak kini. Sebab, lapangan migas baru memerlukan waktu panjang untuk mengidentifikasi hingga akhirnya nanti memproduksi.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengemukakan, jika tidak dieksplorasi sejak sekarang, produksi gas bakal turun. ”Kenapa lebih cepat dari 10 tahun (perpanjangan kontrak)? Sebab, kalau tidak sejak sekarang, nanti (produksi) gas akan jatuh 2026-2027. Sebelum 2030 sudah turun,” ujarnya.
Kathy Wu menuturkan, lewat perpanjangan kontrak tersebut, pihaknya dapat melanjutkan pekerjaan dalam membantu Indonesia menjawab kebutuhan energi. Itu antara lain dengan mempercepat kegiatan-kegiatan eksplorasi, berkontribusi terhadap pendapatan negara, dan mendukung perekonomian lokal.
”Dengan tambahan blok-blok baru kami di Indonesia juga menunjukkan kepercayaan kami kepada Pemerintah Indonesia dalam kami meneruskan investasi dan menghadirkan berbagai solusi kebutuhan energi,” kata Kathy.
Dikutip dari laman BP Indonesia, proyek Tangguh LNG di Papua Barat dimulai pada 2009 dan telah mengirimkan lebih dari 1.450 kargo ke pasar domestik dan internasional. Kedua train produksi LNG saat ini memiliki kapasitas total 7,6 juta ton LNG per tahun. Adapun train ketiga yang tengah dibangun dan diperkirakan mulai berproduksi 2023 akan meningkatkan kapasitas produksi Tangguh sebesar 50 persen.