Trade Expo Indonesia menjadi salah satu upaya pemerintah meningkatkan ekspor dan menggarap pasar internasional. Melalui pameran tersebut, Indonesia bisa memperluas pasar sekaligus mendatangkan investasi.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Trade Expo Indonesia 2022 yang digelar Kementerian Perdagangan secara hibrida berhasil membukukan transaksi sebesar 15,83 miliar dollar AS atau Rp 246,96 triliun. China, India, Jepang, Mesir, dan Filipina menyumbang transaksi terbesar pada pameran perdagangan tingkat internasional tersebut.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi, Kamis (22/12/2022), mengatakan, transaksi sebesar 15,83 miliar dollar AS itu melampaui target yang ditentukan Kemendag, yakni 10 miliar dollar AS. Transaksi itu terdiri dari transaksi perdagangan barang sebesar 15,28 miliar dollar AS, perdagangan jasa 843.200 dollar AS, dan investasi 551,5 juta dollar AS.
“Lima negara yang berkontribusi besar terhadap transaksi tersebut adalah China sebesar 10,78 miliar dollar AS, India 1,5 miliar dollar AS, Jepang 843,9 juta dollar AS, Mesir 492,4 juta dollar AS, dan Filipina 343,2 juta dollar AS,” ujarnya dalam Penutupan TEI ke-37 Tahun 2022 yang digelar secara hibrida di Jakarta.
TEI ke-37 digelar secara luring pada 19–23 Oktober 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten, dan daring pada 19 Oktober-19 Desember 2022. Pameran itu diikuti oleh 1.097 perserta dari tujuh katergori industri, yakni manufaktur, mode, perawatan kesehatan dan kecantikan, makanan dan minuman, peralatan medis, perabotan dan dekorasi rumah, serta layanan digital.
Transaksi TEI 2022 sebesar 15,83 miliar dollar AS itu melampaui target yang ditentukan Kemendag, yakni 10 miliar dollar AS.
TEI 2022 dikunjungi oleh 29.714 orang dari dalam dan luar negeri, serta 4.774 pembeli daring dari 194 negara. Sepanjang gelaran pameran tersebut terdapat 247 nota kesepahaman (MoU) senilai 12,8 miliar dollar AS, termasuk di antaranya MoU imbal dagang.
Dalam rangkaian TEI 2022 itu juga digelar Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2022 yang diikuti oleh 144 desainer, 93 jenama mode lokal, dan 23 perusahaan tekstil yang berkomitmen memasok bahan baku ke industri mode. Total transaksi yang dibukukan JMFW 2022 mencapai Rp 206,6 miliar dengan pembeli dari 16 negara.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menuturkan, TEI merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan ekspor dan menggarap pasar internasional. Melalui pameran itu, RI bisa memperluas pasar sekaligus mendatangkan investasi.
“Dalam pameran itu, minat sejumlah negara pasar ekspor nontradisional RI cukup besar. Mesir yang merupakan pasar ekspor baru Indonesia, misalnya, masuk dalam lima besar negara penyumbang transaksi TEI 2022,” tuturnya.
Kemendag mencatat, pameran itu tidak hanya dikunjungi pelaku usaha dari negara pasar ekspor tradisional, tetapi juga dari pasar ekspor nontradisional. Pasar nontradisional itu, misalnya Nigeria dan Saudi Arabia yang masuk sebagai negara dengan jumlah pengusaha terbanyak di TEI 2022, masing-masing 148 pengusaha dan 120 pengusaha.
Pendalaman pasar ekspor
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani berpendapat, krisis global pada tahun ini dan tahun depan akan berdampak pada sektor perdagangan Indonesia. Banyak negara-negara pasar ekspor utama RI yang mengalami kendala akibat perekonomiannya tengah bergejolak.
“Indonesia perlu mencermatinya dan mendiversifikasi pasar ke sejumlah negara nontradisional untuk menjaga kinerja ekspor. Pendalaman pasar ekspor ke sejumlah negara nontradisional, seperti di Afrika dan Timur Tengah, perlu dilakukan,” ujarnya dalam konferensi pers tentang “Outlook Perekonomian 2023” yang digelar Apindo secara hibrida, Rabu (21/12/2022).
Pendalaman pasar ekspor ke sejumlah negara nontradisonal, seperti di Afrika dan Timur Tengah, perlu dilakukan.
Di sisi lain, lanjut Shinta, pemerintah juga perlu mendukung kelancaran logistik ekspor dan impor. Tensi disrupsi logistik perdagangan dan rantai pasok global memang telah menurun sejak triwulan II-2022. Kelancaran logistik perdagangan tersebut diperkirakan semakin meningkat pada tahun depan.
“Meskipun biaya pengapalan kontainer pada November 2022 telah turun sekitar 72 persen secara tahunan, biaya tersebut masih dua kali lebih mahal dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Selain itu, kemacetan di pelabuhan dan penundaan pengiriman juga berpotensi masih terjadi,” katanya.