Saham yang paling banyak dilepaskan antara lain saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan nilai penjualan bersih Rp 2,6 triliun. Dalam pekan ini, saham BCA melemah 3,65 persen ditutup pada harga Rp 8.575.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Investor asing membukukan penjualan netto senilai Rp 8,61 triliun dalam lima hari perdagangan. Sepanjang pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melorot 4,34 persen menjadi 6.715. Berbagai faktor membuat para investor keluar dari bursa pekan ini.
Saham yang paling banyak dilepaskan antara lain saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan nilai penjualan bersih Rp 2,6 triliun. Dalam pekan ini, saham BCA melemah 3,65 persen ditutup pada harga Rp 8.575. Saham lain yang tertekan adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk yang dilepas senilai Rp 1,1 triliun oleh investor asing sepanjang pekan ini. Saham Telkom turun 8,7 persen ini menjadi Rp 3.650 per saham.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gusti Agung Alit, Sabtu (10/12/2022), menjelaskan, kapitalisasi pasar bursa juga turun 3,22 persen dari Rp 9.512,96 pekan lalu menjadi Rp 9.206,4 pada akhir pekan ini.
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga turun 7,55 persen menjadi 1.114.323 transaksi dari 1.205.337 transaksi pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian bursa turun 15,86 persen dari Rp 17,52 triliun menjadi Rp 14,74 triliun. Sementara rata-rata volume transaksi bursa turun 22,46 persen dari 31,5 miliar saham menjadi 24,42 miliar saham.
Tim analis dari Eastspring Investment melihat ada rotasi arus dana global sehingga kinerja pasar saham di kawasan Asia Pasifik beragam. Indeks di beberapa pasar melemah, seperti indeks Kospi Korea yang turun 1,93 persen; Nikkei turun 1,03 persen; Taiwan turun 1,08 persen; dan Thailand turun 1,25 persen. Sedangkan bursa saham China menguat seiring langkah pemerintah yang mempersiapkan pelonggaran kembali setelah pandemi. Indeks Hangseng menguat 6,5 persen; Shanghai menguat 3,15 persen; dan Shenzhen menguat 3,07 persen.
“Sejauh ini kami melihat Indonesia masih terus menunjukkan ketahanan dalam ekonomi domestiknya. Seiring upaya industrialisasi pemerintah yang menopang neraca perdagangan Indonesia dan memulihnya mobilitas dan konsumsi domestik sejalan dengan pelonggaran pembatasan,” demikian riset Eastspring Investment.
Pembukaan kembali China berpotensi meningkatkan kembali permintaan atas ekspor Indonesia, seperti batubara atau bijih besi, di saat ekspor ke negara lain, yaitu ke Amerika Serikat dan Uni Eropa berpotensi berkurang di tengah pelemahan ekonomi negara-negara di kawasan itu.