Produksi Jatim Surplus, Optimalkan Serapan Beras Petani
Produksi beras surplus, pasokan di pasar juga lancar sehingga mudah diakses oleh masyarakat dan harganya terjangkau. Pemerintah Provinsi Jatim berharap tidak ada impor beras agar produksi petani terserap lebih optimal.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat panen raya di Tuban, Jatim, Selasa (1/2/2022).
SURABAYA, KOMPAS — Produksi beras di tingkat petani di Jawa Timur mengalami surplus hingga akhir tahun ini. Pasokan beras di pasar juga lancar sehingga mudah diakses oleh masyarakat dan harganya terjangkau. Pemerintah Provinsi Jatim berharap tidak ada impor beras agar produksi petani terserap lebih optimal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Oktober 2022 lalu, potensi luas panen padi di Jatim tahun ini mencapai 1,7 juta hektar dengan produksi padi sebesar 9,69 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi gabah itu setara dengan beras sebanyak 5,59 juta ton. Adapun konsumsi besar Jatim tahun 2021 sebanyak 4,34 juta ton.
Sementara itu, luas panen di Jatim selama November dan Desember 2022 diperkirakan mencapai 171.460 hektar dengan perkiraan produksi sebesar 980.800 ton GKG atau setara dengan 637.000 ton beras. Adapun kebutuhan konsumsi masyarakat Jatim pada November-Desember 2022 diperkirakan sebesar 514.000 ton sehingga terjadi surplus.
”Jika melihat pergerakan data yang sangat dinamis ini, insya Allah stok beras di Jawa Timur masih surplus. Kita masih ada stok yang digunakan untuk mencukupi pasokan di pasar dan aman,” ujar Gubernur Jatim Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (6/12/2022).
Mantan Menteri Sosial itu menambahkan, berdasarkan hasil pemantauan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim serta petugas pelayanan informasi pasar di semua kabupaten/kota di wilayahnya, produksi beras di setiap penggilingan padi dari skala kecil sampai skala besar tetap berjalan.
HUMAS PROVINSI JATIM
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat panen raya di Tuban, Jatim, Selasa (1/2/2022).
”Sebagian besar produksi beras dari perusahaan penggilingan padi itu digunakan untuk memenuhi permintaan pedagang di pasar atau konsumsi masyarakat. Jadi, sampai Desember pun diperkirakan untuk produksi beras dan pasokan ke pasar di Jatim masih sangat cukup, aman, dan terkendali,” kata Khofifah.
Kebijakan impor harus diawasi agar harga gabah tidak jatuh di bawah Rp 5.000 per kg karena merugikan petani.
Mengacu pada surplus produksi beras serta pasokan ke pedagang yang lancar, Khofifah berharap Jatim tetap mempertahankan perannya sebagai lumbung pangan nasional. Selain itu, Jatim tidak perlu beras impor.
”Kami berharap pemerintah pusat tidak impor beras. Stok dalam negeri diserap dengan optimal oleh Bulog sesuai harga yang berlaku di lapangan sehingga membantu sekaligus menyejahterakan petani,” ucap Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut.
Adapun daerah penghasil beras terbesar di Jatim adalah Kabupaten Ngawi. Daerah di dekat perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah tersebut pada November 2022 berhasil mencatatkan surplus sebanyak 91.260 ton GKG. Bahkan, Ngawi tercatat sebagai daerah dengan surplus gabah tertinggi di Indonesia.
Sementara itu, selama Desember 2022, surplus gabah di Ngawi tercatat 15.750 ton atau tertinggi kedua di Indonesia setelah Kabupaten Karawang. Namun, secara kumulatif selama tahun ini, produksi gabah Kabupaten Ngawi tertinggi di Nusantara.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Konsumen memilih beragam jenis beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (15/1/2018). Untuk stabilisasi harga beras dan meningkatkan cadangan beras, pemerintah akan melakukan impor beras sebesar 500.000 ton. Pemerintah menunjuk Perum Bulog untuk melakukan impor beras.
Tingginya produktivitas beras dan gabah di kabupaten/kota sangat berarti terhadap penguatan stok beras di Jatim dan nasional. Pemprov Jatim memastikan kondisi stok beras aman hingga Desember 2022, bahkan surplus. Salah satunya berkat kontribusi produksi beras dari Ngawi.
Sementara itu, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Jatim Suharno mengatakan, pihaknya bisa memahami kebijakan impor beras untuk stabilisasi harga.
Masih surplus
Namun, kuota impor harus benar-benar dibatasi karena produksi dalam negeri masih surplus sehingga tidak merugikan petani di tengah biaya produksi yang melambung akibat kenaikan harga pupuk bersubsidi.
”Beras impor juga sebaiknya tidak masuk wilayah Jatim karena produksi petani masih surplus. Lebih baik dioptimalkan penyerapan beras dan gabah dari petani,” kata Suharno.
Suharno mengatakan, produksi gabah petani tahun ini turun signifikan. Berdasarkan data BPS Jatim, luas panen padi tahun 2022 turun 42.720 hektar atau 2,44 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Potensi produksi turun 102.830 ton GKG atau 1,05 persen dari 2021. Selain itu, potensi produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk juga turun 59.370 ton atau 1,05 persen.
Petani asal Kabupaten Madiun itu menilai, salah satu penyebab penurunan produksi gabah adalah kelangkaan pupuk subsidi. Petani kesulitan mendapatkan pupuk subsidi karena pengurangan alokasi dari pemerintah. Adapun harga pupuk nonsubsidi naik lebih dari tiga kali lipat sehingga tidak terjangkau oleh petani.
Oleh karena itulah, ia berharap pemerintah bijak. Artinya, upaya stabilisasi harga beras melalui kebijakan impor jangan sampai mematikan petani karena produknya dihargai terlalu rendah.
Biaya pokok produksi gabah kering panen saat ini telah mencapai Rp 5.000 per kg. Adapun harga gabah kering panen di tingkat petani saat ini Rp 6.000-Rp 6.200 per kg sehingga petani memiliki margin yang tinggi.
”Kebijakan impor harus diawasi agar harga gabah tidak jatuh di bawah Rp 5.000 per kg karena merugikan petani. Biaya produksi pertanian setiap tahun terus meningkat, terutama ongkos sewa lahan, tenaga kerja, dan pembelian pupuk,” ucap Suharno.
Pengamatan Kompas di pasaran Surabaya, hampir setiap hari harga beras naik berkisar Rp 500-Rp 1.000 per kg. Harga beras merek Rosita yang biasa Rp 116.000 per 10 kg kini menjadi Rp 123.000. Kenaikan harga beras terjadi untuk semua kualitas.
”Pasokan memang lancar. Hanya, setiap beras masuk, harga pasti berubah,” kata Najib, pedagang beras di Gunung Anyar, Kota Surabaya.