Pergerakan wisatawan Nusantara tetap diharapkan menjadi andalan pemulihan industri pariwisata tahun depan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan program 100 Paket Wisata Nusantara.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan wisatawan Nusantara tetap menjadi andalan untuk menjaga momentum pemulihan industri pariwisata sampai tahun depan. Promosi destinasi wisata hingga pengembangan kegiatan pertemuan, kegiatan insentif, pertemuan, dan eksibisi atau MICE di daerah perlu didorong untuk menggaet pergerakan wisatawan Nusantara.
Saat konferensi pers mingguan di Jakarta, Senin (5/12/2022) petang, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno mengatakan, pada tahun 2023, pergerakan wisatawan Nusantara ditargetkan mencapai 1,2 miliar-1,4 miliar pergerakan. Pergerakan wisatawan Nusantara sebanyak itu diharapkan ikut berkontribusi terhadap 4,3-4,5 persen produk domestik bruto.
Guna mencapai target itu, Kemenparekraf mengembangkan program 100 Paket Wisata Nusantara. Mulanya, 34 dinas pariwisata provinsi diminta mengirimkan tiga paket destinasi wisata. Lalu, pihak kementerian memfasilitasi menghubungkan ke biro perjalanan wisata.
Program 100 Paket Wisata Nusantara akan menjadi bagian dari gerakan Bangga Berwisata di Indonesia, kelanjutan dari gerakan Bangga Buatan Indonesia. Pemerintah pusat atau daerah akan mempromosikan program ini, termasuk sosialisasi sampai ke kelompok wisatawan usia muda.
”Sejumlah data (dari ekonom dan pertemuan G-20) menyebutkan perekonomian Indonesia tahun depan masih akan tumbuh sekitar 5 persen dan tahun 2024 pun masih berkisar sama. Meski tahun 2023 terdapat ancaman potensi resesi ekonomi global, kami harap itu tidak mengganggu aktivitas berwisata. Berwisata tidak perlu mahal,” ujar Sandiaga.
Pada saat bersamaan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, dirinya masih optimis terhadap kondisi perekonomian tahun depan dan pengaruhnya ke industri pariwisata. Menurut dia, wisatawan Nusantara tetap bisa menjadi andalan. Apalagi, tren yang berkembang menunjukkan wisatawan Nusantara dari kelompok usia muda suka mengeksplorasi destinasi lokal lalu membagi pengalaman ke wisatawan lain.
”Promosi destinasi wisata lokal perlu lebih gencar dengan mengajak biro perjalanan wisata. Kami merangsang bupati/walikota membuat kegiatan-kegiatan alternatif yang bisa mendatangkan pergerakan wisatawan Nusantara,” katanya.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran mengatakan, jika berkaca pengalaman sepanjang 2022, pemerintah melakukan berbagai pelongggaran sosial sebenarnya menggeliatkan kunjungan wisatawan mancanegara lebih baik dibandingkan 2020–2021. Namun, geliat itu belum cukup memulihkan industri pariwisata seperti sebelum pandemi Covid-19. Di sisi lain, pelaku industri pariwisata juga tidak memungkiri adanya pengaruh negatif dari kenaikan harga bahan bakar minyak dan kebutuhan pokok.
Dari sisi wisatawan mancanegara, sesuai data BPS, sepanjang Januari - Oktober 2022, jumlah kunjungan mencapai 3,92 juta atau naik 200 persen lebih dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Sementara jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, khusus pada Oktober 2022, tercatat 678.530 kunjungan, naik 364,31 persen dibandingkan Oktober 2021 dan naik 4,57 persen jika dibandingkan September 2022.
”Strong market Indonesia terletak pada wisatawan domestik. Kecuali, Sulawesi Utara merupakan tujuan wisatawan mancanegara dari China; Bali, dan Kepulauan Riau sebagai destinasi tujuan wisatawan dari sejumlah negara. Kami di industri selalu melihat situasi ekonomi negara-negara dan apalagi tahun depan diperkirakan masih ada gejolak ekonomi global,” ujar Maulana saat dihubungi.
Berdasarkan data BPS, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Oktober 2022 mencapai 52,31 persen, naik 6,69 poin dibandingkan TPK Oktober 2021. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, TPK Oktober 2022 juga naik, yaitu sebesar 2,29 poin.
TPK hotel klasifikasi nonbintang pada Oktober 2022 tercatat 24,41 persen. TPK ini naik 2,19 poin dibandingkan dengan TPK Oktober 2021 dan naik 1,02 poin dibandingkan dengan September 2022.
”Dari sisi industri perhotelan, sepanjang 2022 sebenarnya tingkat okupansi kamar hotel secara nasional masih berkisar 42 persen. Ini lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun 2019 yang mencapai 55-56 persen. Sampai sekarang masih terjadi banting harga,” ujarnya.
Maulana menyebut pendapatan sejumlah pelaku hotel belum pulih dengan adanya situasi itu. Ditambah lagi, bisnis MICE yang menjadi andalan 40–50 persen pendapatan hotel pun belum sepenuhnya pulih. Agenda kegiatan instansi pemerintahan cenderung lebih banyak terjadi di Jawa. Dia menduga ini ada kaitannya dengan kenaikan harga bahan bakar yang mendorong kenaikan harga layanan transportasi.
Fenomena gelombang pemutusan hubungan kerja yang belakangan terjadi, kata Maulana, akan berpengaruh ke industri pariwisata. Sebab, adanya PHK berarti akan ada penurunan daya beli dan merembet pengurangan pengeluaran wisnus untuk berwisata.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Budijanto Ardiansjah, saat dihubungi terpisah, mengatakan, ada isu resesi ekonomi tahun depan, tetapi Asita berharap situasi perekonomian dalam negeri tetap stabil. Dengan demikian, kegiatan kepariwisataan tetap berjalan baik.
”Namun, hal yang perlu juga kami waspadai adalah tahun depan sudah tahun politik (masuk masa kampanye pemilu) sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan wisatawan,” katanya.
Budijanto berpendapat, pemerintah perlu mengantisipasi. Agar industri pariwisata tetap berjalan di jalur pemulihan tahun depan, pemerintah bisa ikut mendukung pelaku industri berupa pemberian insentif subsidi.