Digitalisasi Berperan Krusial dalam Transisi Energi
Digitalisasi di sektor energi, antara lain, melalui ”smart grid” (jaringan cerdas). Dengan jaringan yang bisa menghubungkan pulau besar dengan jalur interkoneksi, ”smart grid” menghadirkan fleksibilitas pasokan listrik.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digital berperan penting dalam transisi energi, khususnya untuk menghubungkan sistem kelistrikan antarpulau atau ke negara lain di kawasan Asia Tenggara. Teknologi digital yang sudah dikenal dalam sistem kelistrikan adalah teknologi smart grid atau jaringan cerdas.
Menurut Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris, dalam diskusi C20 terkait digitalisasi transisi energi, Kamis (1/12/2022), teknologi digital diharapkan dapat menjaga stabilitas sistem kelistrikan. Digitalisasi pada sektor energi, antara lain, melalui smart grid atau jaringan cerdas.
Dengan jaringan yang dapat menghubungkan pulau besar dengan jalur interkoneksi, lanjut Harris, smart grid menghadirkan fleksibilitas dalam menjaga pasokan daya listrik. Contoh digitalisasi lainnya adalah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) single gateway yang terintegrasi dalam aplikasi. Selain itu, digitalisasi pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.
”Digitalisasi di sektor energi ini sangat penting dan masih banyak yang bisa dikembangkan dan diimplementasikan di Indonesia. Misalnya, kami juga mengembangkan lisensi daring (berkait dengan perizinan) yang juga mendukung sepenuhnya digitalisasi,” ujar Harris.
Harris menambahkan, Indonesia memiliki rencana pengembangan terkait supergrid yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Itu mencakup 150 kilovolt (kV) interkoneksi Sumatera-Bangka (2022), 500 kV interkoneksi Sumatera-Malaysia (2030), 150 kV interkoneksi Kalimantan (2023), dan 150 kV interkoneksi Sulawesi Bagian Utara-Sulawesi Bagian Selatan (Tambu-Bangkir, pada 2024).
Model bisnis
Profesor pada Departemen Sistem Teknologi, Universitas Oslo, Norwegia, Josef Noll, mengatakan, sektor energi dan digitalisasi sama-sama penting dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Hal itu guna memenuhi tujuan nomor 7, yakni energi bersih dan terjangkau; serta nomor 9, yakni infrastruktur, industri, dan inovasi.
Pada akhirnya, digitalisasi dalam energi terbarukan menciptakan pekerjaan-pekerjaan dan model bisnis baru. ”Seperti di Norwegia. Bicara panel surya, ada model perusahaan yang menyewakan peralatannya. Jadi, ketimbang (pemilik rumah) harus membeli, serahkan saja atap rumah Anda, lalu perusahaan akan memasangnya (dan saling menguntungkan),” katanya.
Pendiri Ecosol, M Arifin Dobson, mengemukakan, terkait dengan keterjangkauan (affordability) solar panel atau infrastruktur panel surya, pasti berkaitan dengan pasar. ”Semakin banyak yang memasang (menggunakan), harga akan menuju keseimbangan baru,” ujarnya.