Bulog Bakal Impor Kedelai, Tahap Pertama Sebanyak 50.000 Ton
Perum Bulog akan mengimpor kedelai sebanyak 300.000 ton secara bertahap. Pada tahap pertama, 50.000 ton kedelai diperkirakan tiba pada Desember 2022.
Oleh
Axel Joshua Halomoan Raja Harianja
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog bakal mengimpor kedelai sebanyak 300.000 ton secara bertahap. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menstabilkan harga kedelai yang turut mempengaruhi harga tahu dan tempe. Pada tahap pertama, sebanyak 50.000 ton kedelai impor diperkirakan tiba pada Desember 2022.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Bulog Tomi Wijaya mengatakan, kedelai tersebut diimpor dari Afrika dengan kualitas Amerika Serikat. Saat ini, kontrak dengan pihak pemasok telah dilakukan, sedangkan administrasi pengiriman sedang berproses.
”Kemungkinan tahap pertama dulu, (sebanyak) 50.000. Ini kan prosesnya masih berjalan. Kalau hitungan (lama pengiriman) 30-35 hari, harusnya Desember sudah masuk,” kata Tomi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Mahalnya harga kedelai saat ini karena dibeli dan dikirim pada Juli-Agustus 2022 atau saat harganya di pasar internasional memang sedang tinggi. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada Senin (7/11/2022) mengatakan, untuk menekan harga kedelai impor, pemerintah bakal memberikan subsidi.
Bulog mengimpor kedelai sebesar Rp 11.000-Rp 12.000 per kg dan harga yang dijual di tingkat perajin tahu dan tempe sebesar Rp 10.000 per kg. Terkait hal ini, Tomi mengatakan, ”Kalau melihat kurs yang sekarang, Rp 10.000-Rp 11.000 (per kg) itu insya Allah bisa kita penuhi,” ujar Tomi.
Terkait kenaikan harga tahu dan tempe, pemerintah melanjutkan program bantuan selisih harga pembelian bahan baku kedelai impor bagi perajin tahu dan tempe sebesar Rp 1.000 per kg sampai 31 Desember 2022.
Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) sebelumnya meminta pemerintah menambah subsidi kedelai impor dari Rp 1.000 per kg menjadi Rp 3.000 per kg. Saat dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin mengatakan, subsidi Rp 1.000 per kg tersebut tidak cukup.
”Tidak cukup, karena harga awal (kedelai impor) Rp 7.500 per kg, naik jadi Rp 10.000 per kg, lalu naik lagi jadi Rp 11.500 per kg, dan saat ini harganya Rp 13.600 sampai dengan Rp 14.800 per kg,” ujar Aip.
Sementara itu, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) DKI Jakarta Sutaryo memaklumi jika menaikkan subsidi menjadi Rp 3.000 per kg membutuhkan waktu. Kendati begitu, ia berharap, perajin tempe dan tahu dimudahkan untuk mendapatkan kedelai impor.
”(Subsidi) Rp 1.000 (per kg) no problem, tapi jangan dihambat di barangnya,” ucap Sutaryo.
Merujuk data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga kedelai impor naik 4,23 persen dalam dua bulan terakhir, yakni dari Rp 14.200 per kg pada awal September 2022 menjadi Rp 14.800 per kg pada 7 November 2022.
Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) Arief Prasetyo Adi pada Senin kemarin mengatakan, kebutuhan kedelai nasional sampai akhir tahun 2022 sebesar 2,5 juta-3 juta ton. Sementara realisasi impor sekitar 700.000 ton ditambah stok Bulog tahun lalu.
Dengan kondisi ini, Arief memastikan stok kedelai nasional tersedia sampai pertengahan November 2022. Selain itu, dengan adanya pasokan kedelai yang diimpor Bulog, harga kedelai diperkirakan akan turun.
Harga tahu-tempe terus bergejolak sejak Maret 2022. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga tahu dan tempe pada Januari 2022 masing-masing Rp 10.399 per kg dan Rp 10.640 per kg. Pada Oktober 2022, harga tahu dan tempe masing-masing mencapai Rp 11.438 per kg dan Rp 12.667 per kg.
Hal itu terjadi karena harga kedelai global terus meningkat, yakni dari 606 dollar AS per ton pada Januari 2022 menjadi 664 dollar AS per ton pada September 2022.
NFA mencatat, realisasi impor kedelai pada periode September-November 2022 telah mencapai 657.663 ton.