Komunitas yang Menginspirasi Rumah Impian
Keterbatasan ruang gerak selama pandemi melahirkan kreasi mewujudkan desain rumah impian. Kanal-kanal di media sosial yang mengupas desain dan tips rumah menghadirkan alternatif baru.
Ratri Muditasari (39), pemilik akun Instagram @kellyshirouchi, dalam feeds terbaru di akunnya menceritakan pengalaman memasang decking kayu untuk lantai kamar mandi. Dia juga menyertakan jenama decking kayu itu, cara pasang, dan tekstur material. Unggahan ini disukai lebih dari 2.000 dan mendapat 134 komentar.
Saat dihubungi Rabu (26/10/2022), Ratri mengatakan, akun @kellyshirouchi mulanya dipakai untuk mendokumentasikan proses pindah rumah. Postingan pertamanya pada Mei 2018 mengenai gambar kondisi rumah yang akan direnovasi. Menurut dia, kala itu masih sedikit kreator konten di media sosial yang membagikan inspirasi dekorasi rumah dari Indonesia. Kalaupun ada, kebanyakan berasal dari luar negeri, alias contoh dekorasi rumah ala Barat dan Jepang.
”Akun @kellyshirouchi awalnya iseng dibuat untuk dokumentasi renovasi rumah seken jadul yang aku dan suami tempati sekarang. Ternyata, respons warganet tinggi sehingga dari iseng memproduksi konten demi dokumentasi, kini menghasilkan pendapatan,” katanya.
Akun @kellyshirouchi kini memiliki total unggahan sebanyak 1.009. Semua unggahan berkaitan dengan serba-serbi dekorasi sampai barang-barang perabotan rumah, bahkan cairan pembersih kamar mandi pun ikut menjadi konten. Sejumlah jenama yang berkaitan langsung dengan dekorasi rumah mengajaknya kerja sama.
Rizki Yuniarini (31), pemilik akun @akarumah, menceritakan, dirinya mulai membuat akun tersebut pada 2019 ketika sedang menempati rumah yang ia tinggali saat ini. Awalnya, dia ingin berbagi pengalaman membuat rumah menjadi hunian yang nyaman. Selama merencanakan sampai mengisi perabot rumah, dia mengaku terbantu informasi dari para pembuat konten.
Baca juga: Desain Interior, Merekam Perubahan Sosial
Konten pertama yang ia buat tentang mengisi rumah dengan gaya japanese scandinavian (japandi), memilih furnitur, tips mendesain furnitur, pemilihan material, dan perlengkapan rumah. Kini, konten @akarumah lebih banyak mengenai pemilihan barang-barang di rumah yang memenuhi fungsi, estetika, dan kecukupan anggaran pemiliknya. ”Kebanyakan yang bertanya adalah perempuan dewasa atau ibu-ibu yang sedang mengisi rumah,” kata Rizki.
Lain cerita dengan Hilman Ferdinand, arsitek yang menjadi salah satu pendiri kanal Arsitektour Indonesia di Youtube. Kanal Arsitektour Indonesia ditujukan bagi mereka yang sedang mencari rumah atau tertarik dengan dunia arsitek, antara lain mengulas hal-hal yang berkaitan dengan eksterior, interior, pengerjaan, anggaran, dan pemilihan material bangunan. Kanal yang baru berdiri pada Juni 2020 itu kini memiliki lebih dari 600.000 subscriber.
”Kanal Arsitektour Indonesia dibuat saat pandemi Covid-19 sedang meninggi. Pengerjaan pembangunan rumah terganggu dan ini berdampak bagi bisnis arsitektur-kontraktor. Kami yang biasa berkecimpung di dunia tersebut kelimpungan sehingga kami putuskan buat kanal di Youtube yang mengulas show unit proyek rumah,” kata Hilman.
Pada mulanya, Hilman dan rekannya sepakat ingin membuat 20 episode. Jika gagal, mereka ubah strategi. Kenyataannya, baru menginjak episode kelima, kanal Arsitektour Indonesia mendapat sambutan positif. Kini, total video yang sudah diproduksi mencapai lebih dari 100. ”Karena kami punya latar belakang arsitek, kami bisa menjelaskan kekurangan dan kelebihan suatu rumah lengkap dengan material yang dipakai,” kata Hilman.
Generasi daring
Akun-akun serupa terkait desain rumah dan dekorasi kini semakin berkembang di media sosial untuk memenuhi permintaan informasi ataupun berbagi kesenangan seputar dunia arsitek, interior, eksterior, dan kehidupan dekorasi rumah.
”Generasi muda sekarang, terutama di bawah 30 atau awal 30 tahun, cenderung melakukan survei daring sebelum memutuskan beli/sewa properti. Mereka tidak langsung berangkat menjumpai agen tenaga pemasaran properti. Jadi, audiens (untuk konten arsitektur dan dekorasi rumah) memang ada,” kata Nike Prima, salah satu pendiri Living Loving, saat dihubungi Kamis (27/10), di Jakarta.
Baca juga: Permintaan Apartemen Masih Stagnan
Nike menduga, booming kreator konten untuk desain dan dekorasi rumah dimulai tahun 2019. Sejumlah warga sudah mulai membangun rumah dengan memakai jasa arsitek, lalu membuat akun di media sosial untuk mendokumentasikan perjalanan pembuatan rumah. Ada pula akun yang dibuat bukan sekadar untuk dokumentasi, melainkan diniatkan menjadi mata pencarian.
Living Loving yang berdiri tahun 2013 juga mengemas konten-konten tur rumah dengan segala isinya lewat blog dan Instagram, kemudian berkembang ke Youtube. Nike dan pendiri Living Loving lainnya, Miranti Andi Kasim, tidak berlatar belakang pendidikan arsitek. Namun, keduanya suka membaca artikel terkait hal itu sejak usia kanak-kanak sehingga mantap mengembangkan Living Loving.
Executive Director PT Summarecon Agung Tbk Albert Luhur berpendapat, media sosial telah menjadi salah satu sarana penyebaran informasi. Dicontohkan, pengguna kanal Youtube sudah mencapai 2,41 miliar di seluruh dunia dan di Indonesia sudah mencapai 127 juta pengguna hingga Januari 2022. Berkembangnya kreasi konten video lewat kanal ini memungkinkan hadirnya konten-konten dengan tujuan mengedukasi konsumen mengenai hunian dengan berbagai sudut pandang.
”Ini akan melengkapi pengalaman konsumen yang ingin mengetahui suatu produk secara keseluruhan melalui kanal digital. Kalau mereka sudah benar-benar yakin dan tertarik, mereka akan datang ke lokasi dan melihat langsung kondisi riil rumahnya,” kata Albert.
Dipilah
Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia Georgius Budi Yulianto menilai, semarak konten di media sosial terkait desain rumah merupakan keniscayaan. Kanal-kanal yang berisi tips dan trik desain rumah dinilai dapat menambah wawasan dan cakrawala baru bagi penonton. Namun, informasi yang disajikan lewat media sosial tetap harus dipilah-pilah sesuai kebutuhan dan kondisi.
Budi menambahkan, arsitektur merupakan produk peradaban. Produk hunian yang terbangun wajib memenuhi persyaratan dasar, mencakup aspek keselamatan, kenyamanan, kemudahan, dan kesehatan. Konten terkait desain rumah dan interior yang ditayangkan lewat media sosial wajib menyesuaikan dengan aspek dasar itu karena hunian akan dimanfaatkan oleh orang lain.
Masyarakat yang hendak meniru desain rumah dari kanal-kanal media sosial juga perlu memastikan kesesuaian desain dengan kelayakan hunian, dan bukan sekadar meniru atas dasar estetika. Selain itu, perlu mencari lebih banyak referensi sebelum memutuskan desain yang akan ditiru.
Dalam praktik arsitektur, lanjut Budi, ulasan terkait produk atau desain harus lebih menyoroti sisi kemanfaatan suatu produk. Seorang arsitek yang memberikan analisis produk rumah tidak boleh menyebutkan merek agar tidak menggiring dan menyesatkan publik. Pembuat konten desain rumah yang mengklaim diri sebagai arsitek juga harus mampu membuktikan kompetensi profesional lewat kepemilikan Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA).
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menilai, berkembangnya kanal-kanal media sosial terkait referensi desain rumah merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari pada era digital. Tayangan yang bisa disaksikan secara gratis itu memperkaya wawasan dan alternatif desain pada lahan hunian yang siap bangun. Meski demikian, pilihan untuk mengadopsi desain membutuhkan kejelian konsumen properti yang didominasi generasi milenial.
“Ada banyak pilihan (desain rumah) yang bisa dieksplorasi. Tetapi, milenial harus jeli. Ada desain yang bagus, tetapi secara kualitas tidak bagus. Diperlukan kehati-hatian dalam mengadopsi desain. Pilihan kembali ke konsumen,” katanya.
Demikian pula, pemilihan desain interior harus disesuaikan dengan luas hunian yang akan dibangun. Dengan adanya tren hunian berukuran kecil (compact), kerap terjadi dimensi perabotan yang dipilih ternyata tidak muat untuk masuk ke rumah compact. Sementara itu, sebagian konsumen masih awam tentang pemilihan material bangunan yang berperan penting untuk keamanan dan kualitas bangunan.
“Dalam suatu kondisi, desain rumah yang bagus ditiru, tetapi karena tidak paham penentuan material (bangunan), maka hasil akhir menjadi tidak bagus. Di sinilah jasa konsultasi arsitek tetap dibutuhkan,” tutur Ali.
Baca juga: Setengah Abad Ikon Modern Kota Muenchen