Desain Interior, Merekam Perubahan Sosial
Pandemi Covid-19 telah mengubah cara pandang orang terhadap rumah sebagai tempat tinggal. Sebagai tempat yang kini disadari sebagai hal esensial, rumah kemudian menjadi perekam bagi sebuah perubahan sosial.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F06%2F37058527-9401-4eca-af1c-0f7616ba9a9e_jpg.jpg)
Set ruang tamu dalam pameran desain interior The Colours of Indonesia (TCOI) Chapter V yang berlangsung di Mal Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2022).
Pandemi Covid-19 telah mengubah cara pandang orang terhadap rumah sebagai tempat tinggal. Sebagai tempat yang kini disadari sangat esensial, rumah kemudian menjadi perekam bagi perubahan sosial. Desain interior yang lebih mengutamakan fungsi, tak semata estetik, kini mengambil peran lebih besar.
Perubahan yang terjadi di dalam rumah selama masa pandemi Covid-19 tersebut tergambar dalam pameran The Colours of Indonesia (TCOI) Chapter V yang diinisiasi oleh ID12 pada 19-30 September 2022 di Senayan City, Jakarta. Pameran itu merepresentasikan gaya desain interior modern dan klasik yang diaplikasikan pada dua unit rumah.
ID12 adalah kelompok desainer interior Indonesia yang berjumlah 12 orang, terdiri dari Eko Priharseno, Agam Riadi, Anita Boentarman, Ary Juwono, Joke Roos, Prasetio Budhi, Reza Wahyudi, Roland Adam, Sammy Hendramianto S, Shirley Gouw, Vivianne Faye, dan Yuni Jie. Mereka adalah jajaran desainer interior ternama di Tanah Air.
Dalam pameran kali ini, tiap-tiap desainer mendesain 12 ruang yang berbeda, disesuaikan dengan ciri khas dan karakter personal mereka. Enam desainer mempresentasikan gaya desain modern, enam lainnya mempresentasikan gaya neoklasik.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F06%2Fb2ac6226-a535-4769-ad39-28fb8f2ac929_jpg.jpg)
Set teras dengan nuansa Indocine oleh Agam Riadi dalam pameran desain interior TCOI Chapter V yang berlangsung di Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2022).
Tema hunian atau residensial menjadi pilihan dalam pameran desain interior dwitahunan ini karena semasa pandemi Covid-19 muncul kesadaran pada banyak orang bahwa tinggal di rumah telah menjadi hal yang paling esensial. Banyak keputusan yang harus diambil dan aktivitas yang harus dilakukan saat berada di rumah, terlebih dengan lahirnya istilah work from home atau bekerja dari rumah yang membutuhkan ruang-ruang untuk ditata dengan baik, sesuai kebutuhan.
”Pada saat dimulainya pandemi, kita khawatir karena belum tahu masa depan. Namun, setelah dua bulan pandemi berlangsung, semua orang mulai menyadari bahwa rumahnya adalah tempat yang paling aman. Semua akhirnya berkaca, apakah rumah saya cukup, apakah rumah saya sudah ditata dengan baik,” ujar Eko pada hari pembukaan pameran.
Tiga bulan awal masa pandemi, para desainer interior pun kebanjiran proyek, khususnya dari sisi hunian. Sementara proyek untuk komersial lebih banyak yang mandek.
Namun, setelah dua bulan pandemi berlangsung, semua orang mulai menyadari bahwa rumahnya adalah tempat yang paling aman. Semua akhirnya berkaca, apakah rumah saya cukup, apakah rumah saya sudah ditata dengan baik.
Beberapa perubahan yang terjadi di banyak hunian, mulai dari yang paling sederhana, adalah keberadaan tempat untuk cuci tangan dan tempat untuk meletakkan barang sebelum masuk ke dalam rumah. Selain itu, banyak orang yang juga membuat ruangan untuk berolahraga di dalam rumah. ”Jadi, hal-hal yang sifatnya positif, lebih sehat, lebih bersih itu kelihatan sekali sekarang,” ujar Eko yang menjabat Kepala Bidang Kreatif TCOI Chapter V.
Wakil Ketua TCOI Chapter V Agam Riadi menambahkan, dengan adanya pandemi, interior juga menjadi lebih bernuansa luar ruang untuk mengakomodasi aktivitas sehari-hari. Banyak rumah yang membutuhkan bukaan-bukaan luas, seperti jendela yang besar, juga teras. ”Sekarang sebagian desainer interior menyatukan unsur dalam ruang, lalu membawa ke luar ruang,” kata Agam.
Hal-hal seperti itu, saat orang mengutamakan interior, menurut Ary Juwono, sebelumnya jarang terjadi. Orang biasanya lebih memprioritaskan sisi arsitektural. ”Pandemi menyadarkan mereka bahwa interior juga sangat penting karena mereka ingin hidup nyaman dalam rumah,” ujar Ary, Ketua Panitia TCOI Chapter V.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F06%2F33aa9206-1349-457e-82d5-2820611d546a_jpg.jpg)
Set dapur karya desainer interior Reza Wahyudi dalam pameran desain interior TCOI Chapter V di Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2022).
Tanpa sekat
Prasetio Budhi yang menyuguhkan contoh desain modern menghadirkan desain ruang tidur dengan konsep menyatu tanpa sekat dengan area mandi. Ide tersebut muncul sebagai respons terhadap situasi pandemi ketika orang perlu untuk karantina ataupun lebih banyak beraktivitas di rumah.
”It’s all in one. Ini sesuatu yang baru karena kebanyakan orang, kan, enggak punya kamar mandi di dalam kamar tidurnya. Ruangan yang tanpa sekat ini, meski sebenarnya kecil, jadi lebih terbuka dan memberi kesan rileks,” tutur Prasetio. Penggunaan warna-warna monokrom yang didominasi warna abu-abu dengan permainan tekstur dari penggunaan kertas dinding, lantai marmer, karpet, dan linen untuk tempat tidur membuat orang merasa disambut, tidak mengintimidasi, dan menghadirkan suasana rileks.
Sammy Hendramianto, yang menyuguhkan contoh desain neoklasik, menghadirkan desain ruang kerja yang terbagi dua. Di dalam rumah dengan memanfaatkan koridor untuk ruangan yang bernuansa lebih ”serius” dan semi-luar ruang yang bernuansa lebih santai.
”Pandemi mengajari kita akan kebutuhan ruang kerja. Artinya, orang enggak bisa ke kantor, tapi the show must go on, tetap harus kerja. Karena kita biasanya enggak punya ruang spesial buat kerja jadi aku mau kasih lihat ini kayak koridor aja. Jadi, ruang kerja itu enggak harus spesifik ruang yang tertutup,” ujarnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F06%2Fb9efab1a-5e00-49e1-ac3c-f33a6bbbe4c4_jpg.jpg)
Set teras yang dipadukan dengan taman dalam pameran desain interior TCOI Chapter V yang berlangsung di Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2022).
Sammy juga menghadirkan contoh desain ruang kerja semi-luar ruang sebagai variasi agar saat bekerja orang bisa berganti suasana untuk menekan rasa jenuh dan stres. Nuansanya terasa sedikit lebih modern dengan sofa satu dudukan bermotif garis-garis warna cerah.
”Klasik, tuh, sebetulnya in order aja, jadi konsepnya simetris. Tapi, kalau mau kontemporer, campur aja sama barang modern. Jangan pernah takut, klasik tuh enggak harus ukiran. Tetap pakai garis-garis modern enggak masalah karena klasik sebetulnya ada garis simetri. Barang apa pun, kita campur malah lebih tahan lama, lebih long lasting,” papar Sammy.
Lihat juga : Inspirasi Residensial dalam TCOI Chapter V
Menurut dia, meski kini pandemi sudah makin reda, keberadaan ruang kerja di dalam rumah kelak akan tetap menjadi pilihan. Orang bisa mengombinasikan dengan ruang lainnya, seperti ruang les dan sebagainya, tidak melulu sebagai ruang kerja.
”Rumah, kan, tetap, ya, kebutuhan basic untuk istirahat, tidur, dan sebagainya, keamanan. Namun, sekarang jadi ada kebutuhan-kebutuhan baru berupa space. Bisa as a corner, bisa yang tadinya tempat sepatu, dan sebagainya,”ujar Sammy.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F06%2F993b124c-37a5-407c-8ab5-86c77d75fd39_jpg.jpg)
Salah satu set teras dalam pameran desain interior TCOI Chapter V yang berlangsung di Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2022).
Fungsional
Sementara itu, Vivianne Faye bersama perusahaan furnitur Saniharto menghadirkan koleksi furnitur bertajuk Fleuve. Sesuai dengan arti fleuve, yaitu aliran sungai dalam bahasa Perancis, koleksi yang dibuat Vivianne dalam jangka waktu 2-3 bulan ini lebih fleksibel dan mengalir terinspirasi dari kondisi pandemi sepanjang dua tahun lebih.
”Orang jadi tidak terlalu muluk, ya, dan memilih mengikuti yang ada setelah pandemi. Termasuk untuk rumah yang akhirnya menjadi pusat kegiatan dan sekarang walau sudah mulai normal tak banyak perubahan. Jadinya, desainnya pun dibuat dengan banyak lengkungan yang mampu mengikuti berbagai keadaan,” kata Vivianne.
Seperti rak pajangan yang dibuatnya penuh dengan lengkung dan cantik dipasang di dinding. Hiasan yang dimiliki di rumah pun dapat ditata lebih bergaya, tak hanya dipasang berderet. ”Kelihatannya lebih cantik, tetapi fungsional juga,” ujar Vivianne.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F06%2Fa493c166-e019-4152-b0bb-b3fd4522e974_jpg.jpg)
Desainer interior Vivianne Faye dengan set ruang tamu klasik modern karyanya. dalam pameran desain interior TCOI Chapter V di Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2022).
Selain rak pajangan, ada juga console table, credenza, side table, dining table, coffee table, lounge chair, dan dining chair. Untuk dining table atau meja makan, Vivianne sengaja membuat cukup besar, yakni sepanjang 3 meter. Ini memenuhi banyaknya masukan dan pengalamannya mengelola permintaan saat pandemi. ”Orang lebih suka mengadakan makan bersama di rumah. Karena itu, butuh meja yang besar untuk bisa menampung banyak orang,” ucapnya.
Merysia Enggalhardjo dari Saniharto pun sepakat dengan Vivianne. Mery mengaku memiliki visi yang serupa dengan Vivianne.
Baca juga : Menata Ruang Berfungsi Maksimal
”Tren yang akan berkembang untuk interior dan furnitur dalam beberapa tahun ke depan tidak akan jauh berbeda. Rumah menjadi tempat pulang sehingga perlu perabotan yang tidak hanya fungsional, tetapi juga cantik. Seperti lounge chair yang dibuat di koleksi ini itu dari bentuk dan bahan dipilih yang sangat nyaman,” ujar Mery.
Pandemi diakuinya mengubah sudut pandang banyak orang dari berbagai kalangan. Kesibukan yang banyak dihabiskan di rumah membuat mereka menyadari tiap sudut harus diperhatikan susunan dan pilihan furniturnya. ”Dulu, kan, semuanya di luar. Pulang langsung tidur. Namun, saat pandemi, semua di rumah. Baru sadar ada yang enggak cocok, ada yang kurang pas. Momentum renovasi dan pilih barang yang sesuai untuk rumah. Ini akan terus bertahan,” tutur Mery.