Sektor Transportasi Perlu Bertransformasi untuk Kurangi Emisi
Sektor transportasi di Indonesia merupakan sumber emisi terbesar ketiga. Perwujudan transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan penting untuk menuju target penurunan emisi di Indonesia.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Bus listrik Transjakarta melintas di Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Selain untuk mengurangi kemacetan, penggunaan bus listrik juga untuk mengurangi polusi suara dan emisi karbon dioksida gas buang kendaraan.
JAKARTA, KOMPAS — Mobilitas perkotaan menghadapi banyak permasalahan, mulai dari jaringan transportasi umum yang terbatas, peningkatan jumlah kendaraan pribadi, hingga kemacetan. Berbagai permasalahan ini menimbulkan banyak dampak buruk dan kerugian dari segi lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, transformasi mewujudkan transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sangat penting dilakukan untuk mencapai target penurunan emisi di Indonesia.
”Peningkatan sistem transportasi perkotaan menjadi kunci meningkatkan kualitas hidup warga Indonesia dan memastikan lingkungan terjaga,” ucap Direktur Jenderal Perhubungan Darat Hendro Sugiatno dalam acara Sustainable Transportation Forum 2022 di Bali, Kamis (20/10/2022).
Sektor transportasi di Indonesia merupakan sumber emisi terbesar ketiga. Sebelumnya, pada Updated NDC (UNDC), Indonesia memiliki target penurunan emisi 29 persen dengan kemampuan sendiri, kini naik menjadi 31,89 persen. Sementara target penurunan dengan dukungan internasional meningkat dari 41 persen menjadi 43,20 persen.
Namun, pengembangan transportasi umum perkotaan menemukan banyak tantangan, di antaranya kurangnya lembaga yang efektif dan integrasi terkait rencana transformasi transportasi dan kapasitas fiskal masing-masing daerah.
Ia berharap pemerintah pusat, pemerintah daerah, mitra pembangunan, dan pemangku kebijakan lain dapat berkolaborasi mewujudkan transportasi berkelanjutan di kawasan perkotaan Indonesia.
Sementara itu, Wakil Kepala Kantor Kerja Sama Ekonomi Swiss Andrea Zbinden memberi dukungan kepada Pemerintah Indonesia melalui proyek Sustainable Urban Transport Programme Indonesia (Sutri Nama) dan komponen Indonesian Bus Rapid Transit Corridor Development Project (Indobus). Kedua program ini sudah dilaksanakan Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) sejak 2017.
Ia menambahkan, kota-kota di Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai macam tantangan besar, khususnya dalam kualitas layanan transportasi publik. Pihaknya berharap kolaborasi pada sektor transportasi dapat terus terjalin di masa depan.
”Melalui program Sutri Nama dan Indobus, Pemerintah Swiss dan Jerman akan terus mendukung Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan sistem transportasi yang berkelanjutan,” lanjut Zbinden.
Dorongan pihak luar
Wakil Kepala Kedutaan Besar Republik Federal Jerman Thomas Graf menyampaikan, sektor transportasi di Indonesia memerlukan perubahan karena berperan penting dalam pencapaian target nol emisi karbon global.
”Sektor transportasi di Indonesia menyumbang 27 persen dari total emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari konsumsi energi. Angka ini berpotensi meningkat didorong oleh peningkatan urbanisasi dan level kemakmuran ekonomi,” ucap Thomas.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Bus Listrik Transjakarta
Untuk mengurangi emisi, ia mendorong Pemerintah Indonesia dalam penggunaan kendaraan bus listrik di perkotaan. Menurut dia, transformasi perkotaan menjadi kota yang berkelanjutan menjadi kunci pengurangan emisi.
Perkotaan di Indonesia merupakan penghasil emisi terbesar, yakni 75 persen. Dengan penggunaan kendaraan listrik, energi listrik dapat tersimpan di dalam baterai dan diisi ulang sehingga tidak menghasilkan sisa residu atau emisi. Itulah sebabnya, kendaraan listrik disebut ramah lingkungan.
”Kami mendorong mobilitas menggunakan kendaraan listrik dengan dukungan insentif untuk mencapai target penggunaan 7 juta hingga 10 juta kendaraan listrik pada 2030,” kata Thomas.
Mengenai hal tersebut, Pemerintah Jerman akan membantu mendanai semua proyek yang berkaitan dengan transportasi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Total dana yang disiapkan ialah 60 juta euro per tahun.
Ia menambahkan, pengurangan emisi dari lalu lintas dan transportasi dapat dikurangi hingga 42 persen pada 2030 melalui berbagai usaha lain, di antaranya meningkatkan pangsa pasar untuk menggunakan transportasi kereta, khususnya di daerah perkotaan, dan meningkatkan kualitas infrastruktur untuk bersepeda.