Hadapi Perlambatan Global, Anak Muda Bisa Sokong Industri Kreatif Digital Nasional
Ekonomi kreatif mesti menjadi faktor pendorong utama dalam penciptaan lapangan kerja serta pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, mahasiswa menjadi sumber daya manusia potensial.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Industri kreatif digital berpotensi menjadi penyokong perekonomian Tanah Air di tengah ancaman perlambatan ekonomi global. Generasi muda dapat mendukung geliat industri tersebut dengan ide kreatif dan inovatif serta berjejaring dengan dunia usaha.
Gagasan itu mengemuka dalam acara ”CEO on Stage” di Universitas Prasetiya Mulia, Tangerang Selatan, Selasa (18/10/2022), dengan tema ”Digital Innovation”. Principal East Ventures Devina Halim, Manager Program S-1 Bisnis Universitas Prasetiya Mulya Sonny Agustiawan, Chief Marketing Officer Tiptip Paulina Purnomowati, Operating Partner East Ventures David Audy, CEO ruparupa.com Teresa Wibowo, dan Country Director AWS Indonesia Gunawan Susanto hadir dalam acara tersebut.
Menurut Sonny, negara yang memiliki kreativitas dapat bertahan di dalam situasi sulit. Gerakan industri kreatif dapat membuat modal tak menjadi soal, salah satunya ketika menghadapi ancaman perlambatan ekonomi global. ”Oleh sebab itu, industri kreatif bisa menopang,” ujarnya.
Laporan Bank Dunia berjudul World Economic Outlook yang terbit pada Oktober 2022 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang 2022 berkisar 3,2 persen. Sepanjang 2023, angka pertumbuhan tersebut diperkirakan melambat menjadi 2,7 persen.
Sementara itu, laporan berjudul Creative Economy 2030: Imagining and Delivering a Robust, Creative, Inclusive, and Sustainable Recovery yang diterbitkan Asian Development Bank Institute pada Juni 2022 menyebutkan, ekonomi kreatif mesti menjadi faktor pendorong utama dalam penciptaan lapangan kerja serta pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Gagasan tersebut perlu diperhatikan dalam pertemuan G20 di Indonesia.
Dari sisi sumber daya manusia, kata Sonny, institusi akademik dapat memaparkan pengetahuan yang membantu mahasiswa mentransformasikan kreativitasnya menjadi ide bisnis. Selain itu, universitas berperan penting dalam mewadahi mahasiswa memiliki jejaring dengan praktisi di sektor terkait.
Selain itu, lanjutnya, mahasiswa perlu mengembangkan pola pikir kreatif yang diawali dengan mengasah empati. Merasakan masalah orang lain membantu dalam mengidentifikasikan permasalahan dan bermuara pada perumusan solusi. Pola pikir kreatif juga melibatkan keberanian untuk berbeda serta memiliki pemikiran positif.
Devina menambahkan, mahasiswa merupakan sumber daya manusia potensial dalam ekosistem usaha rintisan karena dapat merealisasikan ide kreatif menjadi produk. ”Investor berperan membantu mereka mewujudkannya. Dalam menghadapi proyeksi perlambatan ekonomi global, appetite investor tidak berubah. Namun, kami memperdalam evaluasi terhadap seberapa kuat fondasi dan model bisnis yang diajukan,” tuturnya.
Hingga saat ini, Devina menyebutkan, pendiri atau founder usaha rintisan yang mendapatkan suntikan dana dari EastVentures rata-rata berusia 26-27 tahun. Ada yang memiliki pengalaman bekerja, seperti di perusahaan konsultan atau perbankan. Ada juga yang lulus kuliah langsung mendirikan usaha rintisan.
Tak hanya investor, Paulina berpendapat, realisasi ide kreatif menjadi bisnis membutuhkan ekosistem yang mampu memberikan kepercayaan bahwa gagasan tersebut merupakan solusi untuk sebuah permasalahan. ”Sering kali, ide bisnis kreatif sulit dipahami. Oleh sebab itu, realisasi ide itu membutuhkan kepercayaan (hingga dapat menjadi kenyataan),” katanya.
Agar generasi muda mudah mendapatkan pekerjaan di sektor industri kreatif digital, Teresa mengatakan, ada sejumlah sikap yang perlu dikembangkan. Generasi muda mesti menunjukkan kemauan untuk belajar dan berubah serta gigih dan berwawasan terbuka.
Generasi muda mesti menunjukkan kemauan untuk belajar dan berubah serta gigih dan berwawasan terbuka.
Efisiensikan bisnis
Secara spesifik, David menilai, potensi resesi ekonomi global menjadi tantangan bagi perusahaan ventura karena membuat penghimpunan dana kian menantang. Dalam menyalurkan modal, dia akan memperhatikan pemanfaatan teknologi digital dalam mengefisiensikan proses bisnis.
Menurut Gunawan, pemanfaatan inovasi teknologi seharusnya membuat proses bisnis lebih murah, mudah, dan efisien. Inovasi teknologi dapat diwujudkan dengan mencari ide baru untuk beradaptasi yang dapat dieksekusi dalam waktu singkat dan dimulai dengan skala yang lebih kecil.
Untuk memulai inovasi, lanjutnya, ide yang diperoleh sebaiknya ditulis terlebih dahulu dalam kerangka pertanyaan yang sering diajukan (frequently asked questions) lalu didiskusikan dengan tim. ”Setelah itu, uji dalam skala kecil dan terbatas. Jika memberikan dampak positif, tingkatkan skalanya,” katanya.