Merayakan Gerakan Lokalitas di Sarinah
Sarinah, pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia, kini bertransformasi menjadi panggung bagi karya anak bangsa. Segenap strategi disiapkan untuk menggaet pasar karena ajakan saja memang tak cukup.
Pemugaran gedung Sarinah Thamrin yang berlangsung sejak Agustus 2020 tuntas sudah. Pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia yang berusia hampir 60 tahun itu akan tampil dengan wajah baru ketika dibuka kembali 21 Maret 2022.
Tak sebatas perubahan fisik bangunan, PT Sarinah (Persero) kini mengubah fokus bisnis untuk sepenuhnya mengusung jenama lokal serta memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Ritel milik pemerintah ini didirikan pada 17 Agustus 1962 atas inisiatif Presiden pertama RI Soekarno. Mengantar kelahirannya pada masa itu, Sarinah diharapkan menjadi mitra bagi usaha kecil menengah serta menjadi duta kekayaan budaya Indonesia.
Dalam perkembangannya, Sarinah turut menggandeng beberapa peritel merek internasional untuk mengisi gedung pusat belanja yang berlokasi strategis di Jalan Thamrin, Jakarta, ini.
Kini, setelah selesainya pemugaran gedung cagar budaya ini, Sarinah bertransformasi kembali ke khitah bisnis, yakni sepenuhnya memberi ruang bagi produk-produk dalam negeri, terutama produk UMKM dan koperasi.
Tak sebatas perubahan fisik bangunan, PT Sarinah (Persero) kini mengubah fokus bisnis untuk sepenuhnya mengusung jenama lokal serta memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Keberpihakan terhadap produk lokal, antara lain, tecermin dari desain tematik di setiap lantai di delapan lantai pusat belanja itu. Lantai basemen, misalnya, dipertahankan sebagai area kuliner modern, jajanan pasar, pusat oleh-oleh Nusantara, dan swalayan lokal.
Lantai dasar gedung mewakili tema warisan busana dan gaya hidup Indonesia dengan tampilan produk wastra premium, pakaian tradisional, batik, dan perhiasan dari jenama-jenama lokal ternama.
Di lantai satu, pengunjung bisa menemukan busana kontemporer dengan harga lebih terjangkau, juga gerai kuliner di ruang terbuka.
Selain itu, terdapat area khusus duty free, bekerja sama dengan Dufry, perusahaan asal Swiss. Area ini menampilkan produk-produk kreatif produksi Indonesia yang diharapkan menjadi referensi cendera mata bagi turis mancanegara.
Untuk mewadahi UMKM dalam perdagangan ekspor-impor, tersedia pula area khusus pertemuan mitra internasional dan UMKM yang punya produk unggulan, seperti furnitur, pakaian, kopi, dan teh.
Baca juga : Produktivitas UMKM Jalan Jitu Pemulihan Ekonomi
Seleksi dan kurasi
Presiden Direktur PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati mengemukakan, seluruh produk yang ditampilkan di Sarinah telah melalui proses seleksi ketat dan kurasi untuk memastikan kualitas dan kapasitas.
Seleksi itu, antara lain, memastikan barang diproduksi di Indonesia, menggunakan bahan-bahan lokal, usaha dimiliki orang Indonesia, serta kesesuaian produk dengan tren pasar saat ini.
Kurasi ulang juga dilakukan terhadap produk-produk dari peritel lama yang ingin kembali menempati gedung Sarinah. Tim kurasi beranggotakan 20 orang, berasal dari internal Sarinah ataupun pakar di bidang wastra, busana, dan kesenian/kerajinan.
Saat ini, Sarinah bekerja sama dengan sekitar 500 mitra UMKM yang, antara lain, memproduksi busana, wastra, produk kerajinan dan kesenian, kesehatan, komoditas, furnitur, makanan dan minuman, serta produk kreatif lainnya.
Seleksi itu, antara lain, memastikan barang diproduksi di Indonesia, menggunakan bahan-bahan lokal, usaha dimiliki orang Indonesia, serta kesesuaian produk dengan tren pasar saat ini.
Sarinah juga membuka ruang bagi UMKM baru lewat bazar dan gerai sementara (pop up store). Pengembangan UMKM akan didorong melalui program peningkatan kapasitas secara rutin.
Dengan fokus menampilkan produk-produk pilihan buatan Indonesia, Sarinah membidik segmen menengah ke atas untuk pasar lokal dan internasional. BUMN ritel itu juga berkolaborasi dengan kementerian/lembaga lain agar jadi tempat wajib kunjung bagi tamu dan turis asing.
”Seperti halnya kalau kita ke luar negeri, kerap diajak ke toko untuk berbelanja. Konsep serupa kami terapkan dengan mengerahkan rombongan turis mancanegara oleh lintas kementerian/lembaga untuk datang ke Sarinah, termasuk berbelanja di area duty free,” ujar Fetty saat ditemui, akhir pekan lalu.
Gerakan lokalitas Sarinah yang fokus mengusung produk buatan Indonesia, lanjut Fetty, diharapkan membuat pusat perbelanjaan di jantung kota Jakarta itu menjadi panggung karya dan kebanggaan nasional.
Apalagi, sebagian pelaku UMKM masih bergumul dengan kesulitan untuk menembus mal-mal papan atas atau pusat belanja kelas A dan premium. Sebagian besar UMKM hanya mampu mengisi mal kelas B ataupun mal-mal di pinggiran kota.
”Kami ingin Sarinah menjadi panggungnya produk lokal, gerakan lokalitas, dan gerakan bangga buatan Indonesia. Kami berupaya mewujudkannya dalam seluruh kegiatan. Gerakan (lokalitas) ini harus nyata, tidak bisa cuma sebatas ajakan ke masyarakat untuk memakai produk lokal,” papar Fetty.
Selain menggarap pilar bisnis ritel dan perdagangan, satu-satunya pusat ritel milik pemerintah ini juga bersinergi dengan BUMN lain untuk mengelola gerai ritel UMKM.
Mulai tahun 2022, Sarinah secara bertahap akan mengelola gerai ritel di 30 bandar udara, pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), stasiun kereta api, serta destinasi pariwisata nasional.
Fetty mengemukakan, Sarinah telah mengelola gerai ritel UMKM di Bali dan Banjarmasin. Tahun ini, pengelolaan gerai ritel BUMN akan diterapkan di dua bandara. Di samping itu juga gerai ritel UMKM di Mandalika, Lombok, bersamaan dengan perhelatan balapan MotoGP.
Lihat juga : Wajah Baru Sarinah
Selera pasar
Pendiri jenama Ikat Indonesia, Didiet Maulana, mengapresiasi hadirnya ruang bagi jenama Indonesia untuk bisa mempresentasikan hasil karya. Dengan adanya kesempatan itu, jenama lokal dituntut untuk meningkatkan kualitas dan juga nilai-nilai yang terkandung dalam setiap produk.
”Peningkatan daya saing bisa diperhatikan dalam segi kualitas produk itu sendiri, bagaimana cerita dari setiap produk, dan juga aspek daya pakai setiap produk,” ujar Didiet yang juga dikenal aktif membina UMKM.
Salah satu tantangan bagi jenama Indonesia, lanjut Didiet, adalah keterbatasan jumlah tenaga perajin dan modal sehingga sering kali tidak mampu memenuhi standar kuantitas yang dituntut pasar.
Oleh karena itu, harus ada pelatihan-pelatihan yang dilakukan agar setiap pemilik jenama mampu membuat satu sistem untuk menjaga konsistensi produksi. ”Tentu pihak ritel pun harus memberikan seperti apa ekspektasi mereka, juga diadakan evaluasi secara berkala,” kata Didiet.
Harus ada pelatihan-pelatihan yang dilakukan agar setiap pemilik jenama mampu membuat satu sistem untuk menjaga konsistensi produksi.
Konsultan bisnis dan penulis Lynda Ibrahim menilai, daya saing jenama lokal Indonesia dalam kategori produk artisanal saat ini sudah cukup tinggi untuk masuk ritel papan atas di Indonesia. Ia mencontohkan, Alun-alun Grand Indonesia, yang diisi produk berkategori artisanal dan warisan budaya, mampu bertahan sampai sekarang.
Konsistensi kualitas produk memerlukan rantai suplai yang kuat dan pasokan bahan baku yang stabil. Selain itu, proses kriya tangan juga memengaruhi konsistensi itu.
”Positifnya adalah bisa dihargai premium. Negatifnya, sulit konsisten saat dipesan dalam jumlah besar dan berulang kali,” ujar Lynda.
Ia menilai, rencana Sarinah untuk khusus memasarkan produk lokal Indonesia sah saja sepanjang mampu beradaptasi dengan perubahan peta ritel Indonesia dan dunia. Selain itu, perilaku konsumen pun mengalami pergeseran.
”Banyak pusat perbelanjaan di dunia rontok menjelang dan sesudah pandemi. Sarinah harus bisa menyiasati ini dengan merengkuh konsumen generasi Y dan Z, selain generasi X,” katanya.
Konsistensi kualitas produk memerlukan rantai suplai yang kuat dan pasokan bahan baku yang stabil. Selain itu, proses kriya tangan juga memengaruhi konsistensi itu.
Senada dengan itu, Didiet mengemukakan, pusat belanja yang fokus memasarkan produk jenama Indonesia perlu memiliki strategi pemasaran yang baik agar relevan masuk dalam pilihan belanja bagi generasi muda dan target pasar yang dituju. Kurasi harus dilakukan berdasarkan sistem yang disesuaikan dengan target pasar sehingga bisa memuaskan konsumen.
Kebangkitan Sarinah tentu diharapkan turut memperkuat denyut nadi kebangkitan ekonomi kerakyatan. Gerakan lokalitas ini juga harus mampu membaca perubahan pasar sehingga mampu menggarap ceruk besar pasar Tanah Air.