Industri film di Indonesia punya prospek positif di tengah ancaman resesi global. Saat pandemi Covid-19, industri perfilman nasional dinilai memiliki daya tahan dan mampu bangkit lebih cepat.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)
Penonton berada di dalam salah satu teater di salah satu jaringan bioskop CGV di Jakarta, Kamis (16/9/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri kreatif Indonesia, khususnya sektor perfilman, optimistis bisa bertahan di tengah ancaman resesi global. Sikap itu muncul setelah mereka berkaca dari pengalaman keberhasilan menghadapi krisis sebelumnya, yakni pandemi Covid-19. Industri film di Indonesia pun disebut masih punya prospek positif.
”Industri perfilman mampu bangkit lebih cepat ketika krisis, baik akibat pandemi Covid-19 maupun resesi. Saat pandemi, terbukti kami punya resiliensi tinggi. Kalau sampai terjadi resesi, kami yakin bisa melaluinya dengan cara yang sama,” kata Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia Edwin Nazir dalam acara konferensi pers IdeaFest 2022 di Jakarta, Rabu (5/10/2022).
Berdasarkan data dari laman filmindonesia.or.id, industri perfilman nasional berhasil menunjukkan tren positif pada 2022. Hingga September tahun ini, jumlah penonton film layar lebar di Indonesia telah mencapai 45 juta orang. Angka ini nyaris menyamai jumlah penonton tertinggi sebelum pandemi dengan 50 juta orang pada 2018.
Edwin mengatakan, industri ini pun telah memecahkan rekor dengan mencatatkan pangsa pasar dalam negeri sebesar 61 persen. Artinya, film nasional sukses mengungguli film asing yang hanya menorehkan pangsa pasar 39 persen. Menurut dia, hal ini menunjukkan keberhasilan industri tersebut bangkit dari krisis.
Keberhasilan itu terwujud, menurut Edwin, berkat eksekusi atas ide-ide brilian yang tersimpan selama pandemi, termasuk penerapan genre baru. Film dengan genre yang belum pernah ada sebelumnya berhasil mencuri perhatian, misalnya film bertema pencurian. Selain itu, film yang spesifik membahas daerah tertentu, menggunakan dialog daerah tersebut, dan menyasar masyarakat tertentu juga berhasil menyedot penonton dalam jumlah besar.
Di acara yang sama, Chief Executive Officer Samara Media and Entertainment Ben Soebiakto juga mengutarakan optimisme industri kreatif di tengah resesi. Menurut dia, pelaku industri kreatif bahkan bisa menjadikan resesi global sebagai momentum untuk mengoptimalkan usahanya.
”Kondisi resesi tidak bisa dihindari. Daya beli masyarakat mungkin akan menurun, tetapi pelaku industri kreatif bisa mengangkat narasi bangga memakai produk lokal. Jadi, meskipun daya beli menurun, sekalinya masyarakat melakukan pembelian, pilihannya adalah produk lokal,” ujar Ben.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, industri kreatif memiliki prospek menjanjikan di tengah ancaman krisis global. Apalagi jika industri tersebut berbasis teknologi informasi.
REBIYYAH SALASAH UNTUK KOMPAS
Chief Executive Officer Samara Media and Entertainment Ben Soebiakto mengutarakan optimisme industri kreatif di tengah resesi dalam acara konferensi pers IdeaFest 2022 di Jakarta, Rabu (5/10/2022).
”Pertumbuhan industri kreatif berbasis teknologi mencapai 8-9 persen per tahun. Pengeluaran masyarakat pun banyak beralih ke sektor itu. Misalnya, mereka rela mengeluarkan uang untuk membeli pulsa demi bisa mengakses hiburan berupa film atau video dari ponselnya,” ujar Tauhid.
Menurut Tauhid, industri kreatif perlu terus berinovasi agar bisa bertahan di tengah krisis. Hal itu penting dilakukan untuk mempertahankan konsumen yang loyalitasnya rendah agar tidak gampang berpindah preferensi. ”Selain itu, perlu ada penguatan dari dalam industri kreatif ini, terutama sumber daya manusia dan finansialnya,” ujarnya.
Isu kesehatan mental
Kondisi krisis menghasilkan perubahan yang memengaruhi sikap mental seseorang. Menurut praktisi kesehatan mental Adjie Santosoputro, perubahan membuat manusia merasakan cemas. Kecemasan ini bisa menjadi bahan bakar untuk sikap agresif. Sementara itu, sikap agresif ini memengaruhi produktivitas dan kreativitas seseorang.
Sikap agresif bisa menghasilkan dua ekstrem, yakni produktif yang berlebih atau sama sekali tidak produktif.
”Sikap agresif ini bisa menghasilkan dua ekstrem, yakni produktif yang berlebih atau sama sekali tidak produktif. Keduanya sama-sama produktivitas yang tidak sehat,” ujar Adjie dalam acara konferensi pers IdeaFest 2022.
Produktivitas dan kreativitas merupakan dua hal penting dalam industri kreatif. Untuk itu, menurut Adjie, penting bagi pelaku industri kreatif merawat diri agar tetap sehat fisik dan mental. Sebab, ketika tubuh sehat dan bugar, akan mudah melahirkan ide dan inovasi.
”Meski sudah memiliki ide kreatif yang berlimpah pun, menjaga kesehatan mental pun tetap penting supaya ide yang lahir tepat dan bijaksana,” kata Adjie.