Pasar properti menengah ke atas dinilai masih berpotensi tumbuh di tengah ancaman pelambatan ekonomi. Daya beli konsumen di segmen ini dinilai masih terjaga.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Summarecon Agung Tbk siap meluncurkan kawasan baru berskala kota, yakni Summarecon Crown Gading di Bekasi, Jawa Barat. Pasar properti, terutama segmen menengah ke atas, diyakini masih terus tumbuh di tengah potensi perlambatan ekonomi.
President Director PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P Adhi mengemukakan, perekonomian Indonesia dinilai tetap kuat meski ada ancaman resesi ekonomi global. Kenaikan inflasi dan suku bunga acuan yang bakal diikuti kenaikan suku bunga kredit tidak menghalangi konsumen untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal ataupun investasi.
Summarecon Crown Gading merupakan proyek properti berskala kota (township) ke-8 yang dibangun Summarecon. Pembangunan kawasan seluas 437 hektar (ha) itu bekerja sama dengan pengembang Duta Putra Land. Sebelumnya, dalam kurun waktu 47 tahun, Summarecon telah mengembangkan kawasan berskala kota di Kelapa Gading (Jakarta Utara), Serpong (Tangerang), Bekasi, Bandung, Karawang, Makassar, dan Bogor.
”Pengembangan township akan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi, termasuk penyerapan lapangan kerja. Industri properti melibatkan sekitar 170 industri terkait dengan properti. Ketika industri properti jalan, industri ikutannya juga ikut bergeliat,” katanya.
Adrianto berpendapat, resesi ekonomi global tidak bisa dihindari. Namun, perekonomian Indonesia diyakini masih terkendali. Kenaikan tingkat inflasi masih terjaga, sedangkan kenaikan suku bunga acuan menjadi 4,25 persen diyakini tidak akan diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) secara signifikan. ”Selama ini, suku bunga kredit sudah sangat rendah jika ada kenaikan 1-2 persen masih masuk akal dan masyarakat mampu untuk mencicil,” katanya.
Ia menambahkan, pihaknya tidak secara spesifik menyasar generasi milenial untuk pemasaran produk properti. Meski demikian, sebagian pembeli berasal dari kelompok milenial yang memiliki daya beli lebih tinggi karena fokus mencari hunian.
Hingga September 2022, Summarecon mencatat prapenjualan (marketing sales) sebesar Rp 3,5 triliun atau 70 persen dari target tahun ini yang sebesar Rp 5 triliun. Kontribusi terbesar ialah dari pemasaran, properti Summarecon Serpong, yakni mencapai 51 persen. Dari sisi produk, sebanyak 70 persen penjualan bersumber dari produk perumahan. Pemenuhan target prapenjualan akan mengoptimalkan penjualan dari Crown Gading, serta proyek di Serpong, Bandung, dan Karawang.
Selain pengembangan kawasan baru berskala kota, pihaknya juga berencana membangun proyek unggulan properti komersial, yakni pusat perbelanjaan berkonsep mewah (premium outlet) Summarecon Villagio di Karawang serta Summarecon Mal Bandung pada 2023.
Executive Director PT Summarecon Agung Tbk Albert Luhur mengemukakan, pertumbuhan pasar properti segmen menengah ke atas diproyeksikan tumbuh, antara lain, didorong oleh kenaikan harga komoditas dalam dua tahun terakhir. Ada kecenderungan sebagian keuntungan dari kenaikan harga komoditas yang bakal dibagikan pada tahun depan akan dibelanjakan untuk properti.
Tahap pertama proyek Summarecon Crown Gading, yakni kluster regia, meliputi hunian pada lahan berukuran 5 x 11 meter persegi (tipe 5 x 11), 6 x 11, 7 x 11, 7 x 13, dan 8 x 13 dengan harga jual unit mulai dari Rp 952 juta. Selain itu, kluster Jasmia meliputi hunian tipe 9 x 15, 10 x 15, dan 12 x 16 dengan harga jual mulai dari Rp 2,6 miliar.
Sebelumnya, CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda memprediksi, tren pembelian properti yang sudah mulai tumbuh akan kembali melambat sebagai dampak kenaikan suku bunga kredit. Respons negatif pasar akan terjadi mengingat dengan naiknya suku bunga kredit pemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA), tingkat cicilan akan naik. Daya beli pasar properti, khususnya segmen menengah-bawah, berpotensi tergerus.
Meski demikian, masih ada potensi pasar yang bisa digarap, yakni segmen menengah ke atas. Daya beli segmen menengah ke atas dinilai masih tetap terjaga untuk pemenuhan kebutuhan rumah, baik itu untuk rumah tinggal maupun investasi. ”Momentum kenaikan harga komoditas dapat mendorong investasi properti,” katanya, beberapa waktu lalu.