Delapan Koperasi di Indramayu Ikuti Program Solar untuk Nelayan
Delapan koperasi di Indramayu, Jawa Barat, bergabung dalam program Solar untuk Koperasi Nelayan yang digelar Kementerian Koperasi dan UKM. Program itu diharapkan membuat penyaluran BBM lebih tepat sasaran.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak yang berimbas pada nasib nelayan, pemerintah menggencarkan program Solar untuk Koperasi Nelayan. Penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi diupayakan semakin tepat sasaran.
Delapan koperasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyambut program itu. Koperasi yang beranggotakan para nelayan itu menginginkan agar bantuan penyediaan solar bukan hanya dapat dinikmati oleh nelayan tangkap yang memiliki perahu, tetapi juga nelayan budidaya yang memerlukan solar untuk operasional.
Ketua Koperasi Produsen Wana Pantai Tiris, Carikam, saat menerima kunjungan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki di Desa Cangkring, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (21/9/2022), mengatakan, program Solar untuk Koperasi (Solusi) Nelayan jangan hanya menyasar nelayan tangkap yang memiliki perahu. ”Banyak juga anggota kami, yaitu nelayan budidaya, yang juga membutuhkan solar bersubsidi,” kata Carikam.
Dalam program yang diinisiasi Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian BUMN itu, delapan koperasi di Indramayu menyatakan minat untuk terlibat. Delapan koperasi tersebut adalah Koperasi Perikanan Laut Ngupaya Mina (di daerah Juntinyuat), Koperasi Mina Makmur Lestari (Pabean Udik), KUD Sri Mina Sari (Juntinyuat), KUD Mina Jaya (Karangampel), KUD Baita Mina Lestari (Majakerta), Koperasi Produsen Wana Pantai Tiris (Pasekan), Koperasi Kharisma Mitra Bahari (Cantigi Kulon), dan Koperasi Mangrove Mina Mandiri (Pabean Ilir).
Carikam menyebutkan, terkait jumlah anggota koperasinya yang secara total memiliki 100 perahu, jumlah itu hanya berasal dari wilayah kecamatan Cantigi. Anggota koperasinya tersebar di 13 kecamatan. Banyak juga anggota koperasinya yang berkecimpung di lini usaha perahu pariwisata pantai, yang juga membutuhkan solar bersubsidi. Pokoknya, kata Carikam, koperasinya siap mengamankan penyaluran solar bersubsidi untuk nelayan.
Bahkan, nelayan lainnya asal Majakerta meminta pemerintah untuk segera mewujudkan berdirinya SPBU nelayan di wilayahnya. Biasanya, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk melaut, mereka terpaksa mengantre selama 2-3 hari.
Menteri Koperasi dan UKM dalam siaran persnya mengatakan, pihaknya menyambut baik keinginan sejumlah koperasi nelayan di Indramayu dalam program Solusi Nelayan. Menurut dia, keinginan itu menandakan program tepat menjawab tantangan pembelian BBM oleh nelayan kecil dan tradisional. Selama ini, mereka membeli BBM dengan harga lebih mahal karena terpaksa membeli di pedagang eceran.
Menurut Teten, program Solusi Nelayan ingin mempercepat kehadiran sarana penyaluran BBM bersubsidi di kampung-kampung nelayan yang selama ini belum tersedia. Namun, dengan total jumlah perahu nelayan sekitar 400 per tahun dari 8 koperasi tersebut, cukup dilayani dengan satu SPBU nelayan saja.
Nantinya, koperasi akan menyalurkan BBM bersubsidi hanya kepada nelayan kecil dan tradisional yang sudah terdata. Selanjutnya, mereka akan termonitor ke dalam sistem digital sehingga lebih tepat sasaran, tidak menyulitkan nelayan. Selain itu, secara bisnis lebih efisien untuk para nelayan.
Teten berpesan agar penyaluran BBM bersubsidi jenis solar agar tepat sasaran dan tidak menyimpang. Program Solusi Nelayan khususnya untuk kapal ukuran 10 GT ke bawah. Karena itu, nelayan harus terlebih dahulu mencatatkan dirinya menjadi anggota koperasi. ”Kebutuhan para nelayan akan tercatat secara digital dan terkoneksi dengan platform My Pertamina,” kata Menteri Teten.
Selanjutnya, PT Pertamina (Persero) akan mengecek kesesuaiannya. Hingga Desember 2022, Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian BUMN telah mencanangkan program ini, pertama-tama diadakan di tujuh daerah. Salah satunya, Indramayu.
Melalui koperasi
Sebelumnya, program serupa telah diinisiasi di Surabaya, Jawa Timur. Kemudian, akhir pekan lalu, berlanjut ke daerah Cilacap, Jawa Tengah. Program Solusi Nelayan akan diluncurkan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) yang dikelola Koperasi Mino Saroyo.
Koperasi ini juga akan menjadi lokasi percontohan dalam penguatan akses pasar perikanan berbasis koperasi nelayan. Realisasi pilot project Program Solusi Nelayan digarap untuk memastikan ketersediaan BBM bagi nelayan, sekaligus membenahi bisnis model perikanan di Indonesia.
Saat pencanangan realisasi SPBUN Cilacap, Jumat (16/9/2022), Teten mengaku telah sepakat dengan Menteri BUMN Erick Thohir bahwa program Solusi Nelayan ini bukan hanya program untuk memberikan akses nelayan pada BBM atau solar, tetapi juga untuk sama-sama membenahi model bisnisnya. Pembenahan ini penting supaya produk para nelayan itu bisa terhubung pada pasar yang lebih luas dan didukung pembiayaannya oleh perbankan pemerintah.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pihaknya mulai melihat dan mempelajari mekanisme pembukaan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sesuai saran Kementerian Koperasi dan UKM, koperasi sangat berperan sebagai agregrator. Namun, di sisi lain, tetap melibatkan BUMN dari sisi akses BBM dan pembiayaan serta pihak swasta sebagai offtaker.
Koperasi Mina Saroyo merupakan koperasi yang sudah ditetapkan sebagai rolemodel koperasi perikanan modern sejak tahun 2021 oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Saat ini, koperasi tersebut memiliki 8.441 anggota yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, dan Cilacap Utara.
Dalam menghubungkan seluruh kegiatan usahanya, Koperasi Mina Saroyo juga sudah terkoneksi dengan platform digital ”CUSO Minos” sehingga seluruh proses transaksi dari anggota dapat dilihat secara waktu nyata (realtime) tertera pada dasbor sistem digitalnya.