Kisah Parfum Satpol PP dan Gerakan 14.000 Situs
Banyak penerima Kartu Prakerja yang hanya memanfaatkan insentif untuk menambal kebutuhan harian. Namun, tak sedikit pula yang memanfaatkannya untuk modal usaha sehingga melahirkan usaha baru bahkan gerakan 14.000 situs.
Di tengah banyak penerima program Kartu Prakerja memanfaatkan insentif untuk menambal biaya hidup keseharian, Refianto (21) dan Rahmad Widyo Utomo (22) justru memilih melahirkan usaha dan karya. Refi yang merupakan tenaga honorer Satuan Polisi Praja Kabupaten Sintang juga berdagang parfum, sementara Rahmad merintis gerakan 14.000 situs di Kalimantan Barat.
Sebelum pandemi Covid-19, Refi yang mengenyam pendidikan terakhir SMA itu mengantongi Rp 1,5 juta per bulan. Namun, lantaran pandemi, gajinya dipangkas menjadi Rp 1,2 juta per bulan dan kini hanya menerima Rp 1,3 juta per bulan.
Untuk menghidupi istri dan anaknya di tengah pandemi Covid-19, warga Kapuas Kiri Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, ini memerlukan tambahan penghasilan. ”Tidak akan cukup kalau hanya mengandalkan gaji bulanan untuk memenuhi kebutuhan harian. Belum lagi untuk membayar angsuran sepeda motor,” ujar Refi di Sintang, Senin (29/8/2022).
Berbekal motivasi awal itu, ia memutuskan mengikuti program Kartu Prakerja gelombang ke-14 pada Maret 2021. Uang insentif pelatihan senilai Rp 1 juta ia manfaatkan untuk membeli paket-paket yang bermanfaat bagi dirinya, yaitu paket pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), motivasi bisnis, manajemen keuangan digital, dan rahasia pengembangan bisnis.
Kendati mendapat paket pelatihan K3 di bidang infrastruktur dan industri, Refi mengaku bisa menerapkannya juga di tempat kerjanya. Sebagai tenaga honorer satpol PP yang kadang kala harus berhadapan dengan berbagai konflik dalam penertiban peraturan daerah, penerapan metode keselamatan kerja juga penting.
”Ketika dilibatkan membantu penanganan banjir Sintang, saya juga tidak segan meminta baju pelampung demi keselamatan kerja. Dari pelatihan yang saya dapat, seorang pekerja juga memiliki hak meminta instansi, lembaga, atau perusahaan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja,” katanya.
Dari pelatihan yang saya dapat, seorang pekerja juga memiliki hak meminta instansi, lembaga, atau perusahaan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja.
Sementara dengan tiga pelatihan di bidang bisnis dan keuangan, Refi membangun usaha reseller parfum dan jasa titipin pembelian secara daring. Modalnya berasal dari sebagian insentif yang didapat setelah mengikuti pelatihan senilai total Rp 2,4 juta. Pelan-pelan, ia juga bisa membaca pasar parfum, serta membukukan pendapatan dan pengeluaran secara digital.
Refi juga bisa mendapatkan distributor utama parfum yang memampukannya membanderol harga parfum dengan merek yang sama di bawah harga pasaran. Harga sebotol parfum merek tertentu di Sintang Rp 75.000-Rp 80.000, sedangkan Refi menjualnya Rp 65.000 per botol.
”Saya tertarik menjual parfum ini lantaran pernah viral di Sintang. Peminatnya banyak, tetapi harganya cukup mahal. Selain itu, parfum merupakan barang yang awet dan tidak mudah rusak. Menjualnya pun relatif mudah dan tidak mengganggu pekerjaan utama saya,” kata Refi yang kini memiliki tambahan penghasilan di kisaran Rp 2,5 juta-Rp 5 juta per bulan.
Ia bahkan memfasilitasi sejumlah warga dan rekanan di Sintang membeli produk-produk tertentu di toko-toko daring. Ia hanya mengambil keuntungan dengan cara memanfaatkan voucer yang disediakan oleh toko daring.
Gerakan 14.000 situs
Lain halnya dengan Rahmad yang berasal dari keluarga transmigran yang kini tinggal di Pontianak. Ia sempat putus sekolah setelah lulus SMP dan bekerja di perkebunan kelapa sawit selama setahun. Setelah berupaya mengejar pendidikannya dengan mengikuti program Pendidikan Kesetaraan Paket C, Rahmad mendaftar sebagai peserta program Kartu Prakerja gelombang ke-4 pada Agustus 2020.
Dana insentif pelatihan senilai Rp 1 juta digunakan untuk membeli sejumlah paket pelatihan yang sesuai minatnya. Dua di antaranya paket pelatihan ”Jago WordPress dalam Dua Jam Langsung Bisa Bikin Website Toko Online Sendiri” dan ”Teknologi Informasi untuk Pemula”. Adapun insentif setelah latihan senilai total Rp 2,4 juta digunakan untuk membeli domain dan hosting atau layanan untuk menyimpan data, gambar, hingga file pada sebuah situs.
Berbekal hasil pelatihan itu, saya merintis gerakan 14.000 situs di Kalimantan Barat. Saat ini sudah ada sekitar 200 situs yang dimiliki oleh UKM dan puluhan situs yang dikelola oleh instansi pemerintah setempat.
Menurut Rahmad, masih jarang orang yang bisa membuat situs. Situs sangat dibutuhkan baik di lingkup industri besar, usaha kecil menengah (UKM), hingga pemerintahan.
”Berbekal hasil pelatihan itu, saya merintis gerakan 14.000 situs di Kalimantan Barat. Saat ini sudah ada sekitar 200 situs yang dimiliki oleh UKM dan puluhan situs yang dikelola oleh instansi pemerintah setempat,” ujarnya, Rabu (31/8/2022).
Rahmad merintisnya dengan cara memberikan pelatihan internet dan pengelolaan situs usaha. Pelaku UKM yang tertarik membangun situs pemasaran sendiri akan dibuatkan situs dengan biaya Rp 500.000, jauh dari harga jasa pembuatan situs pemasaran yang minimal Rp 1,5 juta.
Baca juga: Kesenjangan Digital Masih Jadi Tantangan
Tak berhenti di situ, Rahmad juga mendirikan PT Kalimantan Teknologi Indonesia, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dan menjadi guru teknologi informasi di sebuah SMK. Selain itu, ia menjadi Ketua Bidang Kesekretariatan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Kalimantan Barat dan tengah mengembangkan Komunitas Sekolah Internet bersama di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat.
Bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Institut Dayakologi dan Yayasan Bambu Lestari, Rahmad terlibat dalam pelestarian budaya, lingkungan, dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) masyarakat adat Dayak di Desa Tae, Kecamatan Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau. Selain menggelar Festival Budaya Lingkar Tiong Kandang pada 22-24 Agustus 2022, kapasitas generasi muda di sekitar Bukit Tiong Kandang ini diperkuat melalui sekolah kearifan lokal.
Melalui sekolah itu, generasi muda masyarakat adat dapat mengidentifikasi berbagai pengetahuan lokal dan teknologi tradisional. Mereka juga mendapatkan pelatihan internet dan mengelola jaringannya.
”Untuk tahap selanjutnya, mereka akan dilatih membuat dan mengelola situs mandiri. Situs itu dapat digunakan untuk mengenalkan atau mempromosikan budaya dan produk-produk kerajinan setempat,” kata Rahmad.
Baca juga: Kartu Prakerja Diharapkan Sentuh Pembangunan SDM Masyarakat Adat
Komunitas alumni
Direktur Kemitraan, Komunikasi, dan Pengembangan Ekosistem Manajemen Pelaksana Program (PMO) Kartu Prakerja Kurniasih Suditomo menuturkan, perkembangan program Kartu Prakerja dan manfaatnya bagi penerima sebenarnya cukup signifikan. Program tersebut telah menjangkau seluruh kalangan, termasuk pengangguran, perempuan, serta masyarakat desa dan daerah tertinggal.
Dalam konteks meredam imbas pandemi Covid-19 di sektor sosial-ekonomi, program Kartu Prakerja ini mampu membawa efek ganda pada peserta. Mereka dapat meningkatkan keterampilan dalam bekerja dan mengelola usaha sekaligus mendapatkan bantalan ekonomi.
”Namun hal ini tetap bergantung pada penerima. Mau memanfaatkan pelatihan itu dengan baik sehingga melahirkan kesempatan berusaha atau hanya sekadar menginginkan insentifnya saja,” katanya.
Hal ini tetap bergantung pada penerima. Mau memanfaatkan pelatihan itu dengan baik sehingga melahirkan kesempatan berusaha atau hanya sekadar menginginkan insentifnya saja.
Perkembangan capaian program Kartu PraKerja dapat dilihat dari hasil Survei Evaluasi yang dilakukan oleh tim PMO Kartu Prakerja. Survei Evaluasi I dilakukan pada 15 April-15 Juli 2022 dan melibatkan 851.750 penerima kartu prakerja. Adapun Survei Evaluasi II digelar pada 15 Juni-15 Juli 2022 dengan melibatkan 171.787 penerima program.
Dari survei tersebut, penerima Kartu Prakerja berasal dari 514 kabupaten/kota. Sekitar 76 persen penerima tinggal di desa dan 2 persen di kabupaten tertinggal. Dibandingkan survei-survei sebelumnya, persentase penerima yang tinggal di desa trennya semakin meningkat. Persentase terbesar ada di gelombang ke-35, yakni 83 persen, sedangkan terkecil di gelombang ke-9, yakni 39 persen.
Baca juga: Kartu Prakerja dan Inklusi Keuangan Indonesia
Merujuk pada hasil survei terbaru, sebagian besar dari penerima, yakni 69 persen, tidak memiliki pekerjaan ketika mendaftar. Sisanya merupakan pegawai dan pekerja lepas yang baru pindah tempat kerja dan pekerja informal berpenghasilan rendah.
”Setelah mengikuti program, dari total peserta yang menganggur, sekitar 24 persennya sudah bekerja atau berwirausaha. Dari total peserta yang memiliki usaha kecil, sekitar 14 persen mengalami peningkatan omzet,” kata Kurniasih.
Adapun dari sisi kesejahteraan, lanjut Kurniasih, insentif bagi penerima di luar manfaat pelatihan, yakni senilai Rp 2,4 juta, sebanyak 84 persen penerima menyatakan menggunakannya untuk membeli kebutuhan pokok. Hal ini wajar mengingat program Kartu Prakerja merupakan bentuk perlindungan sosial yang semi bantuan sosial.
Saat ini, lanjut Kurniasih, tim PMO Kartu Prakerja telah merintis komunitas alumni penerima di Sintang untuk sejumlah wilayah di Kalimantan Barat. Komunitas-komunitas itu diharapkan dapat bertukar informasi dan keterampilan, menjalin kemitraan usaha, bahkan menjadi kader-kader pendamping bagi kelompok usaha atau komunitas lain, termasuk masyarakat adat Dayak.
Baca juga: Kartu Prakerja Ungkit Ketahanan Finansial, tetapi Belum Efektif Dorong Konsumsi