Dunia Masih Cemas kendati Tren Harga Pangan Turun
Dunia menyambut baik penurunan harga pangan global. Bersamaan dengan itu, dunia mencemaskan harga pupuk dan ketidakpastian ekonomi global yang tinggi bakal kembali menaikkan harga pangan.
Empat bulan berturut-turut, indeks harga pangan global turun cukup signifikan. Kendati harga pangan masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, masyarakat dunia menyambut baik kabar positif itu.
Di sisi lain, dunia masih dilanda kecemasan. Transmisi kenaikan harga pupuk dan energi ke depan dapat kembali mendorong kenaikan harga pangan.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jumat (5/8/2022), merilis, indeks harga pangan pada Juli 2022 sebesar 140,9. Indeks itu turun 8,6 persen dari Juni 2022 dan tetap lebih tinggi 13,1 persen dibandingkan Juli 2021.
Indeks itu terus turun sejak mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pada Maret 2022, yakni 159,7. Penurunan harga minyak nabati dan sereal menjadi faktor utama terkoreksinya indeks tersebut.
Indeks itu terus turun sejak mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pada Maret 2022, yakni 159,7. Penurunan harga minyak nabati dan sereal menjadi faktor utama terkoreksinya indeks tersebut.
Indeks harga sereal Juli 2022 sebesar 147,3, turun 11,5 persen secara bulanan dan naik 16,6 persen secara tahunan. Hal itu dipengaruhi penurunan harga gandum sebesar 14,5 persen seusai kesepakatan pembukaan jalur ekspor oleh Rusia-Ukraina yang difasilitasi Turki dan PBB. Meski demikian, harga gandum internasional masih 24,8 persen di atas nilainya pada Juli tahun lalu.
Faktor lainnya adalah penurunan harga jagung dunia sebesar 10,7 persen. Panen jagung yang berlimpah di Argentina dan Brasil membantu mengurangi tekanan harga komoditas tersebut.
Sementara indeks harga minyak nabati Juli 2022 turun paling tajam sebesar 19,2 persen menjadi 171,1 secara bulanan. Indeks itu berada di level terendah selama 10 bulan terakhir dan sempat tembus 251,8 pada Maret 2022. Penurunan itu didorong koreksi tajam harga dunia untuk minyak sawit, kedelai, rapeseed, dan biji bunga matahari akibat pelemahan permintaan, ekspektasi ketersediaan stok, dan ketidakpastian logistik global.
FAO juga menyinggung harga minyak sawit turun karena permintaan melemah dan stok berlimpah. Prospek ketersediaan ekspor minyak sawit dari produsen utama Indonesia cukup besar. Hal itu terjadi sejak Indonesia mulai mencabut larangan, mempercepat, dan mengurangi biaya eskpor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan sejumlah produk turunannya.
Baca juga: Ekspor CPO Diperkirakan Berjalan Lambat meski Rasio Pengali Dinaikkan
Kepala Ekonom FAO Maximo Torero mengatakan, penurunan harga komoditas pangan dari level yang sangat tinggi ini baik bagi dunia. Hal itu terutama jika dilihat dari sudut pandang akses pangan global.
”Namun, masih banyak ketidakpastian, termasuk harga pupuk yang tinggi. Harga pupuk ini dapat memengaruhi prospek produksi dan mata pencarian petani di masa depan. Selain itu, prospek ekonomi global yang masih suram dan pergerakan nilai tukar mata uang juga menimbulkan tekanan serius bagi ketahanan pangan global,” ujar Torero melalui pernyataan resmi di laman PBB.
Namun, masih banyak ketidakpastian, termasuk harga pupuk yang tinggi. Harga pupuk ini dapat memengaruhi prospek produksi dan mata pencarian petani di masa depan.
Baca juga: Fenomena ”Lunchflation”
Harga pupuk
Meskipun mulai bergerak turun, harga pupuk dunia tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Bank Dunia mencatat indeks harga pupuk Juli 2022 sebesar 213,08, turun 3,68 persen dari bulan lalu dan naik 67,84 persen dibandingkan Juli 2021. Lonjakan harga energi, seperti gas dan batubara, yang masih terjadi saat ini, diperkirakan dapat kembali memengaruhi kenaikan harga pupuk.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) menyebutkan, harga pupuk yang masih tinggi bakal memengaruhi kenaikan harga pangan. Kebutuhan pupuk bagi tanaman jagung, gandum, dan kedelai sebesar 70 persen dari total volume pupuk yang digunakan di Amerika.
India bahkan akan menaikkan harga pembelian tebu di tingkat petani per Oktober 2022. Kenaikan harga tebu itu mempertimbangkan kenaikan biaya produksi akibat peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja.
Komite Kabinet Bidang Ekonomi India, pada 3 Agusutus 2022, menetapkan harga wajar dan remuneratif (FRP) tebu petani untuk tahun pemasaran 2022-2023 naik 15 rupee menjadi 305 rupee per kuintal. Biaya produksi tebu untuk tahun pemasaran 2022-2023 diperkirakan naik menjadi 162 rupee per kuintal.
Di sejumlah sektor pertanian di Indonesia, kenaikan harga pupuk, terutama pupuk nonsubsidi, telah dirasakan petani. Petani kelapa sawit, misalnya, telah menanggung kenaikan harga pupuk sebesar 70-80 persen di tengah masih rendahnya harga tandan buah segar (TBS) sawit.
Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto mengatakan, harga pupuk NPK di Riau naik dari Rp 320.000 per zak (kapasitas 50 kg) menjadi Rp 900.000 per zak, sedangkan harga pupuk urea naik dari 250.000 per zak menjadi Rp 960.000 per zak.
”Porsi pupuk terhadap total biaya produksi sekitar 80 persen. Kenaikan harga pupuk itu menyebabkan biaya produksi saat ini naik menjadi Rp 1,35 juta per hektar,” ujarnya.
Porsi pupuk terhadap total biaya produksi sekitar 80 persen. Kenaikan harga pupuk itu menyebabkan biaya produksi saat ini naik menjadi Rp 1,35 juta per hektar.
Baca juga: Penghapusan Pungutan Pajak Ekspor Belum Dongkrak Harga TBS di Daerah
Hal serupa juga dialami petani tebu. Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) Soemitro Samadikoen menuturkan, tahun ini, seluruh komponen biaya produksi meningkat drastis, terutama pupuk yang berkontribusi sebesar 17 persen dari biaya tersebut.
Jatah pupuk bersubsidi bagi petani tebu saat ini berkurang dari 5-6 kuintal per hektar (ha) menjadi 1,8 kuintal per ha. Hal itu membuat petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi, yakni ZA dan phonska, yang harganya naik tiga kali lipat.
”Biaya pembelian kedua pupuk itu yang semula sekitar Rp 2 juta per ha melonjak menjadi Rp 6 juta per ha,” katanya.
Baca juga: Kenaikan Harga Pupuk Membayangi, Petani Tebu Minta HPP Dinaikkan