Proyek rumah tapak masih mendominasi pasar perumahan. Pengembang Summarecon fokus mengembangkan pasar rumah tapak.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penjualan rumah tapak terus diminati. Perusahaan pengembang PT Summarecon Agung Tbk berencana meluncurkan proyek kawasan kota baru atau township pada akhir 2022. Hingga akhir tahun ini, perseroan menargetkan prapenjualan mencapai Rp 5 triliun.
President Director PT Summarecon Agung Adrianto P Adhi menjelaskan, hingga semester I (Januari-Juni) 2022, perseroan membukukan tingkat prapenjualan (marketing sales) properti sebesar Rp 2,3 triliun atau 46 persen dari target tahun ini sebesar Rp 5 triliun. Pihaknya tetap konsisten menggarap segmen pasar kelas menengah ke atas.
Selama 47 tahun berdiri, Summarecon telah membangun tujuh kawasan berskala kota dengan ragam fasilitas, yakni Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, dan Summarecon Bekasi. Selain itu, dalam tahap pengembangan adalah Summarecon Bandung, Summarecon Mutiara Makassar, Summarecon Emerald Karawang, dan Summarecon Bogor.
”Akan ada produk baru (township) diluncurkan, tetapi saat ini dalam tahap perencanaan,” ujar Adrianto, dalam paparan publik Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Summarecon Agung Tbk, secara daring, Kamis (7/7/2022).
Direktur Summarecon Lidya Tjio mengemukakan, pembukaan satu township baru direncanakan pada triwulan IV-2022. Pihaknya optimistis target perseroan untuk penjualan properti tahun ini dapat dicapai dengan peluncuran produk-produk baru pada tujuh kawasan berskala kota dan penambahan satu kawasan baru berskala kota.
Corporate Secretary Summarecon Jemmy Kusnadi mengemukakan, biaya modal (capex) yang disiapkan perseroan tahun ini sebesar Rp 600 miliar. Cadangan lahan (land bank) yang tersedia saat ini lebih dari 2.000 hektar dan diperkirakan cukup untuk pengembangan proyek-proyek baru hingga 10 tahun mendatang.
Rekor tertinggi
Pada 2021, Summarecon membukukan rekor prapenjualan sebesar Rp 5,2 triliun atau 130 persen dari target Rp 4 triliun, serta tumbuh 58 persen dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 sebesar Rp 3,3 triliun.
”(Pencapaian) Ini merupakan rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan,” kata Adrianto.
Ia menambahkan, pasar rumah tapak sejauh ini mendominasi tingkat prapenjualan. Sebaliknya, pasar apartemen dinilai masih tertekan. Hambatan pasar apartemen antara lain karena pasokan unit yang besar, sedangkan kultur masyarakat cenderung lebih memilih rumah tapak. Selain itu, masyarakat dinilai tidak terbiasa membayar biaya pemeliharaan (service charge) apartemen.
”Strategi mendorong pasar apartemen, antara lain, menawarkan cara pembayaran yang lebih menarik dan terjangkau, meningkatkan kualitas bangunan, dan kepuasan konsumen,” ujarnya.
Sementara itu, perpanjangan stimulus fiskal berupa insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sektor perumahan tahap II pada tahun 2021 dinilai mendorong pertumbuhan pemasaran properti Summarecon sekitar Rp 50 miliar atau naik 3-4 persen. Stimulus fiskal itu dinilai berdampak pada pertumbuhan penjualan, meski tidak signifikan dibandingkan dengan dampak kebijakan PPN DTP tahap I pada tahun 2020 yang mendorong tingkat penjualan properti Summarecon sebesar Rp 800 miliar atau naik 15 persen. Pihaknya berharap pemerintah memperpanjang insentif PPN DTP.
Perpanjangan insentif PPN DTP tahap II yang direncanakan berakhir September 2022 diberikan sebesar 50 persen dari PPN yang terutang atas penyerahan rumah tapak atau satuan rumah susun dengan harga jual paling tinggi Rp 2 miliar. Untuk harga rumah tapak atau rumah susun di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar, insentif ditetapkan 25 persen dari PPN.
Sebelumnya, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengemukakan, subsektor apartemen tahun ini dinilai masih menghadapi tantangan berat karena indikasi pasar belum membaik. Sementara itu, insentif perpanjangan PPN DTP selama ini lebih banyak berpengaruh positif ke pasar rumah tapak.
”Kebanyakan yang dijual di pasar adalah apartemen yang belum jadi atau taraf peluncuran sehingga tidak memperoleh stimulus PPN,” katanya, dalam paparan ”Property Market Area Jakarta, Bali dan Surabaya Semester 1 (Januari-Juni) 2022”, secara daring, Rabu (6/7).
Di sisi lain, berakhirnya stimulus PPN DTP pada September 2022 diprediksi bakal berimbas pada pasar perumahan yang sedang menuju pemulihan. Berakhirnya subsidi pengurangan PPN dikhawatirkan menekan kembali pasar rumah tapak dengan adanya pengenaan PPN 11 persen. Pihaknya berharap pemerintah memperpanjang stimulus PPN untuk pasar properti guna mempercepat pemulihan pasar.