RI Jorjoran Ekspor, Harga CPO Global dan Buah Sawit Turun
Sebanyak 3,41 juta ton CPO dan sejumlah produk turunannya mulai diekspor secara bertahap. Percepatan ekspor itu justru dinilai membuat harga CPO dan TBS sawit petani di sebagian besar daerah penghasil turun.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program percepatan ekspor minyak kelapa sawit mentah dan sejumlah produk turunannya sudah mencapai 3,41 juta ton. Jorjoran ekspor ini memengaruhi harga minyak kelapa sawit mentah atau CPO global dan justru menahan kenaikan harga tandan buah segar kelapa sawit di tingkat petani.
Harga CPO global di Bursa Derivarif Malaysia, per Senin (13/6/2022), sebesar 5.785 ringgit Malaysia per ton. Harga tersebut turun 2,35 persen secara harian dan 5,4 persen secara bulanan, serta naik 71,44 persen secara tahunan.
TradingEconomics menyebutkan, harga CPO itu anjlok di bawah 6.000 ringgit Malaysia per ton sejak Indonesia mengumumkan skema percepatan ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya. Total tarif (bea keluar dan pungutan) ekspor Indonesia juga turun dari 575 dollar AS per ton menjadi 488 dollar AS per ton.
Di sisi lain, prospek produksi sawit di Malaysia terus memburuk karena kekurangan tenaga kerja. Stok CPO Malaysia juga menyusut pada akhir Mei 2022 karena ada lonjakan permintaan akibat larangan ekspor di Indonesia.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan, Senin, mengatakan, ada 41 perusahaan CPO dan 22 perusahaan used cooking oil (UCO) yang mendaftar mengikuti program percepatan ekspor. Total CPO dan sejumlah produk turunannya yang akan diekspor mencapai 1,16 juta ton.
Perusahaan-perusahaan tersebut tidak mengikuti program subsidi minyak goreng curah. Oleh karena itu, mereka akan dikenai biaya tambahan ekspor 200 dollar AS per ton di luar pungutan ekspor dan bea keluar.
Sementara perusahaan-perusahaan peserta program subsidi minyak goreng curah, lanjut Oke, mendapatkan penambahan kuota ekspor lima kali lipat dari pemenuhan kewajiban memasok kebutuhan pasar domestik (DMO). Ada 32 perusahaan yang telah mendapatkan persetujuan ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya sebanyak 2,25 juta ton.
”Jadi akan ada percepatan ekspor CPO dan produk turunannya dengan volume total 3,41 juta ton,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta.
Jadi akan ada percepatan ekspor CPO dan produk turunannya dengan volume total 3,41 juta ton.
Kebijakan mempercepat ekspor diambil setelah pemerintah mencabut larangan ekspor dan menggantinya dengan kebijakan pemenuhan pasar domestik (DMO) CPO dan sejumlah produk turunannya. Program percepatan ekspor itu bertujuan mengosongkan (flush out) tangki-tangki CPO yang penuh selama larangan ekspor berlangsung agar serapan dan harga TBS sawit di tingkat petani naik.
Pemerintah hanya membuka pendaftaran percepatan ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya kepada perusahaan-perusahaan nonpeserta program subsidi minyak goreng curah pada 9-10 Juni 2022. Proses ekspornya akan berjalan hingga 30 Juni 2022.
Setelah program percepatan ekspor selesai, semua perusahaan CPO dan sejumlah produk turunan harus memenuhi DMO. Kemendag telah menentukan kuota volume DMO 20 persen dari total ekspor tiap-tiap perusahaan. Harga patokan DMO CPO ditetapkan Rp 9.500 per kilogram dan RBD olein Rp 10.800 per kg.
Oke menambahkan, Kemendag juga akan membanjiri pasar dengan minyak goreng curah hasil DMO seharga Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kg. Akan ada sekitar 30.000 pengecer yang akan dilibatkan di 10.000 titik di seluruh Indonesia. Mereka akan mendistribusikan 200 liter minyak goreng curah per titik per hari.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, harga rata-rata nasional minyak goreng curah per 10 Juni 2022 mencapai Rp 16.400 per liter. Harga tersebut turun 2,38 persen sehari setelah larangan ekspor dicabut dan turun 5,2 persen sehari pasca-larangan ekspor diberlakukan. Harga tersebut masih di atas harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah, yaitu Rp 14.000 per liter.
Harga TBS turun lagi
Sejak program percepatan ekspor digulirkan, harga TBS kelapa sawit petani swadaya di hampir seluruh daerah di Indonesia kembali turun sekitar Rp 100 per kg-Rp 710 per kg. Harga tersebut juga masih di bawah harga yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi.
Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mencatat, harga TBS di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, per 13 Juni 2022 sebesar Rp 1.500 per kg. Harganya turun Rp 710 per kg dibandingkan harga per 1 Juni 2022 atau sepekan setelah larangan ekspor dicabut yang sebesar Rp 2.100 per kg. Harga TBS itu jauh di bawah harga yang ditetapkan pemerintah provinsi, yaitu Rp 2.472 per kg.
Dalam periode yang sama, harga TBS di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Rp 2.000 per kg, turun Rp 450 per kg dibandingkan sepekan setelah pencabutan larangan ekspor, yaitu Rp 2.450 per kg. Harga TBS itu juga masih di bawah harga yang ditetapkan pemerintah provinsi, yakni 2.571 per kg.
Kalau sekadar jual jorjoran, pasti akan dibeli murah, karena stok Indonesia berlimpah selama larangan ekspor berlangsung. Program Percepatan Ekspor ini juga perlu diikuti dengan strategi pasar, karena pasti akan bergantung pada permintaan.
Sekretaris Jenderal SPKS Mansuetus Darto menuturkan, penurunan harga TBS sawit petani itu juga dipengaruhi oleh program percepatan ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya. Ketika pasar global digerojok dengan hampir 3 juta ton komoditas tersebut, harga CPO global pasti turun.
”Kalau sekadar jual jorjoran, pasti akan dibeli murah karena stok Indonesia berlimpah selama larangan ekspor berlangsung. Program percepatan ekspor ini juga perlu diikuti dengan strategi pasar karena pasti akan bergantung pada permintaan,” ujarnya.
Mansuetus menambahkan, pasar India sudah mengalihkan permintaan CPO dan sejumlah produk turunannya ke Malaysia selama larangan ekspor berlangsung. Adapun China belum banyak mengimpor CPO lantaran sejumlah wilayahnya masih menerapkan penguncian (lockcdown) menuju nol Covid-19.