Grup Kalla membidik pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pasar kendaraan listrik dinilai potensial.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Grup Kalla siap menggarap ekosistem bisnis kendaraan listrik di Indonesia. Pada tahun 2023, perusahaan itu bakal mengoperasikan pabrik pengolahan nikel sebagai penunjang industri baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Presiden Direktur Grup Kalla Solihin Jusuf Kalla mengemukakan, pembangunan pabrik smelter nikel dengan total investasi 100 juta dollar AS itu berlokasi di Palopo, Sulawesi Tengah, dengan target penyelesaian pembangunan pada awal 2023. Listrik pabrik pengolahan itu dipasok dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Pabrik itu akan menghasilkan nikel sulfat untuk menunjang industri baterai kendaraan listrik.
Potensi pasar kendaraan listrik di Indonesia dinilai sangat besar. Pihaknya kini fokus mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, di luar produksi baterai dan kendaraan listrik. Di samping itu, Grup Kalla juga menjajaki pengembangan kawasan industri khusus nikel di Sulawesi dengan memanfaatkan listrik berbasis PLTA. Kebutuhan listrik untuk kawasan industri nikel itu diperkirakan mencapai 1.000 megawatt (MW).
”Kami memiliki cita-cita membangun kawasan industri khusus nikel yang berfokus pada pengolahan nikel dan baterai, khususnya di Sulawesi. Namun, saat ini kami hanya fokus pada pengolahan nikel sampai satu tahap sebelum menjadi baterai,” tambahnya, kepada pers, Sabtu (21/5/2022), di Jakarta, dalam rangka menyambut ulang tahun perusahaan ke-70 tahun ini.
Solihin menambahkan, komponen terbesar baterai adalah nikel, sedangkan pertambangan nikel terbesar berada di Indonesia, yakni di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Halmahera (Maluku Utara). Dengan kekuatan sumber daya, Indonesia perlu mengembangkan industri pengolahan nikel sehingga tidak perlu lagi mengekspor bahan baku.
Marketing & Business Development Director Grup Kalla, Hariyadi Kaimuddin, mengemukakan, industri mobil listrik memiliki pasar yang sangat potensial. ”Pasar menunggu (mobil listrik), namun suplai masih minim,” katanya.
Selama 70 tahun berkiprah, grup perusahaan terbesar di wilayah Indonesia bagian timur itu menggarap deretan bisnis, seperti perdagangan, transportasi, infrastruktur, properti, manufaktur, energi, dan pendidikan.
Memasuki usia Grup Kalla ke-70 tahun, Solihin menargetkan untuk fokus mengembangkan energi terbarukan di Indonesia, khususnya pembangkit listrik yang bersumber dari tenaga air. Usaha mengembangkan energi terbarukan telah dimulai sejak 2003.
Hingga saat ini, Grup Kalla telah mengelola PLTA di Poso, Sulawesi Tengah, dengan investasi senilai Rp 12 triliun, serta PLTA Malea di Kabupaten Tana Toraja (Sulawesi Selatan). Perseroan juga sedang membangun PLTA di Kerinci (Jambi) dan Mamuju (Sulawesi Barat) dengan alokasi pendanaan Rp 12 triliun. Pengembangan PLTA ditargetkan mencapai kapasitas 1.980 MW.
”Dengan pengembangan pembangkit listrik diharapkan industri datang ke Sulawesi ataupun Sumatera,” ujarnya.