Perang Rusia-Ukraina menyebabkan neraca perdagangan RI dengan kedua negara itu defisit. Di sisi lain, sejumlah lembaga dunia membunyikan alarm tersendatnya perdagangan dan kenaikan harga pangan.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perang Rusia-Ukraina tidak hanya berimbas pada kenaikan harga pangan dan energi di Indonesia. Konflik tersebut juga menyebabkan ekspor Indonesia ke kedua negara pecahan Uni Soviet itu turun.
Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (18/4/2022), merilis neraca perdagangan migas dan nonmigas Indonesia pada Maret 2022 surplus 4,53 miliar dollar AS secara bulanan. Dengan capaian itu, Indonesia telah mencetak surplus perdagangan beruntun selama 23 bulan terakhir. Hal itu juga membuat akumulasi surplus neraca perdagangan RI pada Januari-Maret 2022 cukup besar, yaitu 9,33 miliar dollar AS.
Kendati begitu, kinerja positif ekspor dan impor Indonesia itu sedikit terganggu oleh invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 hingga sekarang. Konflik tersebut menyebabkan ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina turun sehingga neraca perdagangan dengan kedua negara itu defisit.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, Rusia merupakan negara pengimpor lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, serta mesin/peralatan listrik dari Indonesia. Begitu juga dengan Ukraina yang merupakan negara pengimpor lemak dan minyak hewan/nabati, kertas atau karton, serta alas kaki dari Indonesia.
”Konflik Rusia-Ukraina telah mengganggu ekspor Indonesia pada Maret 2022. Neraca perdagangan Indonesia dengan kedua negara itu menjadi defisit,” katanya dalam telekonferensi pers di Jakarta.
Konflik Rusia-Ukraina telah mengganggu ekspor Indonesia pada Maret 2022. Neraca perdagangan Indonesia dengan kedua negara itu menjadi defisit.
Margo menjelaskan, ekspor RI ke Rusia pada Maret 2022 turun 88,1 juta dollar AS. Komoditas yang penurunannya cukup besar adalah lemak dan minyak hewan/nabati serta mesin/perlengkapan listrik dan bagiannya.
Ekspor RI ke Ukraina juga turun 23,3 juta dollar AS. Produk ekspor yang penurunannya cukup besar adalah lemak dan minyak hewan/nabati serta kertas atau karton.
”Impor RI dari Rusia dan Ukraina juga turun. RI merupakan pengimpor besi baja, pupuk, dan bahan bakar dari Rusia. Adapun dari Ukraina, RI mengimpor serealia, besi baja, serta mesin dan perlengkapan pesawat,” ujarnya.
BPS mencatat, neraca perdagangan RI dengan Rusia pada Maret 2022 defisit 189,5 juta dollar AS. Hal ini semakin membuat defisit RI terhadap Rusia pada Januari-Maret 2022 melebar, yaitu 204,6 juta dollar AS.
Adapun neraca perdagangan RI dengan Ukraina pada Maret 2022 defisit 6,6 juta dollar AS. Surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 yang sebesar 3,6 juta dollar AS belum mampu membuat neraca perdagangan RI dengan Ukraina pada Januari-Maret 2022 surplus. Neraca perdagangan pada periode tersebut defisit 13,5 juta dollar AS.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan volume perdagangan dunia pada 2022 tumbuh 3 persen, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,7 persen. Pada 2021 dan 2020, volume perdagangan dunia tumbuh masing-masing 9,8 persen dan minus 5 persen.
Penurunan pertumbuhan volume perdagangan itu disebabkan dua faktor utama, yaitu perang Rusia-Ukraina dan kuncitara untuk mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19 di China. Meskipun pangsa Rusia dan Ukraina terahdap perdagangan dan output dunia kecil, kedua negara itu adalah pemasok barang-barang penting, seperti makanan, energi, dan pupuk.
WTO memperkirakan volume perdagangan dunia pada 2022 tumbuh 3 persen, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,7 persen.
Perang Rusia-Ukraina menyebabkan pasokan komoditas-komoditas itu tersendat. Hal itu terjadi lantaran pengiriman komoditas-komoditas itu melalui sejumlah pelabuhan di Laut Hitam telah dihentikan.
Perdagangan maritim yang masuk dalam rute logistik China juga tengah terganggu. Kuncitara di China mulai mengganggu rantai pasok. Jika berkepanjangan, dapat menyebabkan inflasi semakin tinggi dan menekan industri manufaktur.
”Dalam krisis yang terjadi saat ini, perdagangan sangat diperlukan untuk memastikan akses yang stabil dan adil terhadap berbagai kebutuhan. Membatasi perdagangan akan mengancam kesejahteraan masyarakat dan bisnis sehingga pemulihan ekonomi dari imbas pandemi Covid-19 menjadi lebih berat,” kata Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala melaui siaran pers.
Pada 13 April 2022, sejumlah lembaga dunia mengeluarkan pernyataan bersama tentang dampak perang Rusia-Ukraina terhadap ketahanan pangan setiap negara. Lembaga-lembaga tersebut adalah WTO, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Porgram Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP).
Mereka mendesak perlunya tindakan terkoordinasi untuk membantu negara-negara rentan mengatasi ancaman yang berkembang terhadap ketahanan pangan. Langkah-langkah yang diusulkan antara lain penyediaan cadangan pangan darurat, pemberian dukungan fiskal terhadap masyarakat rentan, dan memfasilitasi perdagangan tanpa hambatan.
Setiap kenaikan satu poin persentase harga pangan dunia, 10 juta orang dapat terjerumus ke dalam kemiskinan ekstrem.
Presiden Grup Bank Dunia David Malpass mengatakan, dunia tengah diguncang oleh krisis yang semakin kompleks. Harga pangan yang naik tajam dan berkurangnya pasokan pangan dunia menambah tekanan bagi rumah tangga dan mendorong jutaan orang jatuh dalam kemiskinan.
“Setiap kenaikan satu poin persentase harga pangan dunia, 10 juta orang dapat terjerumus ke dalam kemiskinan ekstrem,” ujarnya melalui siaran pers.
Lembaga-lembaga tersebut juga mendesak semua negara untuk menjaga perdagangan tetap terbuka dan menghindari pembatasan, seperti larangan ekspor makanan atau pupuk. Jika hal itu dilakukan justru akan semakin memperburuk penderitaan orang-orang yang paling rentan, termasuk petani.