Cadangan Operasi Dinilai Cukup, DPR Minta Pertamina Antisipasi Lonjakan Permintaan
Dengan cadangan rata-rata operasi mencapai 21 hari, Pertamina menilai stok bahan bakar dan elpiji dalam kondisi aman. Namun, Pertamina diminta mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang hari raya Idul Fitri.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) menyatakan rata-rata cadangan operasional yang saat ini pada posisi 21 hari cukup untuk menjaga pasokan bahan bakar minyak dan elpiji. Tambahan dana miliaran dollar AS diperlukan untuk melebihi posisi itu. Selain itu, penetapan dari pemerintah juga dinilai perlu untuk menambah ketahanan energi nasional.
Hal tersebut mengemuka dalam rapat dengar pendapat Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Dalam rapat itu, sejumlah anggota DPR menanyakan sejumlah hal kepada Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati beserta jajarannya, termasuk terkait cadangan operasi yang idealnya melebihi 21 hari.
Saat menjawab pertanyaan tersebut, Nicke mengatakan, cadangan bahan bakar strategis dikelola oleh negara. Menurut dia, saat ini cadangan operasional mencapai 21 hari dengan beban yang ditanggung (idle money) oleh Pertamina mencapai 6,7 miliar dollar AS.
”Kemarin kami hitung, untuk tambahkan (cadangan operasi menjadi) 30 hari saja, perlu tambah lagi 3 miliar dollar AS. Kami tak sanggup. Memang harus ada kebijakan yang ditetapkan dan harus ada alokasi dana untuk menambah ketahanan energi nasional. Namun, dengan sistem distribusi yang ada, cadangan operasi 21 hari sudah cukup untuk menjaga pasokan BBM dan elpiji,” kata Nicke.
Dalam rapat itu, sejumlah anggota DPR juga bertanya tentang impor minyak mentah yang diharapkan menjadi solusi di tengah situasi saat ini. Akan tetapi, menurut Nicke, saat ini crack spread atau selisih harga minyak mentah dan produk melonjak dari saat normal berkisar 6-8 dollar AS menjadi naik berkali lipat, bahkan sempat mencapai 51 dollar AS.
”Artinya dalam kondisi seperti ini, permintaan dan penawaran gasoline dan gasoil ini defisit, kebijakan terbaik adalah mengoptimalkan produksi kilang. Sebab, hal itu akan membuat ongkos produksi menjadi lebih murah. BBM saat ini mahal karena 92 persen dari ongkos produksi ialah harga crude (minyak mentah) yang harganya meningkat luar biasa. Kenaikan ini di seluruh dunia,” kata Nicke.
Nicke mengemukakan, dengan tumbuhnya perekonomian dan pemulihan dari pandemi Covid-19 yang lebih cepat, pihaknya merasakan adanya peningkatan tajam pada permintaan (demand), terutama pada solar. Pasalnya, hal itu berkaitan dengan logistik, terlebih saat ini menjelang Idul Fitri.
Pertamina pun membentuk Satuan Tugas Ramadhan dan Idul Fitri yang sedianya efektif pada 11 April-10 Mei 2022. Operasionalnya dipercepat dua pekan. "(Dalam menyediakan) BBM dan elpiji, kami menyediakan seluruh infrastruktur yang ada. Ada 114 TBBM (terminal bahan bakar minyak), 23 terminal LPG, 7.400 SPBU, serta 4.000 Pertashop. Juga ada SPBE dan agen-agen elpiji,” ujar Nicke.
11 persen
Menurut data PT Pertamina Patra Niaga, per 3 April 2022, kondisi stok BBM jenis pertalite mencapai 16,5 hari dengan penjualan 73.338 kiloliter per hari. Sementara stok jenis pertamax mencapai 37 hari dengan penjualan 21.744 kiloliter per hari dan stok biosolar mencapai 22 hari dengan penjualan 81.705 kiloliter per hari. Sementara stok elpiji mencapai 16,3 hari dengan penjualan 3.238 metrik ton per hari.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution, dalam rapat itu, menyatakan, pertalite menjadi jenis BBM yang diproyeksikan paling meningkat permintaannya selama periode Satgas Ramadhan Idul Fitri tahun ini, yakni mencapai 11 persen. Adapun permintaan pertamax diperkirakan turun 15 persen. Sementara permintaan elpiji diproyeksikan meningkat 3 persen.
Pihaknya melakukan sejumlah upaya agar penyaluran BBM dan elpiji berjalan lancar. ”Seperti penambahan mobil tangki, penyiapan mobil tangki siaga BBM dan elpiji, BBM kemasan, dan penyiapan LO kredit (untuk pemilik SPBU). Juga optimalisasi digitalisasi SPBU untuk memonitor stok dan penjualan serta transaksi nontunai,” ujar Alfian.
Menurut anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Ramson Siagian, dari paparan Pertamina, stok BBM dan elpiji memang aman dan belum rawan. ”Namun, jika di lapangan terjadi terus-terusan begitu (antre/habis), jadi repot dan bisa jadi letupan. Seperti minyak goreng. Saya pikir, operasional manajemen di lapangan yang perlu diperbaiki,” katanya.
Sementara itu, anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Andi Yuliani Paris, meminta data detail terkait kepastian ketersediaan BBM-elpiji, termasuk kondisi di setiap terminal. Menurut dia, pusat kontak (call center) Pertamina juga harus benar-benar bisa melayani masyarakat saat mengalami kesulitan di lapangan.
Sejumlah simpulan dalam rapat itu, antara lain DPR RI mendesak Direktur Utama Pertamina untuk memastikan kelancaran pendistribusian BBM dan elpiji, khususnya selama Ramadhan serta menjelang dan sesudah Idul Fitri. DPR juga meminta Pertamina agar meningkatkan kinerja operasional hulu agar produksi minyak nasional dapat meningkat.