Surabaya Perlu Antisipasi Antrean Pembelian Bensin
Kenaikan harga pertamax mendorong warga Surabaya, Jawa Timur, menggunakan pertalite yang jauh lebih murah sehingga perlu antisipasi agar produk ini tidak sulit didapat apalagi langka.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kenaikan harga bensin jenis pertamax memicu peningkatan konsumsi pertalite di Surabaya, Jawa Timur. Peningkatan konsumsi bisa memicu antrean pembelian di stasiun pengisian bahan bakar umum sehingga perlu antisipasi. Produsen dan pemerintah perlu memastikan pertalite tidak akan menjadi komoditas yang sulit didapat.
Pantauan di sejumlah SPBU, Selasa (5/4/2022) siang, sebagian warga agak sebal karena harus antre membeli pertalite Rp 7.650 per liter. Di SPBU Kebonsari, sekitar pukul 13.00, pesepeda motor mengantre hingga 30 menit untuk mendapatkan pertalite. Nyaris tidak ada antrean di lajur pertamax dengan harga Rp 12.500 per liter. Di sekitar SPBU, ada dua pengecer menjual pertalite dalam botol dengan harga Rp 9.000-Rp 10.000 per liter.
Antrean pengendara untuk mendapatkan pertalite pada Selasa siang itu juga terlihat di sejumlah SPBU di Surabaya. ”Kenaikan harga pertamax tinggi banget (dari Rp 9.000 ke Rp 12.500) jadi buat saya memberatkan sehingga tidak apa-apa antre demi pertalite,” ujar Suhartono, warga Kutisari, saat antre membeli pertalite di SPBU Jemursari.
Saat di harga Rp 9.000 per liter, menurut Suhartono, pertamax terkadang menjadi pilihan untuk sepeda motor karena dirasa membuat tarikan gas dan baik untuk mesin. Membeli bensin yang lebih mahal menjadi pilihan ketika kendaraan, sepeda motor misalnya, saatnya reparasi karena dianggap membersihkan kerak dalam mesin.
”Perbedaan harga yang terlalu tinggi antara pertalite dan pertamax, bagi saya memaksa untuk seterusnya menggunakan pertalite,” kata Suhartono.
Sejak 1 April 2022, PT Pertamina (Persero) menyesuaikan harga bakar bakar minyak (BBM) sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Regulasi mengenai Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui SPBU. Untuk BBM tak subsidi jenis gasolin atau bensin dengan RON 92 alias pertamax menjadi Rp 12.500 per liter. Untuk BBM subsidi, yakni pertalite dan solar, harga tidak naik.
Butuh waktu
Menurut Arya Yusa Dwicandra, Section Head Communication Pertamina Patra Niaga Jawa Timur Bali Nusa Tenggara, kenaikan harga pertamax memicu kenaikan konsumsi pertalite sekitar 15 persen. Di Jatim, penyaluran pertalite sebanyak 270.000-290.000 kiloliter per bulan. Khusus untuk Surabaya, pertalite yang disalurkan 30.000-35.000 kiloliter per bulan.
”Stok pertalite bisa dikatakan aman dengan ketahanan rata-rata 15 hari,” kata Arya. Jika ada SPBU yang sampai kehabisan stok pertalita sehingga produk ini sementara belum bisa didapat mungkin karena animo tinggi pembelian atau keterlambatan kedatangan truk pemasok.
Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Deny Djukardi menyatakan, secara umum, stok pertalite mencukupi sampai 15 hari mendatang. Ada keterlambatan penyaluran dari terminal BBM ke jaringan SPBU. Akibatnya, di sejumlah SPBU termasuk di Surabaya ada yang kehabisan pertalite dan ada kemungkinan disimpulkan mulai terjadi kelangkaan.
”Penyebab banyak SPBU masih kesulitan stok pertalite karena proses dari terminal BBM ke SPBU, sedangkan stok cukup untuk 15 hari secara akumulatif,” kata Deny.
Infografik Harga Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo Per 1 April 2022 (per liter)
Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga, Surabaya, Bagong Suyanto berpendapat, kenaikan harga suatu komoditas bisa memicu perubahan perilaku masyarakat dalam konsumsi. Kenaikan harga pertamax mendorong kelompok masyarakat yang sebelumnya menggunakan bensin jenis ini beralih ke pertalite yang jauh lebih murah. Perubahan ini wajar atas pertimbangan sosial ekonomi masyarakat.
Orang kaya yang diharapkan menjadi sasaran produk pertamax amat mungkin tidak akan gengsi membeli pertalite. Berbagai pertimbangan, misalnya, membeli BBM dengan nilai oktan (RON) rendah yang kurang baik untuk mesin kendaraan akan diabaikan. Namun, di sisi lain, misalnya karena alasan kepraktisan dan secara ekonomi mampu, akan selalu ada konsumen yang membeli pertamax.
”Seperti peristiwa kelangkaan minyak goreng. Karena produk itu dibutuhkan, sedangkan yang tersedia jauh lebih mahal, amat wajar jika warga kemudian memilih antre, mencari di operasi pasar, atau rebutan di tempat yang stoknya ada,” kata Bagong.