Rencana Pertamina Impor Minyak Rusia Dapat Lampu Hijau
Pertamina berencana membeli minyak mentah dari Rusia. Langkah ini sudah melalui koordinasi dengan Kementerikan Luar Negeri dan Bank Indonesia.
Oleh
KRIS MADA, MEDIANA
·5 menit baca
AFP/SPUTNIK/ALEXEY NIKOLSKY
Dalam foto diambil pada 19 September 2018 ini, Presiden Rusia Vladimir Putin melihat melalui teleskop senapan sniper Chukavin (SVC-380) dalam kunjungan ke Taman Patriot militer di Kubinka, di luar Moskow. Dua puluh tahun yang lalu, Presiden Rusia Boris Yeltsin menunjuk perdana menteri keempat dalam waktu kurang dari 18 bulan, yakni Vladimir Putin, yang saat itu adalah Kepala keamanan yang relatif tidak dikenal di dunia politik.
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia berpegang teguh pada peraturan internasional di tengah sanksi sepihak yang digelontorkan Amerika Serikat dan sekutunya pada Rusia. Dengan demikian, Indonesia bebas menjalin kerja sama ekonomi dan bidang lainnya dengan negara mana pun sesuai kepentingan strategis nasional.
"Selama ini, Indonesia hanya menjalankan sanksi yang diatur DK (Dewan Keamanan) PBB. Indonesia tidak pernah mengikuti ajakan sanksi yang diberlakukan unilateral oleh pihak tertentu," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menjawab pertanyaan wartawan dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (31/3/2022).
Sejalan dengan itu, menurut Faizasyah, pemerintah tidak melarang pihak-pihak di Indonesia yang masih akan terus berinteraksi dengan Rusia. Selama perundingan sesama pelaku usaha itu dianggap menguntungkan, pemerintah tidak mempersoalkan. "Itu proses B to B (di antara pelaku usaha)," kata dia.
Secara politik tidak ada masalah sepanjang perusahaan yang kita deal tidak terkena sanksi. Untuk pembayaran, kami juga sudah berkoordinasi, mungkin nanti melalui India atau bagaimana.
Pernyataan ini disampaikan berkaitan dengan rencana pembelian minyak mentah Rusia oleh Pertamina yang diungkapkan Direktur Utama PT Pertamina (persero), Nicke Widyawati, pada Rapat Dengar Pendapat Umum di Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (28/3). ”Di saat harga sekarang (tinggi) dan situasi geopolitik (seperti saat ini), kita melihat ada opportunity untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik,” kata Nicke.
Untuk itu, Nicke melanjutkan, Pertamina sudah melakukan pendekatan dengan pihak penjual. Sedianya minyak mentah dari Rusia akan diolah di Kilang Minyak Balongan di Indramayu, Jawa Barat, yang akan selesai menjalani modifikasi pada Mei. Jika pengolahan bisa berjalan sukses, Pertamina akan melanjutkan pengadaan minyak mentah dari Rusia.
”Kami sudah melakukan koordinasi dengan Deplu (Kementerian Luar Negeri), koordinasi dengan Bank Indonesia, untuk masalah ini. Secara politik tidak ada masalah sepanjang perusahaan yang kita deal tidak terkena sanksi. Untuk pembayaran, kami juga sudah berkoordinasi, mungkin nanti melalui India atau bagaimana,” kata Nicke.
KEMENTERIAN LUAR NEGERI RUSIA
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu di Anhui, China pada Rabu (30/3/2022). Retno dan Lavrov di sana untuk mengikuti pertemuan para tetangga Afghanistan. Pertemuan itu diselenggarakan China
Menteri Luar Negeri (menlu) Retno Marsudi mengadakan pembicaraan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di sela-sela forum negara-negara tetangga Afghanistan yang digelar di Anhui, China, 30-31 Maret. Belum diketahui apakah rencana pembelian minyak itu juga menjadi salah satu topik pembicaraan di antara keduanya atau tidak.
Dalam konferensi pers secara daring dengan wartawan di Jakarta, Kamis (31/3/2022), Retno tidak menyinggung soal itu. Pada sesi tanpa tanya jawab itu, ia hanya menyampaikan, Indonesia menyalurkan aspirasi kepada Lavrov soal pentingnya segera menghentikan perang.
Menyusul serangan Rusia ke Ukraina per 24 Februari 2022, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekutu menggelontorkan sanksi kepada Rusia. Bentuk sanksinya beragam. Misalnya adalah larangan impor minyak Rusia ke wilayah domestik masing-masing negara.
Namun sanksi ini adalah sanksi sepihak alias di luar mekanisme PBB. Artinya, itu tidak mengikat negara-negara anggota PBB untuk mengikutinya. Namun AS dan sekutu memberi tekanan kepada negara-negara yang terus menjalin kerja sama dengan Rusia.
Ironisnya, beberapa negara sekutu AS masih terus berbisnis dengan Rusia. Sebagian Eropa misalnya, terus membeli minyak dan gas dari Rusia. Di Jerman, perusahaan seperti PCK Schwedt, Leuna, dan MiRO masih terus membeli minyak dari Rusia. Ada pula ISAB di Italia dan Hellenic Petroleum di Yunani yang masih terus berdagang dengan Rusia.
REUTERS/SERGEI KARPUKHIN/FILE PHOTO
Seorang pekerja mengecek katup pipa minyak di ladang minyak milik perusahaan Lukoil dari Imilorskoye di luar kota Kogalym, Siberia Barat, Rusia, 25 Januari 2016.
Saat ini, harga minyak dunia bertahan di atas 100 dollar AS per barrel. Bloomberg melaporkan, Rusia menawarkan minyak dengan harga 25 dollar AS di bawah harga pasar. India dan China terus memborong minyak dari Rusia yang selama ini memasok 10 persen dari pasokan minyak global.
Sejumlah BUMN dan perusahaan minyak swasta China masih terus merundingkan pembelian minyak dari Rusia. Adapun Hindustan Petroleum, Indian Oil Corp, dan Naraya Energy membeli total 26,8 juta barel untuk periode Mei 2022. April ini, sejumlah tanker berisi 6 juta barel minyak Rusia dijadwalkan tiba di India.
Moskwa dan New Delhi dilaporkan akan menggunakan SPFS, sistem pengolah transaksi yang dikembangkan bank sentral Rusia sejak 2014. Sebab, bank-bank Rusia telah diputus aksesnya dari SWIFT, sistem notifikasi dan pengolahan transaksi dalam keuangan internasional.
Beberapa hari lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengumumkan Rusia hanya akan menerima rubel untuk pembayaran komoditas energinya. Ini berlaku untuk negara-negara yang masuk daftar negara tidak bersahabat dengan Rusia. AS dan sekutunya menolak memenuhi permintaan itu.
Masih mengutip laporan Bloomberg, India dan Rusia sedang menjajaki penggunaan rubel untuk transaksi energi kedua negara. Pembayaran akan disimpan di bank-bank India. Kini, Moskwa-New Delhi masih membahas hal teknisnya.
Perwakilan bank sentral kedua negara dijadwalkan akan bertemu pekan depan. Ada pun Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tiba di New Delhi pada Kamis (31/3). Sebelumnya di China, Lavrov telah menemui Menlu China Wang Yi.
Direktur Eksekutif Remorminer Institute, Komaidi Notonegoro, mendukung langkah Pertamina untuk membeli minyak mentah dari Rusia. Ini penting demi memperkuat ketahanan energi nasional. Apalagi di saat harga minyak meroket seperti sekarang.
”Kita punya alasan dan standing point yang kuat untuk melakukan pembelian dari Rusia. Ini kan lebih kepada aspek ketahanan energi nasional. Kita juga sudah menjadi oil net-importer. Jadi pasokan minyak itu penting,” kata Komaidi.
Apakah kalau menekan Indonesia untuk tidak membeli dari Rusia lalu negara itu menawarkan pasokan minyak pengganti dengan harga yang lebih murah.
Saat ini, Komaidi menambahkan, salah satu potensi pemasok minyak mentah ke Indonesia Rusia. Sepanjang harga cocok dalam skema transaksi antara pelaku usaha, negara lain tidak bisa mengintervensi.
”Apakah kalau menekan Indonesia untuk tidak membeli dari Rusia lalu negara itu menawarkan pasokan minyak pengganti dengan harga yang lebih murah,” kata Komaidi.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal saat dihubungi Kamis (31/3/2022), di Jakarta, berpendapat, Indonesia amat memungkinkan membeli minyak mentah dari Rusia. Akibat embargo oleh AS dan sekutu, harga minyak mentah dari Rusia lebih murah.
"Rusia akan mencari cara agar minyak mentahnya terjual. Harga yang ditawarkan akan lebih murah. Secara perdagangan, hal ini menguntungkan Indonesia. Dari sisi investasipun, membeli minyak mentah dari Rusia juga menguntungkan Indonesia," ujar dia.
Hanya saja secara politik, Faisal mengingatkan, Indonesia harus mempersiapkan argumen politik kepada negara-negara yang mempertanyakan kebijakan Indonesia jika sampai membeli minyak dari Rusia.
Berdasarkan data Pertamina terbaru, stok solar mencapai 1,9 juta kiloliter untuk 23,27 hari. Pertalite, stoknya sebanyak 1,15 juta kiloliter untuk 15,7 hari. Pertamax, stoknya sebanyak 927.137 kiloliter untuk 25,99 hari. Pertamina Dex, stoknya sebanyak 29.212 kiloliter untuk 23,41 hari. (AFP)