Harga minyak mentah kembali melonjak seiring krisis Rusia-Ukraina yang berlanjut dan masalah pasokan minyak di sejumlah wilayah di Eropa. Kenaikan harga BBM domestik sedang dalam kajian.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Soal harga jual bahan bakar minyak atau BBM dalam negeri, pemerintah masih terus mencermati situasi global, terutama lonjakan harga minyak mentah yang saat ini ada di level 120 dollar AS per barel. BBM nonsubsidi yang diperkirakan bakal segera naik harganya adalah pertamax.
”Kami cermati dulu. Walaupun kami mengakui, jika situasi itu terlalu lama akan menimbulkan beban berat juga (bagi Indonesia). Kami lihat saja situasi ini apakah berlanjut sampai semester II-2022 atau tidak. Hal yang pasti, kami sudah siapkan kompensasi kepada Pertamina dan PLN serta seluruh beban subsidi energi kepada masyarakat untuk (segala kemungkinan) semester II-2022,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Kamis (24/3/2022), di Yogyakarta.
Mengutip Bloomberg, Kamis, harga minyak mentah jenis Brent sempat tembus ke level 122 dollar AS per barel. Padahal, sehari sebelumnya, harga Brent masih bertengger di kisaran 112 dollar AS per barel. Pada pekan pertama Maret 2022, harga Brent bahkan sempat ada di level 139 dollar AS per barel.
Arifin menambahkan, pihaknya telah berbicara dengan perwakilan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) terkait pasar minyak global. Menurut dia, OPEC menjamin bisa menjaga pasokan minyak mentah, tetapi tidak menjamin kestabilan harga. Namun, jika konflik bersenjata Rusia-Ukraina masih terus berlanjut, akan timbul dampak serius terhadap harga minyak global.
Dalam siaran pers, Minggu (20/3/2022), Kementerian ESDM menyebut harga keekonomian Pertamax (RON 92) Rp 14.526 per liter. Namun, Pertamina masih menahan harga jual Pertamax di wilayah Jawa-Bali Rp 9.000 per liter. Sementara untuk jenis Pertalite (RON 90) dijual Rp 7.650 per liter.
Secara terpisah, analis makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz berpendapat, apabila harga pertamax dan pertalite tetap dijaga, inflasi akan tetap berada pada target Bank Indonesia dan pemerintah, yakni berkisar 2-4 persen. Berdasarkan perhitungannya, inflasi akhir tahun 2022 bisa mencapai 4 persen jika tidak ada kenaikan harga pertamax dan pertalite.
Dalam siaran pers, Minggu (20/3/2022), Kementerian ESDM menyebut harga keekonomian pertamax (RON 92) Rp 14.526 per liter.
”Jika harga pertamax saja yang dinaikkan, ada potensi pergeseran konsumsi BBM dari pertamax ke pertalite semakin tinggi. Akan tetapi, inflasi akan lebih tinggi jika harga pertalite yang dinaikkan. Maka, pemerintah sempat menyatakan harga pertalite harus dijaga. Kenaikan harga pertalite akan berdampak luas sampai ke inflasi inti dan bahan makanan,” ujar Irman.
Irman menambahkan, harga pertamax seharusnya perlu dinaikkan mengikuti harga keekonomian karena target pasarnya memiliki daya beli lebih tinggi. Namun, untuk pertalite, pemerintah tetap perlu memberikan kompensasi kepada Pertamina (atas selisih harga jual dengan harga keekonomian). Dengan kenaikan harga komoditas, keuangan negara turut membaik sehingga kapasitas pemerintah untuk memberikan kompensasi kepada Pertamina seharusnya turut membaik.
”Kebijakan kompensasi pemerintah pun perlu turut disesuaikan agar Pertamina mampu menyerap selisih harga internasional dengan domestik. Hal ini pun bertujuan agar pemulihan permintaan domestik juga terus berlanjut kalau harga pertalite dijaga,” ucap Irman.
Sebelumnya, Pertamina telah dua kali menaikkan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite. Dua jenis BBM terakhir ini adalah jenis solar nonsubsidi. Tak hanya Pertamina, perusahaan swasta sektor ritel BBM di Indonesia pun turut menaikkan harga, seperti Shell Indonesia.
Sejak Kamis (3/3/2022), harga Pertamax Turbo naik dari Rp 13.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Adapun Pertamina Dex naik dari Rp 13.200 per liter menjadi Rp 13.700 per liter. Dexlite naik dari Rp 12.150 per liter menjadi Rp 12.950 per liter.