Harga minyak mentah dunia yang tembus ke level 110 dollar AS per barel berdampak pada harga jual BBM nonsubsidi di Indonesia. Dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM dan elpiji harus segera diantisipasi pemerintah.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM di Indonesia tidak terelakkan menyusul terus melonjaknya harga minyak mentah dunia. Hingga Rabu (2/3/2022) sore di laman Bloomberg, harga minyak mentah jenis Brent ada di level 113,37 dollar AS per barel dan jenis WTI di level 111,51 dollar AS per barel. Selain meningkatnya permintaan minyak global, krisis Rusia-Ukraina memicu kenaikan harga menjadi lebih tinggi.
Tak hanya PT Pertamina (Persero) yang sudah menaikkan harga BBM nonsubsidi dan elpiji nonsubsidi, badan usaha swasta di sektor ritel BBM, yakni Shell Indonesia, turut menaikkan harga jual BBM mereka. Menurut Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea, Rabu, di Jakarta, sejak 1 Maret 2022, Shell Indonesia menaikkan harga BBM dengan kisaran Rp 480 per liter hingga Rp 1.240 per liter.
Kenaikan harga tersebut terjadi untuk BBM jenis Shell V-Power, setara Pertamax Turbo untuk BBM yang dijual Pertamina, menjadi Rp 14.500 per liter untuk wilayah Jawa dan Rp 13.500 untuk Sumatera Utara. Adapun Shell V-Power Diesel naik menjadi Rp 13.750 per liter. Harga Shell Super yang setara Pertamax masih tetap Rp 12.990 per liter atau tak berubah sejak dinaikkan pada Februari lalu.
”Adanya penyesuaian harga yang kami lakukan tetap mengacu kepada peraturan perundang-undangan di Indonesia mengenai harga jual eceran BBM,” ujar Susi.
Sebelumnya, Pertamina menaikkan BBM nonsubsidi mulai Sabtu (12/2/2022) untuk jenis Pertamax Turbo (RON 98), Pertamina Dex, dan Dexlite. Pertamax Turbo naik dari Rp 12.000 per liter menjadi Rp 13.500 per liter. Adapun Pertamina Dex naik dari Rp 11.050 per liter menjadi Rp 13.200 per liter. Sementara jenis Dexlite naik dari Rp 9.500 per liter menjadi Rp 12.150 per liter. Untuk harga Pertamax dan Pertalite, dua jenis BBM yang banyak dipakai konsumen, masih tetap, yaitu masing-masing Rp 9.000 per liter dan Rp 7.650 per liter untuk wilayah Jawa dan Bali.
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman di sela-sela webinar ”Perang, Harga Minyak, dan Dampaknya bagi Perekonomian Indonesia”, Rabu, berpendapat, kenaikan harga minyak mentah berdampak dua sisi bagi Indonesia. Pertama, dari sisi penerimaan negara. Fenomena itu akan memberikan windfall profit bagi perekonomian yang akan meningkatkan penerimaan pajak.
Kedua, tren kenaikan harga minyak mentah bakal mendorong harga komoditas pangan dan nonpangan naik. Dia menilai, situasi ini bisa mendorong inflasi dan dampaknya akan menggerus pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah disarankan memiliki langkah antisipasi dampak jangka pendek dan menengah, misalnya dengan mengoptimalkan dana pemulihan ekonomi nasional.
Pemerintah disarankan memiliki langkah antisipasi dampak jangka pendek dan menengah, misalnya dengan mengoptimalkan dana pemulihan ekonomi nasional.
Anggaran subsidi naik
Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat, besaran subsidi energi pada Januari 2022 mencapai Rp 10,2 triliun. Angka tersebut melonjak lebih dari empat kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,3 triliun. Lonjakan subsidi ini berpotensi membebani APBN di tengah keterbatasan kapasitas fiskal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, lonjakan subsidi energi yang mencakup subsidi BBM dan elpiji 3 kilogram merupakan imbas dari lonjakan harga minyak mentah yang terjadi sejak tahun lalu. Lonjakan subsidi tersebut juga disebabkan percepatan pencairan kurang bayar subsidi energi yang dilakukan pemerintah di awal tahun ini.
”APBN memang menjadi garda atau sarana untuk melindungi masyarakat yang luar biasa. Tentu (lonjakan anggaran subsidi) ini menjadi suatu beban cukup nyata bagi APBN,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA Edisi Februari 2022, Selasa (22/2/2022), di Jakarta.
Kenaikan harga minyak mentah dan elpiji di pasar global, menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agung Pribadi, berpotensi menaikkan beban anggaran subsidi BBM dan elpiji. Setiap kenaikan harga minyak mentah 1 dollar AS per barel turut menaikkan anggaran subsidi elpiji sekitar Rp 4,7 triliun, subsidi minyak tanah Rp 49 miliar, dan beban kompensasi BBM kepada Pertamina sebesar Rp 2,65 triliun.
”Kenaikan harga minyak setiap 1 dollar AS per barel juga menaikkan subsidi listrik Rp 295 miliar. Sebab, masih ada pembangkit listrik yang menggunakan solar,” ujar Agung.