Tren Perumahan Terus Membaik di Masa Pemulihan Pandemi
Pasar perumahan tahun ini diprediksi terus semarak. Permintaan rumah diprediksi tumbuh, baik untuk hunian maupun investasi.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren pasar perumahan diprediksi kian membaik, baik rumah primer maupun rumah sekunder atau bekas. Hal ini dinilai menjadi sinyal positif pertumbuhan industri properti. Namun, investasi properti oleh institusi besar diprediksi masih terbatas.
Deputy CEO 99 Group Wasudewan menilai, tren pasar perumahan yang terus membaik merupakan sinyal positif pertumbuhan industri properti selama masa pemulihan pandemi. Salah satu tren pergerakan pasar, antara lain, untuk rumah bekas.
Platform properti 99 Group mencatat pergerakan harga tipe rumah bekas nasional di 13 kota besar. Pada Indeks Flash Report Desember 2021, tercatat kenaikan harga properti rumah bekas rata-rata 3,7 persen secara tahunan. Kenaikan harga rumah bekas tertinggi, yakni di Kota Makassar, sebesar 11,9 persen.
Di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), kenaikan harga rumah bekas di Jakarta tercatat 2,1 persen, Tangerang 5,6 persen, Depok 8,2 persen, Bogor 4,5 persen, dan Bekasi 3,6 persen.
”Dari sisi permintaan rumah, lokasi paling populer adalah Tangerang, sebesar 13,5 persen dari total listing rumah pada bulan tersebut, disusul Jakarta Barat dengan pangsa pasar 11,4 persen dan Jakarta Selatan 10 persen,” kata Wasudewan, Jumat (21/1/2022), dalam keterangan resmi.
Sementara itu, enam dari 13 kota juga memperlihatkan tren kenaikan harga rumah bekas secara bulanan pada Desember 2021. Kenaikan harga tercepat berlangsung di Semarang, yakni 2,2 persen jika dibandingkan dengan November 2021. Peningkatan proporsi permintaan terbesar secara bulanan terjadi di Bandung sebesar 1,5 persen, diikuti oleh Surabaya 1,1 persen, dan Semarang 1,1 persen.
Adapun harga rumah bekas di Depok tumbuh 1,6 persen, sedangkan Jakarta dan Bekasi relatif tetap. Dari indeks suplai rumah bekas, suplai rumah bekas juga meningkat 2,8 persen secara bulanan.
Monetisasi aset
Sebelumnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk bekerja sama dengan Danareksa segera meluncurkan program akselerasi dan peningkatan kinerja BUMN sektor konstruksi pascapandemi.
SVP Corporate Secretary Waskita Karya Tbk Ratna Ningrum mengatakan, kerja sama itu diharapkan memberikan peluang bagi para investor untuk mengakuisisi persediaan properti yang dimiliki, dikendalikan, dan dikelola oleh BUMN konstruksi melalui mekanisme penjualan persediaan properti (monetisasi aset).
Dalam program ini, Waskita Karya menyertakan lima persediaan properti milik PT Waskita Karya Realty, selaku anak usaha dari Waskita Karya, yang akan dilepas secara berkelompok dalam bentuk kluster ataupun berdiri sendiri. Persediaan properti yang ditawarkan terdiri dari apartemen, area komersial, dan lahan kosong (land bank) yang berada di Tangerang Selatan, Surabaya, dan Bali. Properti tersebut dinilai terletak di lokasi yang strategis dan memiliki konsep produk unggulan.
”Properti akan ditawarkan sebagian secara berkelompok dan sebagian berdiri sendiri. Peluncuran produk ini akan dilakukan pada minggu pertama Februari 2022 yang akan diumumkan pada media cetak dan digital serta laman resmi Danareksa,” kata Ratna, dalam siaran pers, Kamis (20/1/2022).
Ratna menambahkan, program monetisasi aset akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kinerja keuangan PT Waskita Karya Realty ataupun konsolidasian Grup Waskita. Hasil dari program ini nantinya akan digunakan untuk pendanaan investasi lainnya pada tahun 2022.
Sementara itu, Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia Steve Atherton, dalam paparan kajian investasi properti 2021 dan peluang investasi tahun 2022, menilai, segmen yang memiliki peluang cukup baik pada pasar investasi properti saat ini adalah sektor privat, investor swasta, serta individu yang mulai membeli rumah dan apartemen.
Adapun pasar investasi di segmen institusional yang lebih besar diperkirakan belum menguat. Institusi besar itu mencakup ekuitas swasta, kantor, dan investor swasta dengan sumber daya keuangan yang lebih tinggi untuk membeli seluruh bangunan, kompleks, dan portofolio.
”Meskipun ada banyak modal yang tersedia, harga penawaran yang belum cukup baik atau risiko yang masih membayangi pada keadaan yang tidak pasti membuat proses underwriting sangat sulit,” ujarnya.
Terlepas dari segala ketidakpastian pada 2021, tetap terlihat ada beberapa tanda positif. Fitch mempertahankan peringkat kredit BBB untuk Indonesia dengan target pertumbuhan PDB pada 2022 sebesar 6,8 persen. Secara historis, ketika ekonomi mengalami pertumbuhan, pasar properti ikut bertumbuh dan permintaan pengguna serta investasi akan meningkat.
”Dapat diprediksi akan ada permintaan yang lebih tinggi untuk semua jenis properti,” ucap Steven.
Saat ini, baik investor lokal maupun asing terlihat lebih condong membidik investasi properti pada sektor perumahan dan logistik. Perumahan terjangkau dengan harga mulai Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar memiliki permintaan terbesar dan terbanyak.