Pasar properti residensial diprediksi bergeliat di tahun 2022. Investasi properti komersial juga diprediksi tumbuh seiring pulihnya kepercayaan investor di tengah kasus Covid-19 yang melandai beberapa bulan terakhir.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar properti residensial tahun 2022 diprediksi akan terus bergerak. Minat investasi diperkirakan tumbuh dengan dominasi hunian tapak. Adapun pasar apartemen, yang tertekan akibat pandemi Covid-19, diperkirakan mulai bangkit.
Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, berpendapat, pasar residensial masih akan menjadi salah satu penyangga pertumbuhan sektor properti tahun ini. Perpanjangan insentif fiskal berupa Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 50 persen untuk rumah dengan harga sampai Rp 2 miliar serta PPN DTP 25 persen untuk harga di kisaran Rp 2 miliar-Rp 5 miliar hingga Juni 2022 diyakini akan mendorong pertumbuhan pasar.
Data Colliers Indonesia, pada triwulan IV (Oktober-Desember) 2021, hampir tidak ada peluncuran proyek baru apartemen. Penjualan unit apartemen selama 2021 mencapai 1.289 unit atau lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai 1.927 unit.
Pasar apartemen yang tertekan akibat pandemi Covid-19 diperkirakan mulai bangkit seiring pergerakan ekonomi. Perpanjangan insentif PPN sampai Juni 2022 akan menarik investor apartemen. Hal itu ditopang perbaikan ekonomi yang memicu penjualan apartemen akan lebih baik, sepanjang tidak ada gelombang baru Covid-19.
”Jumlah penjualan apartemen milik tahun ini masih bisa lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021 karena kondisi ekonomi yang membaik dan ditambah adanya diskon PPN sampai Juni 2022. Meski demikian, pemulihan pasar apartemen masih perlu waktu,” kata Ferry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/1/2022).
Pada tahun 2022, pihaknya memperkirakan akan terdapat sejumlah peluncuran proyek baru apartemen setelah dua tahun tertahan akibat pandemi. Pasokan 24.775 unit diperkirakan selesai dibangun tahun 2022-2025 dan diprediksi masih bisa terus bertambah. Beberapa pengembang mulai menaikkan harga jual apartemen milik (strata title).
Sementara itu, pasar hunian tapak yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan properti di tahun 2021 diperkirakan akan terus membaik. Pertumbuhan pasar hunian tapak masih akan mendominasi pasar residensial, sejalan dengan kebutuhan rumah tinggal yang selalu ada.
Director Advisory Services Colliers Indonesia Monica Koesnovagril mengemukakan, pergerakan pasar hunian tapak akan mengarah ke dua segmen yang berbeda, yakni pasar menengah ke bawah dengan harga unit rumah maksimal Rp 1,5 miliar. Segmen ini didominasi keluarga muda dan pembeli rumah pertama untuk dihuni (end user).
Di sisi lain, pasar bakal terus bergeliat untuk segmen menengah atas dan segmen atas, yakni dengan harga di kisaran Rp 3 miliar-Rp 8 miliar per unit. Sebaliknya, pergerakan pasar untuk harga unit antara Rp 1,5 miliar dan Rp 3 miliar diperkirakan tidak akan signifikan.
Secara terpisah, Direktur PT Metropolitan Land Tbk (Metland) Wahyu Sulistyo mengemukakan, pasar segmen menengah bawah untuk end user dengan harga unit di bawah Rp 1 miliar masih sangat menarik untuk digarap.
Adapun pasar segmen menengah atas, yakni hunian dengan harga di atas Rp 2 miliar, diperkirakan mulai tumbuh sejalan dengan optimisme pasar untuk penanganan pandemi dan perbaikan ekonomi.
Penanganan pandemi yang lebih baik akan mendorong kepercayaan diri investor. Mereka yang selama ini mengendapkan dana di perbankan akan membelanjakan uang di sektor properti sebagai pilihan investasi. Tahun ini, pihaknya fokus melanjutkan proyek-proyek hunian untuk segmen menengah ke bawah dan segmen menengah atas.
Ia menilai, adanya proyeksi perlambatan pasar di segmen menengah ke atas dengan harga hunian Rp 1,5 miliar-Rp 3 miliar merupakan hal yang wajar di tengah krisis. Sementara segmen menengah bawah banyak ditopang oleh subsidi dan insentif.