Buka Perdagangan BEI 2022, Presiden Jokowi Ingatkan Barengi Optimisme dengan Kerja Keras
Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan sinyal positif di akhir tahun 2021. ”Optimisme melihat angka-angka seperti itu harus kita tunjukkan dan harus kita tingkatkan di 2022,” tutur Presiden Jokowi.
JAKARTA, KOMPAS — Melewati tahun 2021 dengan pencapaian yang cukup memuaskan, pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia tahun 2022 diiringi dengan optimisme. Namun, tantangan yang dihadapi di 2022 tidaklah ringan sehingga tetap diperlukan kerja keras dan kerja sama.
Presiden Joko Widodo di Jakarta, Senin (3/1/2022), mengatakan, tahun 2021 adalah tahun yang sulit. Indonesia menghadapi puncak kasus Covid-19 yang mengerikan di pertengahan Juli 2021. Namun, hal ini akhirnya bisa diatasi dan pada akhir tahun 2021 kasus Covid-19 di Indonesia melandai.
Cakupan vaksinasi juga telah mencapai target dengan 281 juta suntikan, baik dosis pertama maupun kedua sepanjang tahun 2021. ”Tadi pagi saya cek sudah di angka 281.299.690 dosis. Itu juga bukan barang mudah,” kata Presiden Jokowi dalam peresmian pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2022 secara luring dan daring.
Presiden Jokowi menuturkan, vaksinasi anak sudah mencapai 3,8 juta. Adapun secara keseluruhan, cakupan dosis pertama 79,6 persen dan dosis kedua 54,8 persen dari target 208 juta orang. Sebanyak 27 provinsi sudah di atas 70 persen untuk suntikan dosis pertama. Semua ini dinilai Presiden sebagai hasil kerja sama pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI/Polri, Badan Intelijen Negara, perusahaan swasta baik besar maupun kecil, serta organisasi masyarakat.
”Modal kita di situ, kebersamaan, gotong-royong,” ujar Presiden.
Kerja sama dan keberanian juga mendorong pemulihan ekonomi yang kuat. Neraca dagang Indonesia surplus 34,3 miliar dollar AS. Sepanjang 19 bulan, neraca dagang Indonesia, lanjut Presiden, selalu surplus dan ini belum pernah dialami sebelumnya.
Baca juga: Anggaran Pemulihan 2022 Masih Antisipasi Covid-19
Nilai ekspor Indonesia juga naik 49,7 persen year on year. Hal ini disebabkan penghentian ekspor nikel mentah. Ekspor nikel yang biasanya berkisar 1-2 miliar dollar AS per tahun, pada akhir 2021 mencapai 20,8 miliar dollar AS. Sementara impor bahan baku atau bahan penolong juga naik 52,6 persen.
Peringkat daya saing Indonesia juga naik tiga peringkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, Indonesia berada di posisi ke-37 untuk daya saing bisnis dan di posisi 53 untuk bisnis digital.
Indikator konsumsi dan indikator produksi juga menguat. Indeks pembelian manufaktur (PMI) juga meningkat dari 51 sebelum pandemi menjadi 53,9 di akhir 2021. Konsumsi listrik industri juga tumbuh 14,5 persen, sedangkan bisnis tumbuh 5,7 persen.
”Optimisme melihat angka-angka seperti itu harus kita tunjukkan dan harus kita tingkatkan di 2022,” tutur Presiden Jokowi.
Baca juga: Harap-harap Cemas Pemulihan Ekonomi Global 2022
Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso juga menyebutkan beberapa indikator yang membesarkan hati. Sektor finansial disebutkan stabil dengan permodalan kuat, likuiditas memadai, dan kredit tumbuh 4,8 persen sampai beberapa hari menjelang tutup tahun 2021. ”Dana masyarakat juga ample (memadai) 10,57 persen, tahun 2021,” tambahnya.
Sektor asuransi juga dinilai membaik. Tingkat keamanan finansial perusahaan asuransi (risk based capital/RBC) minimal 120 persen, tetapi untuk asuransi jiwa dan umum RBC mencapai 329 persen. Indeks pasar modal Indonesia (IHSG) per 30 Desember mencapai 6.581,48. Hal ini, lanjut Wimboh, berarti apabila investasi, return akan mencapai 10,08 persen secara year to date. Angka ini termasuk yang terbaik di Asia.
Sementara itu, Presiden Jokowi menyebutkan, return di Singapura 9,8 persen. Adapun di Malaysia minus 3,7 persen dan Filipina minus 2 persen.
Kapitalisasi pasar saham Rp 8.256 triliun atau naik 18,45 persen dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2020, yakni Rp 6.970 triliun. Aktivitas perdagangan juga mencatatkan rekor-rekor baru. Frekuensi transaksi harian tertinggi terjadi pada 9 Agustus 2021 yang mencapai 2,14 juta kali transaksi. Sementara volume transaksi harian tertinggi yang mencapai 50,98 miliar saham terjadi pada 9 November 2021 dan kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp 8.354 triliun tercatat di 13 Desember 2021. Jumlah investor juga naik dari 3,8 juta pada 2020 menjadi 7,49 juta di 2021.
”Banyak investor terutama investor retail. Milenial yang banyak konsumsi ternyata banyak menabung di saham dan tabungan,” tambah Wimboh.
Angka tersebut meningkat 92,99 persen dibanding akhir 2020 yang sekitar 3,88 juta. Dibandingkan 2017, angka ini malah meningkat hampir tujuh kali lipat. Berdasarkan data di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun yang mencapai sekitar 59,98 persen dari total Investor.
Presiden Jokowi juga berharap jumlah emiten terus membesar termasuk dari generasi milenial. Dengan demikian, hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sejauh ini, penghimpunan dana pasar modal sebesar Rp 363,3 triliun dari 194 emiten dan bersumber dari sektor teknologi dan keuangan. ”Ini adalah engine growth kita ke depan dan ini jauh lebih tinggi dari 2020 yang hanya Rp 118 triliun, bahkan raising fund di pasar modal ini lebih tinggi dari pertumbuhan kredit selama 2021 yang hanya Rp 228 triliun,” tambah Wimboh.
Pada 2021, OJK juga menginisiasi security crowd funding (SCF) bagi UMKM yang akan menghimpun dana di pasar modal. Setidaknya, saat ini jumlahnya mencapai Rp 406,5 miliar dengan tujuh penyelenggara (penyedia platform) yang memperoleh izin OJK. Tahun 2020, jumlah penyelenggara baru empat.
Adapun jumlah pelaku UMKM yang berhasil menghimpun dana melalui SCF meningkat 48,84 persen dari sebelumnya 129 perusahaan per 30 Desember 2020 menjadi 192 perusahaan di 30 Desember 2021. Meski diakui masih kecil, penghimpunan dana untuk UMKM dinilai berpotensi besar.
”Keseluruhan capaian ini menunjukkan kepercayaan investor kita kepada pasar modal dan punya momentum kuat karena PDB kita di 2022 berdasarkan asumsi APBN akan 5,2 persen, ini menambah keyakinan kita ke depan,” kata Wimboh dalam laporannya.
Tantangan di 2022
Presiden Jokowi mengingatkan, tantangan di 2022, antara lain, kehadiran varian baru virus penyebab Covid-19, yakni omicron; inflasi di beberapa negara maju; pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral (tappering off); dan kelangkaan energi yang mungkin mengganggu ekspor Indonesia.
”Saya kira tantangan-tantangan ini akan kita hadapi. Namun, dengan kerja sama, saya yakin kita akan bisa melalui dengan baik,” tutur Presiden Jokowi.
Peresmian pembukaan perdagangan bursa efek Indonesia 2022 juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, Direktur Utama PT BEI Inarno Djajadi, dan Gubernur DKI Anies Baswedan.
Baca juga: Omicron Terdeteksi di Surabaya, Jatim Tingkatkan Kewaspadaan
Wimboh juga menyatakan optimistis akan bisa menjawab tantangan-tantangan ke depan. Sebab, Indonesia memiliki modal cukup besar baik penduduk yang banyak, sumber daya alam yang banyak bahkan banyak yang belum diolah.
Selain itu, disiapkan pula beberapa kebijakan prioritas di 2022. Pertama, mempersiapkan operasionalisasi dan infrastruktur bursa terutama legalitas pendukung penyelenggaraan bursa karbon agar Indonesia menjadi pusat perdagangan karbon dunia. Penerapan ekonomi hijau termasuk bursa karbon akan didukung oleh taksonomi hijau yang segera akan diterbitkan.
OJK akan terus mengembangkan instrumen berbasis ekonomi hijau dan indeks bursa yang disebut IDX ESG Leaders Index dan Indeks Sri Kehati untuk meningkatkan peran emiten dalam mengimplementasikan kaidah ekonomi hijau. Kedua, OJK juga akan memperluas basis emiten seperti melalui sekuritisasi aset dan pembiayaan proyek strategis untuk mendukung kebutuhan pembiayaan infrastruktur 2020-2024. Proyek strategis nasional tersebut akan memerlukan biaya Rp 6.445 triliun.
Selain itu, OJK akan terus mengakomodasi calon emiten perusahaan rintisan (start-up) berbasis teknologi untuk melakukan penawaran umum di bursa domestik melalui kebijakan yang akomodatif dengan mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 22 Tahun 2021 tentang Multiple Voting Share pada bulan Desember 2021.
Kebijakan ketiga adalah perluasan dan percepatan pelaku UMKM untuk masuk ke pasar modal melalui platform Securities Crowdfunding. Optimalisasi papan akselerasi UMKM yang bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan surat perintah kerja berpotensi mencapai Rp 74 triliun.
Keempat, pengembangan instrumen derivatif untuk indeks saham, suku bunga, derivatif nilai tukar dapat ditransaksikan secara transparan dalam pasar yang diatur di bursa. Kelima, percepatan pengembangan infrastruktur Central Counterparty Clearing house (CCP) yang akan selesai tahun 2022. Hal ini merupakan terobosan penting bagi pendalaman pasar keuangan dalam menjaga integritas pasar. Informasi mengenai instrumen yang diperdagangkan baik transaksi dan harga dapat lebih transparan ke publik.
Wimboh menambahkan, semua kebijakan tersebut tidak akan efektif tanpa sinergi semua pemangku kepentingan. Karenanya, OJK mengundang semua pihak untuk bekerja sama.
Airlangga Hartarto menambahkan, optimisme tak hanya di pasar bursa. Selain IPO sektor teknologi yakni Bukalapak menjadi salah satu yang terbesar di Asia dengan Rp 21,9 triliun, kegiatan pemulihan ekonomi nasional akan dilanjutkan di 2022. Selain itu, lanjutnya, presidensi Indonesia di G-20 dan berlakunya pakta perdagangan antarnegara anggota ASEAN (RCEP) dinilai juga akan mendukung pemulihan ekonomi nasional.