Situasi sulit membuat Garuda Indonesia mengurangi rute dan frekuensi penerbangan. Namun, publik banyak berharap Garuda Indonesia bisa terbang lebih tinggi lagi mengepakkan sayapnya dan menjelajah langit Nusantara.
Oleh
Runik Sri Astuti/Agnes Swetta Pandia/Nikson Sinaga
·3 menit baca
Indra Raharja (40) duduk di ruang tunggu Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/11/2021). Sambil menunggu penerbangan menuju Bandara Hasanuddin, Sulawesi Selatan, ia sibuk dengan telepon pintarnya.
Sejak pertengahan tahun 2021, warga Sidoarjo ini bolak-balik Surabaya-Makassar. Kantornya meminta Indra menangani proyek pembangunan sebuah rumah sakit.
Sebagai anggota Garuda Miles, ia sejatinya ingin terbang bersama maskapai kesayangannya, Garuda Indonesia. Namun, karena sulit mewujudkan keinginan itu, ia pun terbang dengan Citilink.
”Mayoritas penerbangan Garuda ke Makassar menawarkan penerbangan transit. Belum pernah saya mendapat tiket penerbangan langsung dari Surabaya,” ujar Indra, yang membeli tiket melalui lokapasar.
Setahu dia, ada tiga jadwal penerbangan Garuda ke Makassar, yakni pukul 06.00, 16.00, dan 17.00. Namun, ketiganya penerbangan transit sehingga perjalanannya memakan waktu lebih dari 11 jam. Sementara penerbangan langsung maskapai lain hanya 1 jam 30 menit.
Selain waktu tempuhnya lebih lama, tiket Garuda jauh lebih mahal, sekitar tiga kali lipat dari harga tiket maskapai lain. Rata-rata harga tiket Surabaya-Makassar kelas ekonomi Rp 800.000-Rp 1 juta per penumpang. Namun, tiket Garuda harganya di atas Rp 3 juta per penumpang.
”Harga tiket kelas ekonomi itu semakin sulit dijangkau dengan semakin jarangnya promo. Bahkan, rasanya belum pernah dapat e-mail promo harga tiket Garuda dalam enam bulan belakangan ini,” kata Indra.
Sulit ditandingi
Ia rindu mengangkasa bersama Garuda. Baginya, maskapai kebanggaan Indonesia itu memberi kenyamanan yang sulit ditandingi maskapai lain untuk kelas ekonomi.
Baginya, maskapai kebanggaan Indonesia itu memberi kenyamanan yang sulit ditandingi maskapai lain untuk kelas ekonomi.
Layanan Garuda Indonesia selama ini memang menuai banyak pelanggan setia. Salah satunya pengusaha Layasi Salvator Karo-karo (58). Dalam sepekan, ia bisa terbang dengan Garuda Indonesia dari Surabaya, Jakarta, atau Medan.
”Sangat bisa diprediksi waktu ketibaan sehingga sejak berangkat bisa menyiapkan beberapa pertemuan,” ujarnya.
Pengurangan rute
Sayangnya, kesetiaan pelanggan belum sepenuhnya bersambut layanan prima. Apalagi, kini Garuda Indonesia didera krisis keuangan. Garuda memangkas layanan menjadi hanya 140 rute pada 2022.
Adri Istambul Gayo Lingga (52), pengusaha properti, menyayangkan langkah itu. ”Kian menyulitkan lagi sekarang untuk menyesuaikan jadwal dan harga tiket yang melambung. Kami yang biasa naik kelas bisnis juga memilih batal beli karena Surabaya-Jakarta bisa Rp 5.699.500. Normal di harga Rp 3 juta,” kata pemegang kartu anggota GFF Platinum satu dekade terakhir itu. Sebelum pandemi Covid-19, Adri terbang 120 kali setahun.
Saat pandemi, sejumlah rute penerbangan juga langsung dikurangi. Hal ini dilakukan sejumlah maskapai.
Yuliana Triwijayanti (40) terdampak hal itu, Selasa (30/11/2021) pukul 13.00, saat mendapat kabar ayahnya masuk RS Panti Rapih. Jangankan terbang dengan Garuda, ternyata penerbangan ke Yogyakarta di sisa hari itu terbatas.
”Saya cek, penerbangan Soekarno-Hatta ke YIA (Yogyakarta International Airport) ternyata tinggal yang waktu perjalanannya 4-16 jam. Kok lama, ternyata pakai transit. Harganya juga ada yang Rp 4 juta,” ujar Ana, yang berkantor di Cawang, Jakarta.
Daripada harus transit, Ana memilih naik kereta Bima dengan jadwal keberangkatan pukul 17.00. Tiba di Stasiun Tugu selepas tengah malam, Ana langsung ke Panti Rapih. ”Sempat ndak boleh masuk rumah sakit, tetapi akhirnya diizinkan masuk dua menit,” kata Ana.
Samuel Lubis (20), warga Kabupaten Tapanuli Utara, juga terimbas penutupan penerbangan langsung Medan-Palembang. Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Palembang, ini harus transit dulu di Jakarta agar bisa terbang dari Medan ke Palembang.
”Karena harus transit, ongkos yang harus saya bayar meningkat dua kali lipat,” kata Samuel, Sabtu (11/12). Biasanya, ia cukup membayar Rp 700.000 hingga Rp 900.000 untuk penerbangan Medan-Palembang. Kini, ia harus menyiapkan Rp 1,4 juta sampai Rp 1,7 juta.
Situasi jelas tidak mudah. Namun, banyak harapan tertumpu pada kepak sayap Garuda. Publik berharap Garuda Indonesia bisa terbang lebih tinggi lagi menjelajah langit Nusantara. Semoga.