Melonjaknya ekspor CPO asal Indonesia, yang sejalan dengan kenaikan harga CPO, diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah atau CPO harus berdampak pada meningkatnya kesejahteraan petani kelapa sawit Indonesia. Ekspor CPO yang terus meningkat juga diharapkan dapat menjadi faktor pendorong pemulihan ekonomi nasional yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Pada 2020, Indonesia memproduksi 48,29 juta ton CPO. Produksi CPO Indonesia mengisi 59 persen pangsa pasar dunia yang membuat Indonesia menjadi produsen CPO terbesar di dunia. Hal ini diikuti dengan peningkatan ekspor CPO Indonesia yang mencapai 56,73 persen pada Agustus 2021 dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada bulan yang sama, Indonesia mengekspor CPO sebanyak 4,27 juta ton senilai 4,42 miliar dollar AS atau setara Rp 62,76 triliun.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, perkebunan kelapa sawit di Indonesia menyerap tenaga kerja 6,9 juta orang yang terdiri dari 2,6 juta tenaga kerja langsung dan 4,3 juta tenaga kerja tidak langsung. Melonjaknya ekspor CPO asal Indonesia, yang sejalan dengan kenaikan harga CPO, diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit.
”Berbicara industri ini, berarti juga berbicara bagaimana kesejahteraan masyarakat yang bekerja di dalamnya,” kata Sri Mulyani dalam webinar 17th Indonesia Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook (IPOC 2021) dengan tema ”Role of Palm Oil Industry towards Sustained Economic Recovery”, yang diselenggarakan secara hibrida, Rabu (1/12/2021).
Pada 2020, Indonesia memproduksi 48,29 juta ton CPO. Produksi CPO Indonesia mengisi 59 persen pangsa pasar dunia yang membuat Indonesia menjadi produsen CPO terbesar di dunia.
Pada acara yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, dengan harga CPO yang sedang tinggi dan dibarengi dengan ekspor yang terus meningkat, industri ini diharapkan menjadi pendorong pemulihan ekonomi Indonesia. ”Kita melihat bagaimana industri produk minyak sawit ini bisa berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Sepanjang 2021, harga rata-rata CPO 1.000 dollar AS per ton. Pada Oktober lalu, harga CPO mencapai puncaknya, yakni 1.390 dollar AS per ton. Peningkatan harga tersebut lantaran tingginya permintaan di tengah pemulihan ekonomi sejumlah negara dari dampak pandemi.
Bahan bakar alternatif
Ketua Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, CPO, yang merupakan bahan baku biodiesel, bahan bakar nabati, bisa menjadi solusi atas kelangkaan energi di sejumlah negara di dunia. Indonesia harus mampu menangkap peluang tersebut sekaligus dijadikan momentum untuk pemulihan ekonomi nasional.
Melonjaknya ekspor CPO asal Indonesia, yang sejalan dengan kenaikan harga CPO, diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit.
”Krisis energi yang terjadi di beberapa negara, energi terbarukan berbasis CPO bisa menjadi solusi atau alternatif. Ini akan menjadikan kelapa sawit sebagai industri yang signifikan di sektor energi terbarukan,” ucap Joko.
Terkait dengan pengembangan biodiesel sebagai bahan bakar nabati, menurut Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana, pemerintah masih konsisten mengembangkan solar B-30. Solar ini mengandung campuran biodiesel sebanyak 30 persen.