Perkuat UMKM Jatim, Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional
Sebagai penyumbang terbesar kedua, Jatim berperan signifikan memulihkan ekonomi Indonesia. Ikhtiar memperkuat pelaku usaha terus dilakukan, salah satunya mendorong pemasaran produk dalam negeri masuk pasar global.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebagai provinsi dengan kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan produk domestik bruto nasional, usaha mikro kecil dan menengah di Jawa Timur berperan signifikan memulihkan ekonomi Indonesia. Ikhtiar memperkuat pelaku usaha terus dilakukan, salah satunya dengan mendorong pemasaran produk dalam negeri masuk pasar global.
Dalam kerangka meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta memperluas pangsa pasar produk yang dihasilkan, Kamar Dagang dan Industri Jatim menggelar Inapro Expo 2021 di Grandcity, Surabaya. Pameran produk ekspor nonmigas ini tidak hanya memfasilitasi pelaku usaha Jatim, tetapi juga Indonesia bagian timur.
”Dengan adanya Inapro Expo, produk-produk Indonesia, terutama dari Jatim, bisa dilihat oleh dunia. Kerja sama pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lain, seperti perbankan, sangat penting dalam mendorong pemulihan ekonomi,” ujar Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, Jumat (26/11/2021).
Adik mengatakan, pihaknya menargetkan transaksi sebesar Rp 1,3 miliar dengan jumlah pengunjung 10.000 orang selama pameran berlangsung, yakni 25-28 November. Target tersebut meningkat dibandingkan dengan capaian pameran yang digelar tahun lalu sebesar Rp 1,235 miliar dengan jumlah pengunjung 5.000 orang.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Jatim dengan kontribusi mencapai 57,25 persen terhadap pembentukan PDRB (produk domestik regional bruto). Sementara itu, Jatim menjadi provinsi dengan skala ekonomi terbesar kedua ditingkat nasional setelah DKI Jakarta.
”Sebagai gambaran, sampai dengan triwulan ketiga 2021, kontribusi Jatim terhadap PDB nasional sebesar 14,54 persen. Adapun konstribusi pertumbuhan ekonomi Jatim terhadap konstelasi ekonomi regional di Pulau Jawa mencapai 25,33 persen,” kata Khofifah.
Dari sisi transaksi perdagangan luar negeri, Jatim masih mengalami defisit sebesar Rp 49 triliun. Namun, transaksi perdagangan dalam negeri mencatatkan surplus Rp 173 triliun. Hal ini merupakan peluang bagi Jatim untuk meningkatkan transaksi perdagangan ekspornya, terutama produk pelaku UMKM.
Kerja sama pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lain, seperti perbankan, sangat penting dalam mendorong pemulihan ekonomi.
Untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha dan memperluas segmen pasar produk mereka, berbagai daya telah dikerahkan, seperti membuka akses pasar dan mempermudah akses permodalan. Banyak instansi yang mendukung upaya Pemprov Jatim mengembangkan ekosistem UMKM, seperti perbankan, Kemendag, dan Kadin.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mengatakan, momentum keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 perlu terus dipertahankan agar ekonomi Indonesia bisa pulih lebih cepat. Menurut dia, Indonesia pada triwulan III tahun ini tumbuh 3,5 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu.
”Yang lebih membanggakan neraca perdagangan Indonesia selama 19 bulan terakhir terus menunjukkan tren surplus. Bahkan, pada Oktober 2021 surplus neraca perdagangan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan nilai sebesar 5,7 miliar dollar AS,” ucap Didi pada acara pembukaan pameran, Kamis (26/11/2021).
Dia menambahkan, secara kumulatif kinerja ekspor nasional Januari-Oktober 2021 tercatat 186,3 miliar dollar AS atau naik 41,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Apabila peningkatan ekspor tersebut konsisten hingga akhir tahun, Indonesia diprediksi mendapatkan transaksi terbesar pertama kali dalam sejarah RI. Ekspor tertinggi pernah terjadi pada 2011 dengan nilai 203 miliar dollar AS.
Kinerja ekspor
Tren positif ini tidak lepas dari peran signifikan seumlah pihak, terutama pelaku usaha dan pemerintah yang terus berupaya memperbaiki kinerja ekspor. Meski demikian, Indonesia harus tetap waspada terhadap tantangan perdagangan global yang semakin kompleks belakangan ini.
Tantangan itu, antara lain, ancaman krisis energi, krisis pangan, persaingan era digital, kenaikan harga komoditas, perubahan rantai pasok global, isu lingkungan, dan perubahan iklim. Menghadapi beragam tantangan tersebut, dan dalam upaya mendorong kinerja ekspor, Kemendag memiliki sejumlah strategi, antara lain memelihara pangsa pasar ke negara tradisional.
Selain itu, menjaga nilai ekspor produk utama sekaligus memanfaatkan peluang pasar di pasar nontradisional sebagai pasar ekspor alternatif, seperti Afrika, Timur Tengah, Eurasia, dan Amerika Latin, melalui kegiatan partisipasi aktif, pameran dagang, dan misi dagang. Mendorong pelaku usaha, melakukan ekspor ke negara-negara yang telah melakukan perjanjian dagang dengan Indonesia.
Saat ini Indonesia telah memiliki 23 perjanjian dagang yang meliputi PTA (Preferential Trade Agreement), FTA (Free Trade Agrement), dan Comprehensif Economic Partnership Agreement (CEPA). Pada tahun ini juga Kemendag telah menginisiasi perundingan perdagangan dengan Uni Emirat Arab dalam format CEPA yang perundingannya telah dilakukan pada 2 September lalu. Harapannya, perundingan CEPA bisa diselesaikan tahun depan.
Strategi lain, meningkatkan kapasitas eksportir UMKM melalui berbagai program, di antaranya penyelenggaraan pilot project export center Surabaya. Proyek ini merupakan wadah untuk memberikan pelayanan konsultasi, informasi, dan pendampingan bagi UMKM berioentasi ekspor.
Kemendag juga baru menyelenggarakan kegiatan tahunan Trade Expo Indonesia dalam format digital interaktif. Capaian transaksi hingga 4 November lalu sebesar 3,99 miliar dollar AS atau melampui target yang ditetapkan sebesar 1 miliar dollar AS. Kegiatan itu dihadiri 3.573 calon pembeli (buyer) dari 133 negara mitra dagang.