Ekspor dari Jawa Timur Bakal Melesat
Ekspor dari Jawa Timur diprediksi melesat seiring dengan mulai beroperasinya kawasan ekonomi khusus Gresik yang terintegrasi dan didukung kian gencarnya pengelola kawasan industri di provinsi ini memanjakan investor.

Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) kini terus berbenah dengan melengkapi berbagai sarana penunjang untuk memudahkan investor, baik lokal maupun asing, seperti Jumat (1/10/2021).
Kawasan Ekonomi Khusus Gresik diprediksi mendongkrak sektor industri Jawa Timur karena peluang rantai pasok ke pasar global kian terbuka. Hal itu didukung kemudahan, terutama fasilitas, lokasi strategis, dan insentif perpajakan yang diberikan oleh kawasan industri ini.
KEK Gresik ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2021 dengan kegiatan utama adalah industri smelter nikel dan baja, elektronika, petrokimia, dan energi. KEK Gresik atau Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) seluas 3.000 hektar (ha).
Luasan terdiri dari 1.761 ha kawasan industri, 400 ha kawasan pelabuhan, dan 800 ha kawasan residensial serta komersial pendukung. Hingga 2030, proyek pembangunan dan pengembangan KEK Gresik akan mampu menyerap hampir 200.000 tenaga kerja.
Direktur Utama PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera, pengelola JIIPE KEK Gresik, Bambang Soetiono Soedijanto, mengatakan, dalam lima tahun ke depan, proyek pembangunan bisa menyerap hingga 45.000 tenaga kerja.
Bambang mencontohkan, di salah satu tenant, yakni PT Freeport Indonesia, yang peletakan batu pertama smelternya dilakukan Presiden Joko Widodo pada 12 Oktober 2021, masa konstruksi kumulatif bisa melibatkan 40.000 tenaga kerja. Padahal, masih ada beberapa tenant atau industri penyewa lainnya yang bakal bergabung.

”Ini momentum bagi JIIPE untuk menangkap peluang guna menarik inverstor agar menanam modal di Indonesia. Juga penciptaan lapangan kerja, khususnya di Jawa Timur,” ujar Bambang di sela penyerahan PP KEK dan Surat Keputusan Penetapan Badan Usaha Pembangunan dan Pengelolaan (BUPP) KEK Gresik oleh Menteri Koordinator Perekonomian di kantornya, Selasa (12/10/2021).
Baca juga: Fasilitas Pembiayaan UMKM untuk Pacu Kinerja Ekspor di Jatim
Menurut dia, saat ini ada 15 tenant di KEK Gresik. Selain itu, lebih dari 10 perusahaan menyatakan berminat dengan lima perusahaan di antaranya diharapkan ada kepastian tahun ini. Perusahaan asing yang akan bergabung ke KEK Gresik, antara lain bergerak di bidang smelting nikel, pabrik baja, kaca, dan makanan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam Ground Breaking Smelter Freeport Indonesia mengatakan, keberadaan smelter di JIIPE KEK Gresik tidak hanya menguntungkan industri tambang dalam negeri, tetapi juga menekan angka pengangguran.

Melihat data Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran terbuka Jatim 2020 sebesar 5,84 dengan tingkat partisipasi angkatan kerja 70,33. Tingkat pengangguran terbuka tahun lalu itu naik dibandingkan dengan 2019 yang 3,82 dengan tingkat partisipasi angkatan kerja 69,61.
Semakin hari, kian banyak investor lokal dan asing memilih memindahkan pabriknya ke kawasan industri, itu juga memicu pertumbuhan kawasan industri di Jawa Timur. (Tony Hernanto)
Selain menyerap puluhan ribu tenaga kerja (saat pembangunan konstruksi), menurut Khofifah, mantan Menteri Sosial, bakal muncul industri-industri pendukung yang berkaitan dengan proyek smelter. Bagi pemerintah daerah, smelter akan meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB) secara signifikan.
Hal senada disampaikan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak. Dalam Bincang Kompas ”Kebangkitan Ekonomi Jatim di Tengah Pandemi”, Emil menyebut pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 yang saat ini melandai membuat rantai pasok global akan berubah. Banyak negara yang menyadari pentingnya diversifikasi rantai pasok atau tidak hanya bergantung kepada satu negara.
Baca juga: Mengungkit Ekonomi Jatim, Mendulang Devisa Negara
Kondisi ini, menurut Emil, mantan Bupati Trenggalek, menjadi peluang yang ingin diambil Jatim melalui investasi. Pemangku kepentingan di Jatim ingin menjadikan provinsi ini eksis sebagai bagian dari rantai pasok global.
”Investasi, seperti petrokimia di Tuban (kilang) dan smelter di (KEK) Gresik, akan menjadi langkah pertama Jatim sebagai rantai pasok yang strategis di tatanan global,” ujar Emil.

Ketahanan lokal
Jatim dengan 40 juta jiwa penduduk berpotensi menjadi destinasi investasi yang menarik karena ketahanan lokal marketnya yang tinggi. Strategi untuk kebangkitan ekonomi di Jatim adalah menjadikan sektor industri manufaktur, penyumbang sepertiga ekonomi Jatim atau yang terbesar, bisa berjalan dengan stabil. Industri tetap bisa beroperasi dalam situasi dan tekanan pandemi meskipun menghadapi kendala global, yakni bahan baku dan permintaan dari mancanegara yang terhambat.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan, keberadaan KEK Gresik memang diyakini akan mampu mendorong perekonomian regional dan kontribusinya terhadap nasional. Besar harapan pertumbuhan ekonomi Jatim yang sedang merangkak dalam masa pandemi bisa kembali melesat salah satunya dengan dorongan KEK Gresik.
Modal yang cukup baik untuk memacu aktivitas ekonomi karena situasi pandemi melandai. (Badri Munir Sukoco)
Pertumbuhan ekonomi Jatim pada 2016 mencapai 5,55 persen yang setahun kemudian turun menjadi 5,45 persen pada 2017. Penurunan kembali terjadi pada 2018, yakni tumbuh 5 persen. Namun, ekonomi Jatim membuat rebound pada 2019 dengan capaian 5,52 persen.
Baca juga: Jatim Bertekad Bangkit lewat Pemulihan Ekonomi
Namun, pandemi membuat ekonomi babak belur dan anjlok pada 2020 dengan kontraksi minus 2,39 persen. Setengah tahun ini, tanda-tanda kebangkitan mulai terlihat, dengan pertumbuhan 3,2 persen yang di atas nasional 3,1 persen.
”Proyek-proyek pembangunan yang sedang berjalan, termasuk di KEK Gresik, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Jatim kembali atau malah lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Jika itu tercapai, pemulihan ekonomi karena pandemi bisa lebih cepat,” kata Adik.

Presiden Joko Widodo melihat kondisi Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, dari ruang kendali pengangkat kontainer otomatis (ASC), Jumat (22/5). Terminal canggih dan ramah lingkungan yang dibangun PT Pelabuhan Indonesa III ini diresmikan Jokowi dan mulai membongkar muat kapal rute internasional. Jokowi sekaligus meresmikan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya yang memungkinkan kapal-kapal berukuran besar masuk ke wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Meski ekonomi regional sedang tumbuh, dalam catatan Kadin Jatim, belum mampu memperbaiki neraca perdagangan. Ekspor Jatim pada Januari-September 2021 senilai 16,58 miliar dollar AS. Dalam rentang waktu yang sama, impor Jatim senilai 19,34 miliar dollar AS. Artinya, ada defisit 2,76 miliar dollar AS. Defisit itu harus menjadi atensi karena mengganggu ketahanan ekonomi regional. Padahal, biasanya neraca perdagangan Jatim selalu surplus kecuali dalam masa pandemi.
Lihat juga: Jatim Bangkit Menuju Pasar Global” Digelar secara ”Hybrid”
Guru Besar Ekonomi dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, Badri Munir Sukoco, menambahkan, industri masih menjadi motor ekonomi Jatim dalam struktur PDRB 2021 semester pertama. PDRB atau kekuatan ekonomi setengah tahun ini senilai Rp 1.193,13 triliun dengan kontribusi sektor industri 30,56 persen. Selanjutnya adalah kontribusi sektor perdagangan yang 18,46 persen, pertanian (11,72 persen), dan 14 sektor lainnya (39,26 persen).
Dari kondisi itu, pengoptimalan industri salah satunya di KEK Gresik yang sedang pembangunan proyek smelter bisa diyakini linier dengan harapan perbaikan dan pertumbuhan ekonomi Jatim. Setelah beroperasi, produk KEK Gresik yang berorientasi ekspor jelas akan memperbaiki defisit neraca perdagangan yang sementara ini dialami oleh Jatim.
Alternatif pendekatan
Badri mengatakan, pemulihan dan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi perlu memahami perilaku masyarakat dan narasi-narasi yang bisa menjadi alternatif pendekatan. Secara umum, Indonesia, termasuk Jatim, berkarakter optimistis dengan masyarakat yang konsumtif. ”Modal yang cukup baik untuk memacu aktivitas ekonomi karena situasi pandemi melandai,” katanya.
Badri melanjutkan, sejumlah megaproyek yang sedang berlangsung dapat meningkatkan kepercayaan dunia bisnis terhadap Jatim. Artinya, berbisnis di Jatim aman dan nyaman meski saat ini secara global semua negara sedang memulihkan ekonominya. Jatim juga perlu mendorong konsumsi masyarakat terutama warga global dengan memacu produksi dan ekspor.

Salah satu dari beberapa kawasan industri di Jawa Timur adalah Kawasan Industri Gresik, Selasa (5/10/2021).
Wakil Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Wilayah Jawa Timur Tony Hernanto melihat kehadiran kawasan industri benar-benar memudahkan dunia usaha untuk mengembangkan industrinya. Alasannya dengan bergabung di kawasan industri, investor benar-benar bisa menggerakkan usahanya secara efisien dan efektif.
Lagi pula kawasan industri seperti KEK Gresik sejak awal direncanakan pembangunan dan pengembangannya secara terintegrasi dengan berbagai sarana logistik, seperti pelabuhan, jalan tol, dan rel kereta api.
Selama ini, menurut Tony, banyak faktor yang membuat investor enggan membuka pabrik di lokasi yang bukan berada dalam kawasan industri. Alasannya berbagai faktor atau kendala dalam mendirikan pabrik antara lain terkait penyediaan lahan dan kewajiban membangun berbagai fasilitas pendukung, termasuk jalan, menyediakan pembuangan limbah, serta mengurus perizinan dan logistik.
Baca juga: Cara Jatim Mengungkit Pemasaran Pelaku Usaha Kecil
”Selama ini yang menjadi momok bagi pemilik modal ketika hendak mendirikan pabrik di luar kawasan industri adalah penyediaan lahan, termasuk pembebasan tanah,” ujarnya. Apalagi terkait lahan saja bisa berlarut-larut, dan bahkan ada yang batal. Situasi akan berbeda ketika masuk di kawasan industri, yang semua sarana dan prasarana sudah siap.
Investor semakin tertarik masuk ke kawasan industri ketika melihat kawasan itu sudah menerapkan pola efektif dan efisien dalam mengembangkan usaha. Hal itu sudah banyak dilakukan pemilik modal yang berinvestasi di Jawa Timur.
”Semakin hari, kian banyak investor lokal dan asing memilih memindahkan pabriknya ke kawasan industri, itu juga memicu pertumbuhan kawasan industri di Jawa Timur,” katanya.

Bus yang ditumpangi Presiden Joko Widodo mengelilingi area kilang PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12/2019). Dengan menguasai saham 51 persen, Pertamina akan mengembangkan kawasan kilang TPPI menjadi kompleks petrokimia yang terintegerasi menghasilkan produk-produk aromatik dan olefin. Saat ini Industri petrokimia di Indonesia mempunyai nilai peluang hingga Rp 50 triliun per tahun.
Menurut Tony, yang pernah mengisi jajaran direksi di PT Surabaya Industri Real Estate (SIER), sekarang di Jatim ada 11 kawasan industri antara lain di Surabaya, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan. Pengelola kawasan industri terus berupaya memberikan kenyamanan bagi investor untuk menjalankan bisnis di kawasan industri tersebut.
Salah satunya menyinergikan antara satu unit usaha dan usaha lain yang saling terkait. ”Di kawasan industri, pelaku usaha lebih mudah merealisasikan hilirisasi industri,” ujarnya.