Surabaya Mencoba Berlari Memulihkan Ekonomi Terdampak Pandemi
Pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 masih menjadi fokus pemerintahan Eri Cahyadi-Armuji yang telah berjalan 10 bulan di Surabaya, Jawa Timur, di mana keberhasilan atau kegagalan berada dalam penilaian masyarakat.
Sepuluh bulan pemerintahan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji berjalan. Pemulihan ekonomi dalam masa pandemi Covid-19 masih menjadi roh kepemimpinan pasangan yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut.
Eri-Armuji dilantik pada Jumat (26/2/2021) di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur. Dengan meraih dukungan 597.540 suara sah, birokat-politikus ini menjungkalkan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno yang mengumpulkan 451.794 suara sah. Eri-Armuji melanjutkan kepemimpinan Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana (PDI-P).
Sejak Maret 2020 atau tahun terakhir kepemimpinan Risma-Whisnu, Surabaya turut diserang pandemi. Sebelum memimpin ”Bumi Pahlawan”, Eri menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya, sementara Armuji anggota DPRD Jatim. Posisi di Bappeko membuat Eri kerap disebut tangan kanan Risma yang kini menjadi Menteri Sosial.
Pandemi yang memukul semua sektor kehidupan secara global turut memengaruhi kebijakan Eri-Armuji ketika meneruskan estafet Risma-Whisnu. Seusai dilantik, Eri-Armuji memulai fokus pemulihan ekonomi yang morat-marit. Wajar dan bisa dimaklumi mengingat pertumbuhan ekonomi Jatim sepanjang 2020 minus 2,39 persen. Surabaya, ibu kota Jatim, yang berkontribusi lebih dari 50 persen ekonomi provinsi tentu juga ikut terkontraksi.
Bersamaan dengan awal pemerintahan Eri-Armuji, secara nasional, sudah sebulan dimulai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan vaksinasi. Selain itu, musim hujan yang membawa potensi bencana hidrometeorologi, terutama banjir, pohon tumbang, dan dampak angin, juga menambah persoalan yang harus dihadapi Eri-Armuji.
Baca juga : Surabaya Wajibkan Pegawai Tes Usap PCR
Dalam pengamatan Kompas, satu semester memerintah, Eri belum banyak mengubah kebijakan yang telah dijalankan Risma, termasuk dalam penanganan pandemi. Misalnya, mempertahankan kinerja pengetesan, pelacakan, dan penanganan atau (testing, tracing, treatment/3T) dan vaksinasi tetap prima.
Eri paham bahwa akumulasi kasus Covid-19 di Surabaya tertinggi se-Jatim, tetapi linier dengan kinerja 3T. Seratus hari Eri memimpin Surabaya atau awal Juni, kasus kumulatif tercatat 24.087 di mana kematian 1.373 orang. Sampel tes usap PCR yang diperiksa 753.497 sampel atau saat itu 45 persen dari seluruh sampel PCR se-Jatim yang 1,673 juta sampel.
Pelacakan masif
Kasus-kasus banyak terungkap karena pengetesan dan pelacakan yang massif. Namun, menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, semakin banyak kasus terungkap pada prinsipnya menggambarkan kondisi yang mendekati kenyataan. Windhu memuji Surabaya yang tidak cemas jika akumulasi kasus yang begitu tinggi berdampak pada penetapan status risiko daerah yang di sisi lain menghambat aktivitas sosial.
Juni itu Surabaya masih berada dalam status risiko sedang penularan atau zona oranye dan level 3 PPKM. Aktivitas sosial masih dibatasi cukup ketat, misalnya pembatasan jam operasional usaha dan belum dilaksanakannya persekolahan. Juni-Juli, secara nasional terjadi perburukan situasi pandemi terkait serangan varian baru, terutama Delta.
Di Jatim, kasus-kasus Covid-19 dari Delta terindikasi berasal dari Pulau Madura sehingga Surabaya sempat memberlakukan kebijakan penyekatan dan kewajiban tes usap antigen terhadap siapa pun yang melakukan perjalanan dari dan ke sana. Kebijakan itu bersifat sementara karena tidak didukung terutama oleh warga keturunan Madura meski tujuan Eri waktu itu menekan risiko penularan Delta di Surabaya.
Baca juga : Kolaborasi ”Surabaya Memanggil” Berpacu Atasi Pandemi
Selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya, di tengah situasi yang memburuk, Eri memastikan percepatan pengadaan rumah sakit darurat dan balai-balai perawatan pasien. Gedung milik publik, lembaga, RT/RW, kelurahan, bahkan perseorangan yang bisa dijadikan tempat perawatan pasien Covid-19 segera diubah untuk menangani ledakan pasien korban varian baru Delta. Program 3T, penegakan protokol, dan vaksinasi tetap digencarkan melalui kegiatan yang serentak atau massal.
Hasilnya mulai dirasakan ketika situasi pandemi melandai sejak Agustus atau September. Dalam konteks vaksinasi, Surabaya menjadi yang terdepan. Sampai Kamis (25/11/2021), dosis 1 dan dosis 2 atau vaksinasi komplet telah diberikan kepada 2,147 juta jiwa atau 96,8 persen dari target sasaran.
Bagaimana dalam situasi pandemi berangsur-angsur boleh ada kegiatan, tetapi menekan risiko perburukan kembali, yakni dengan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan (Windhu Purnomo).
Capaian yang tinggi turut memperlihatkan kepiawaian Eri-Armuji menjalin komunikasi dengan forum komunikasi pimpinan daerah, yakni TNI, Polri, kejaksaan, dan pengadilan. Secara khusus, Presiden Joko Widodo mendorong peran TNI/Polri melalui serbuan vaksinasi.
Surabaya juga membantu mengirimkan mobil-mobil dan tenaga kesehatan ke Sidoarjo dan Gresik serta Bangkalan agar daerah tetangga tidak tertinggal dalam capaian vaksinasi. Namun, kemajuan vaksinasi di suatu daerah juga dipengaruhi karakter masyarakatnya. Di Surabaya, kesadaran masyarakat untuk vaksin tinggi sehingga menunjang capaian yang mendekati optimal itu.
Ketika situasi pandemi berangsur melandai, Eri melonggarkan pengetatan aktivitas ekonomi, terutama sektor usaha mikro kecil (UMK). Pusat-pusat kuliner yang ”mati suri” dihidupkan lagi dan berangsur-angsur kembali didatangi masyarakat yang secara psikologis sudah kangen jajan. Konsumsi masyarakat mulai meningkat dan tergambar pada inflasi Juli (0,2 persen), Agustus (0,37 persen), deflasi September (0,13 persen), dan inflasi Oktober (0,2 persen).
Pusat belanja yang tutup atau waktu operasional dibatasi pukul 11.00-20.00 WIB telah kembali normal, yakni pukul 10.00-22.00 WIB. Tempat hiburan dan obyek wisata sudah mulai beroperasi, tetapi secara terbatas. Perkulineran malam yang sempat dibatasi ketat akhirnya berdenyut kembali. Meski berisiko, masyarakat Surabaya bisa dipercaya dapat menjaga diri dan diharapkan tetap disiplin protokol kesehatan.
Baca juga : Surabaya Disiapkan untuk Persekolahan Penuh
”Bersama-sama harus terus berusaha keras mengendalikan situasi pandemi agar tetap landai sehingga aktivitas sosial, terutama perekonomian, warga bisa terus berjalan untuk pemulihan,” kata Eri.
Menggerakkan ekonomi
Lihatlah, misalnya, Romansa Tunjungan yang diresmikan pada Senin (22/11/2021) malam. Kolaborasi Bank Indonesia Perwakilan Jatim dan Pemerintah Kota Surabaya itu bertujuan menggairahkan pariwisata, terutama ekonomi di Jalan Tunjungan, salah satu prasarana ikonik Surabaya. Sebelum pandemi, di ruas ini rutin diadakan kegiatan Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan, semacam pasar malam yang didominasi produk makanan-minuman UKM.
Kebun Binatang Surabaya, Pantai Kenjeran, bioskop, dan tempat karaoke sudah beroperasi dan bisa dinikmati kembali meski secara terbatas. Namun, beberapa taman kota belum dibuka. Kegiatan hari bebas kendaraan bermotor berangsur diadakan meski amat terbatas, yakni di Jalan Kembang Jepun. Berbagai pembatasan itu, sekali lagi, bertujuan menekan risiko penularan yang memperburuk situasi pandemi.
”Bagaimana dalam situasi pandemi berangsur-angsur boleh ada kegiatan, tetapi menekan risiko perburukan kembali, yakni dengan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan,” kata Windhu.
Baca juga : Jatim Antisipasi Lonjakan Kasus Masa Natal dan Tahun Baru
Di sektor pendidikan, terutama setelah Surabaya masuk level 1 PPKM, Eri tidak segera membuka lebar kegiatan persekolahan meski diperkenankan oleh regulasi. Eri berhati-hati agar pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) tidak menjadi sarana penularan Covid-19. Saran epidemiolog dan akademisi dipatuhi agar Surabaya tidak kembali ”dilumpuhkan” oleh perburukan situasi pandemi yang akan mempengaruhi ekonomi Jatim.
Untuk itu, hanya SD-SMP yang lolos asesmen dan persetujuan Satgas Penanganan Covid-19 yang boleh menggelar persekolahan. Cuma yang sudah vaksin dan terutama pelajar yang mendapat izin keluarga yang boleh bersekolah. Murid berusia di bawah 12 tahun yang belum vaksin menjalani kegiatan belajar-mengajar dari rumah dalam jaringan (online).
Sivitas yang bersekolah wajib mengikuti tes usap antigen atau PCR untuk pelacakan kasus-kasus Covid-19 yang tersembunyi. Kewajiban tes usap juga diberlakukan untuk pegawai pemerintah, swasta, dan aparatur untuk terus mengungkap kasus-kasus tersembunyi.
Di sektor transportasi, sejak akhir Agustus, beroperasi rute baru Suroboyo Bus, yakni Terminal Intermoda Joyoboyo-Jalan Mayjen Jono Soewojo. Layanan jaringan bus ini bertambah dari sebelumnya Purabaya-Rajawali, Purabaya-Tembaan, ITS-Unesa, dan Gunung Anyar-Kenjeran Park. Sistem pembayaran juga ditambah dari sebatas menukar sampah botol plastik ke pembayaran digital melalui QRIS dan tap kartu.
Saat ini, di Surabaya, belum diterapkan dan semoga tidak sampai diterapkan kebijakan penyekatan lalu lintas yang membatasi ketat mobilitas masyarakat. Eri-Armuji semoga tetap paham terus mempertahankan kinerja pengendalian pandemi agar situasi tetap landai. Dengan begitu, aktivitas sosial yang menjadi napas kehidupan masyarakat bisa terus berjalan meski harus berubah ke budaya baru, yakni memperhatikan protokol dan ada pembatasan.