Inovasi Tekfin Jadi Tulang Punggung Ekonomi Digital
Penetrasi serta perkembangan perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang pesat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan berbagai layanan keuangan digital.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
Berbagai layanan yang dihadirkan perusahaan teknologi finansial atau tekfin diklaim dapat menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi digital dalam negeri. Selain menopang ekonomi riil melalui penyaluran pembiayaan, tekfin juga punya peran penting dalam memperdalam pasar modal.
Ketua Dewan Pengawas Asosasi Fintech Indonesia (Aftech) sekaligus mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara mengatakan, penetrasi serta perkembangan perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang pesat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan berbagai layanan keuangan digital.
”Semua upaya para stakeholder dan shareholder dalam mendorong perkembangan tekfin nasional turut mendorong perkembangan sektor ekonomi digital dalam negeri,” ujar Rudiantara dalam virtual media workshop yang diselenggarakan Aftech, Jumat (19/11/2021).
Menurut dia, pertumbuhan industri tekfin yang pesat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya peningkatan investasi dan inovasi di industri tekfin, jumlah penduduk usia kerja yang tinggi, kelompok masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan masih tinggi, serta regulasi yang semakin kondusif.
”Penetrasi internet juga memberi pengaruh percepatan perkembangan tekfin di Indonesia. Kita tahu ada 200 juta lebih orang Indonesia punya akses internet sekarang,” ujarnya.
Varian layanan yang ditawarkan perusahaan tekfin saat ini telah sangat bervariasi. Semula tekfin hadir dengan layanan pembayaran digital dan pembiayaan daring. Namun saat ini, terdapat belasan model bisnis lainnya yang mencakup layanan urun dana, dan manajemen kekayaan (wealth management).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Agustus 2021, akumulasi penyaluran pembiayaan dari tekfin mencapai Rp 249 triliun kepada 68,41 juta penerima pembiayaan.
Sementara di segmen pasar modal, tekfin turut berperan meningkatkan minat masyarakat berinvestasi, khususnya generasi muda. Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), investor dari kalangan milenial dan generasi Z mendominasi jumlah investor di pasar modal pada tahun ini.
BEI mencatat, jumlah investor dengan usia di bawah 40 tahun mencapai 1,91 juta orang atau 78,4 persen dari total investor sekitar 2,4 juta orang pada Juni 2021. Sementara khusus investor berusia 18-25 tahun, jumahnya 375.000 atau 47,4 persen dari total investor baru pada 2021.
”Salah satu faktor yang menyebabkan jumlah investor naik signifikan adalah dukungan infrastruktur teknologi informasi dan kemudahan pembukaan rekening. Data menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen investor memiliki rekening di agen penjual tekfin,” kata Rudiantara.
Sebelumnya dalam acara Kompas100 CEO Forum yang berlangsung Kamis, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa Indonesia mempunyai potensi dan pasar yang besar dari ekonomi digital. Ini ditandai dengan jumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi yang mencapai 2.229 unit usaha.
Adapun potensi ekonomi digital sampai dengan 2025 mencapai Rp 1.760,80 triliun. Namun, agar potensi tersebut dapat tergali secara optimal, Presiden tetap mengingatkan bahwa Indonesia perlu membangun sumber daya manusia yang memahami ekonomi digital.
Tekfin memiliki peran penting mendorong pertumbuhan pasar modal karena memberikan kemudahan bagi calon investor. (Muhammad Hanif)
Co-founder dan Chief Business Development perusahaan tekfin penyedia layanan wealth management TanamDuit, Muhammad Hanif, menambahkan tekfin memiliki peran penting mendorong pertumbuhan pasar modal karena memberikan kemudahan bagi calon investor.
Kemudahan tersebut, antara lain, proses membuka rekening yang mudah tanpa harus datang ke bank sebagai agen penjual reksa dana dan surat berharga negara (SBN) atau ke perusahaan sekuritas. Prosesnya pun cukup mudah. Selain itu untuk membeli reksa dana melalui tekfin juga lebih terjangkau, yakni mulai dari Rp 10.000.
”Dengan adanya tekfin, pendaftaran investor di pasar modal bahkan tidak sampai satu hari. Imbasnya, untuk transaksi saham, jumlah transaksinya hingga akhir 2021 diperkirakan mencapai 9 juta transaksi jual-beli saham hanya melalui tekfin,” kata Hanif.
Literasi rendah
Namun, menurut Rudiantara, industri tekfin juga menghadapi sejumlah tantangan, antara lain rendahnya literasi keuangan, infrastruktur dasar, serta modal maupun sumber daya yang terbatas, terutama di daerah-daerah yang jauh dari ibu kota provinsi.
Ia juga menegaskan bahwa literasi keuangan harus ditingkatkan sehingga masyarakat sebagai pengguna menjadi lebih melek dan tidak terjerat dalam layanan pembiayaan daring (pinjaman online) ilegal.
”Kejadian yang paling ramai yang menjadi topik, bahkan Presiden pun memberi perhatian, adalah yang kaitannya dengan pinjaman online. Persepsinya juga menjadi kurang pas karena orang jadi melihat bahwa yang namanya tekfin cuma pinjaman saja,” ujarnya.
Chief of Legal and Compliance penyedia layanan pembayaran digital DANA, Dina Artarini, menilai peran untuk memperluas literasi atau pemahaman masyarakat terhadap layanan tekfin adalah tanggung jawab bersama antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat.
Sebagai otoritas, pemerintah harus mendorong perluasan jaringan internet di Indonesia. Sementara pelaku industri tidak boleh berhenti dalam melakukan inovasi serta peningkatan layanan. Adapun masyarakat perlu memanfaatkan kemudahan akses informasi untuk mengikuti perkembangan layanan tekfin yang begitu cepat.
”Penetrasi sistem pembayaran elektronik di daerah masih bisa ditingkatkan untuk lebih baik lagi. Memang ada beberapa faktor yang menjadi tantangan, salah satu yang paling utama adalah infrastruktur internet,” ujarnya.