Jadi Alternatif di Tengah Pandemi, Tekfin Makin Ekspansif
Di tengah segenap hambatan akibat pandemi Covid-19, peran teknologi finansial dinilai semakin diperlukan untuk menjangkau masyarakat lebih luas. Kemudahan dan daya jangkaunya mengatasi kendala yang terjadi.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi menjadi alternatif pembiayaan yang membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, industri ini terus berkembang yang ditandai dengan munculnya unit-unit usaha baru dan ekspansi usaha.
Perusahaan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi PT Finaccel Teknologi Indonesia (Kredivo), misalnya, mengumumkan ekspansinya ke Vietnam, akhir pekan lalu. Di Vietnam, Kredivo membentuk perusahaan patungan bersama Phoenix Holding dengan nama Kredivo Vietnam Joint Stock Company.
Sementara penyedia pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi khusus bagi pedagang grosir dan eceran tradisional, AwanTunai, menerima suntikan investasi 11,2 juta dollar AS dari sejumlah investor, antara lain BRI Ventures, OCBC NISP Ventura, Insignia Ventures, dan Global Brains. Bank OCBC NISP dan Accial Capital menyuntikkan 45 juta dollar AS ke AwanTunai sehingga total pendanaan yang diterima AwanTunai mencapai 56,2 juta dollar AS.
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, saat dihubungi pada Minggu (29/8/2021) di Jakarta berpendapat, dalam konteks pemulihan ekonomi karena pandemi Covid-19, keberadaan penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi menguntungkan. Mereka menjadi alternatif bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengakses pembiayaan.
Laporan studi ”E-Economy SEA 2020” yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan, pandemi Covid-19 mendorong lebih banyak warga beralih dan beradaptasi dengan teknologi digital. Pada tahun lalu, kata Yusuf, studi tersebut memperkirakan 40 juta orang baru pemakai teknologi digital/internet. Pada tahun 2025, proyeksinya ada peningkatan 32 persen jumlah kredit yang tercatat pada rekening peminjam atau outstanding loan.
”Kondisi itu selaras dengan yang terjadi di Indonesia, yaitu ada penambahan penyedia terdaftar/berizin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan di antara mereka ada yang sudah ekspansi ke regional (kawasan Asia Tenggara),” ujar Yusuf.
Ekspansi
Chief Operating Officer Kredivo Valery Crottaz mengatakan, Kredivo Vietnam Joint Stock Company menjalankan model bisnis yang sama dengan Kredivo di Indonesia, yaitu bayar kemudian (paylater). Guna melancarkan bisnis ini, Kredivo Vietnam Joint Stock Company bermitra dengan perusahaan pembiayaan bernama VietCredit Finance Joint Stock (VietCredit).
”Kami meluncurkan produk bayar secara bertahap, dimulai untuk melayani permintaan pembayaran tagihan kebutuhan sehari-hari, pinjaman pribadi, hingga pembayaran belanjaan di platform e-dagang pada triwulan IV-2021,” kata Valery.
Menurut dia, Phoenix Holding memiliki portofolio investasi ke perbankan, pembayaran, dan pinjam-meminjam. Contohnya, bank digital Timo, perusahaan pembayaran Moca, dan perusahaan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi Interloan.
”Vietnam merupakan pilihan ekspansi yang logis bagi kami karena penetrasi kartu kredit di negara itu masih rendah, tetapi memiliki potensi perkembangan pasar kelas menengah dan e-dagang yang pesat,” ujarnya.
Sementara itu, CEO AwanTunai Dino Setiawan menyatakan, pihaknya sedang membangun infrastruktur data untuk digitalisasi transaksi pembelian persediaan bagi debitur yang berlatar pedagang grosir dan eceran. Per Juni 2021, AwanTunai telah melayani 8.000 pedagang grosir dan eceran berskala mikro di kota kecil. ”Kami ingin membuka akses pembiayaan yang lebih luas bagi pedagang grosir dan eceran yang umumnya berskala mikro,” katanya.
CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menyampaikan, AwanTunai memiliki profil pengguna yang serupa dengan Bank BRI. Dengan adanya kemudahan akses meraih pembiayaan pedagang berskala mikro dan kecil, mereka bisa bertahan di tengah situasi sulit pandemi Covid-19.