Perdagangan dengan sistem elektronik atau e-dagang membuka peluang bagi pelaku sektor ritel untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan bisnis ketika perilaku konsumen bergeser di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi digital, bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sektor ritel, merupakan kebutuhan utama saat ini. Penyediaan layanan secara daring dan luring melengkapi upaya mengembangkan bisnis di tengah perubahan perilaku konsumen.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan, konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi tertinggi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yakni 53,09 persen, pada triwulan III-2021. Di sisi lain, ada pergeseran perilaku masyarakat yang semakin banyak memanfaatkan kanal e-dagang untuk berbelanja.
Perdagangan dengan sistem elektronik atau e-dagang menjadi peluang sekaligus tantangan yang harus dimanfaatkan peritel di Indonesia untuk mempertahankan dan meningkatkan bisnis di masa pandemi Covid-19.
”Transformasi digital perlu didorong sebagai salah satu cara mitigasi dampak pandemi,” ujarnya dalam konferensi pers pembukaan Hari Ritel Nasional 2021 secara daring, Rabu (10/11/2021).
Oke menambahkan, peran ekonomi digital diprediksi terus tumbuh dan berkontribusi besar terhadap PDB. Pada 2030, kontribusinya diperkirakan 18 persen atau meningkat 4,5 kali lipat dibandingkan dengan 2020 yang 4 persen.
Sejalan pelonggaran kegiatan masyarakat, kinerja penjualan eceran juga diprediksi membaik. Hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan kinerja penjualan eceran terkontraksi pada September 2021, yakni dengan indeks penjualan riil (IPR) 189,5 atau turun dibandingkan dengan Agustus 2021 sebesar 192,5. Namun, IPR Oktober 2021 tercatat 193 atau tumbuh 1,8 persen secara bulanan.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengemukakan, transformasi digital sektor ritel tidak terelakkan dan harus segera dilakukan. Tidak ada lagi dikotomi antara penjualan secara daring dan luring karena keduanya saling melengkapi. Anggota Aprindo yang terdiri dari 600 perusahaan ritel dengan 45.000 gerai toko saat ini sudah memiliki kanal pemasaran daring, sedangkan beberapa perusahaan e-dagang kini merambah bisnis luring.
”Sinergi dan kolaborasi layanan luring dan daring (O2O) akan bermuara pada kepuasan konsumen. Transformasi menjadi kata kunci untuk bisa melayani kebutuhan pokok dan sehari-hari konsumen,” ujarnya.
Roy menambahkan, pihaknya tengah bekerja sama dengan Microsoft Indonesia untuk mendorong digitalisasi sektor ritel dan UMKM melalui sejumlah program pendampingan dan pelatihan usaha. Kolaborasi untuk panduan akselerasi digital, antara lain, ditempuh melalui situs ritelmodernindonesia.com.
Azure Busniess Group Lead Microsoft Indonesia Fiki Setiyono mengemukakan, potensi industri ritel dan UMKM untuk bertransformasi menuju digital sangat besar. Pelaku ritel dan UMKM telah mulai memanfaatkan platform digital, antara lain menciptakan konten multimedia dalam pemasaran, berinteraksi dengan pelanggan, serta membangun dan menata ulang bisnis ritel sesuai tuntutan digital.
Potensi industri ritel dan UMKM untuk bertransformasi menuju digital sangat besar.
Data dari Digital Commerce 360, penjualan daring secara global mencapai 4,29 triliun dollar AS pada 2020 atau naik 24 persen dibandingkan dengan 2019. Tren yang sama berlangsung di Indonesia. Bank Indonesia memperkirakan total nilai transaksi e-dagang hingga akhir 2021 mencapai Rp 370 triliun atau tumbuh 39 persen dibandingkan dengan 2020.
”Penerapan teknologi digital tidak harus mahal dan sulit dioperasikan. Bisnis ritel dan UMKM bisa memilih sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi. Ini menjadi tugas kita bersama untuk memastikan peritel dan UMKM memiliki pengetahuan, keterampilan, dan akses yang sama ke teknologi digital,” kata Fiki.
Ketua Panitia Hari Ritel Nasional Ke-2 Tahun 2021 Setyadi Surya mengemukakan, kebangkitan sektor ritel harus ditopang dengan kemajuan sektor UMKM. Digitalisasi akan terus diperluas pada ritel dan UMKM melalui panduan, pendidikan, dan pelatihan.