Mendekati akhir tahun, Indeks Penjualan Riil yang menjadi indikator aktivitas penjualan eceran dalam negeri memotret mulai pulihnya konsumsi domestik yang ditopang oleh pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penjualan ritel barang rumah tangga mulai menunjukkan tren peningkatan di pengujung tahun 2021. Peningkatan ini ditopang oleh masyarakat kelompok ekonomi menengah atas yang semakin percaya diri untuk mulai berbelanja.
Dihubungi pada Rabu (10/11/2021), Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat, tren perbaikan penjualan ritel pada akhir tahun berkolerasi dengan pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat. Perbaikan penjualan ritel berpotensi terus berlanjut hingga akhir tahun 2021.
Peningkatan ini terutama terlihat di kelompok menengah atas yang cenderung percaya diri meningkatkan pembelian barang-barang rumah tangga, termasuk barang elektronik seperti TV, kulkas, dan peralatan rumah tangga lain yang menjadi segmen ekonomi menengah ke atas.
”Selain ditopang peningkatan kepercayaan masyarakat untuk berbelanja setelah pelonggaran mobilitas, peningkatan penjualan ritel juga didorong oleh momentum musiman Natal dan Tahun Baru,” kata Bhima.
Moncernya kinerja penjualan eceran terefleksi dalam pergerakan ekspansif Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Oktober 2021 hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada September 2021.
Tren perbaikan penjualan ritel pada akhir tahun berkolerasi dengan pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat. Perbaikan penjualan ritel berpotensi terus berlanjut hingga akhir tahun 2021.
Survei bulanan ini bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia melalui metode penghakiman sampel di 10 kota, yakni Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Purwokerto, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Denpasar.
IPR pada Oktober 2021 berada dalam fase ekspansif di level 193, meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan posisi September 2021 di level 189,5. Adapun IPR pada September 2021 menurun apabila dibandingkan dengan IPR Agustus 2021 di level 192,5.
Berdasarkan hasil survei BI, peningkatan penjualan eceran di pengujung tahun 2021 terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga, kelompok suku cadang dan aksesori, makanan dan minuman, serta tembakau.
Dalam keterangan tertulis, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, responden menyatakan kenaikan kinerja penjualan sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan masyarakat seiring pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas serta didukung kelancaran distribusi.
”Secara tahunan, penjualan eceran pada Oktober 2021 diperkirakan tumbuh 5,2 persen didorong peningkatan sejumlah kelompok, terutama kelompok perlengkapan rumah tangga,” kata Erwin.
Berdasarkan hasil survei BI, peningkatan penjualan eceran di pengujung tahun 2021 terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga, kelompok suku cadang dan aksesori, makanan dan minuman, serta tembakau.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2021 tercatat tumbuh 1,03 persen secara tahunan. Namun, catatan ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan II-2021 sebesar 5,96 persen secara tahunan.
Ketidakpastian
Meski menilai penjualan ritel berpotensi mencapai puncak tertingginya di sepanjang tahun, Bhima tetap mengingatkan masih ada tantangan yang berpotensi menahan laju pertumbuhan penjualan ritel, yakni ketidakpastian kebijakan pemerintah.
”Ketidakpastian kebijakan punya andil untuk menghambat konsumsi masyarakat. Contohnya, kebijakan pemberlakuan tes PCR untuk perjalanan udara yang sempat membuat bingung bisa menghambat keinginan masyarakat bepergian,” ujarnya.
Di samping itu, kenaikan harga jual akhir barang eceran akibat peningkatan biaya produksi ataupun hambatan distribusi pada akhir tahun berpotensi menahan laju konsumsi masyarakat. Dalam hal ini, intervensi pemerintah penting untuk memastikan lonjakan harga pada produk ritel tidak terjadi.
Pergerakan harga
Dalam Survei Penjualan Eceran BI edisi September 2021, dari sisi harga, responden memperkirakan tekanan inflasi pada Desember 2021 meningkat dan menurun pada Maret 2022. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2021 sebesar 128,4, lebih tinggi dari 124,8 untuk bulan November 2021. Responden menyatakan peningkatan didorong faktor musiman dan kenaikan harga bahan baku.
”Sementara itu, IEH Maret 2022 sebesar 128,3, lebih rendah dari 138,7 pada Februari 2022 didukung kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi,” ujar Erwin.
Sementara itu, ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Faisal Rachman, menilai, kendati IPR diproyeksikan meningkat, inflasi diprediksi masih terkendali mengingat sepanjang tahun berjalan tingkat inflasi masih berada di bawah target pemerintah. Rendahnya tingkat inflasi sejak awal Januari hingga Oktober 2021 disebabkan daya beli masyarakat yang belum menggeliat kendati pemerintah telah mengucurkan berbagai stimulus.
”Sampai saat ini inflasi masih terjaga sehingga secara nominal tingkat inflasi pada produk keuangan di Tanah Air relatif masih cukup menarik,” kata Faisal.