Kunjungan di pusat perbelanjaan terus bergeliat di tengah pelonggaran pembatasan pemberlakuan kegiatan masyarakat. Meski demikian, pusat perbelanjaan terus mengembangkan layanan daring.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat perbelanjaan terus bergeliat seiring tingkat kunjungan yang berangsur pulih. Kendati tingkat kunjungan mulai meningkat, pusat perbelanjaan terus menggarap digitalisasi.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Wijaya mengemukakan, pusat perbelanjaan menyambut baik berbagai tahapan pelonggaran yang ditetapkan oleh pemerintah. Mulai pekan ini, pusat perbelanjaan di Jabodetabek dapat beroperasi penuh dengan kapasitas maksimal 100 persen sampai dengan pukul 22.00.
”Berbagai pelonggaran yang telah diberlakukan diharapkan dapat segera mendorong perbaikan kondisi usaha sampai dengan akhir tahun nanti, setelah beberapa waktu sebelumnya dalam kondisi berat akibat penutupan operasional,” katanya saat dihubungi, Kamis (4/11/2021).
Alphonzus memperkirakan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan terus meningkat sampai dengan akhir tahun 2021. Tren kenaikan jumlah kunjungan akan mengerek tingkat rata-rata kunjungan tahun ini mencapai 60-70 persen dari kondisi normal sebelum pandemi. Pada tahun 2020, tingkat rata-rata kunjungan hanya mencapai 50 persen.
”Menjelang Natal dan Tahun Baru nanti, akan ada potensi cukup besar bagi pusat perbelanjaan untuk peningkatan kunjungan sehubungan pemerintah telah memutuskan membatasi mobilitas masyarakat bepergian keluar kota. Dengan demikian, diharapkan masyarakat berkunjung ke pusat perbelanjaan di kota masing-masing,” ujarnya.
Alphonzus menambahkan, meski tingkat kunjungan terus membaik, pusat perbelanjaan telah dan akan terus melakukan digitalisasi atas fitur ataupun aktivitas guna memperkuat kegiatan pusat perbelanjaan. Digitalisasi bukan saja terkait dengan pelanggan, melainkan juga untuk seluruh kegiatan, seperti marketing, promosi, publikasi, operasional, keuangan, administrasi, dan pemeliharaan.
”Proses digitalisasi ditujukan dan ditargetkan untuk memperkuat konsep layanan pusat perbelanjaan yang sejatinya off line,” katanya.
Sementara itu, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) terus memperkuat layanan luring dan daring (omni channel/O2O) melalui kolaborasi terbaru dengan HappyFresh mulai 5 November 2021. Kedua perusahaan memperluas jangkauan operasional mereka di Jawa Bali, Sumatera, dan Sulawesi untuk mencakup 39 toko virtual.
Kemitraan terbaru ini untuk memperluas produk makanan dan rumah tangga di HappyFresh, salah satu layanan grosir daring dengan kemitraan lebih dari 700 supermarket, hipermarket, dan toko grosir di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kerja sama ini memungkinkan MPPA menempatkan jaringan Hypermart, Foodmart, Primo, dan Hyfresh Toko lebih luas di toko virtual untuk pemenuhan kebutuhan makanan sehari-hari dan barang-barang rumah tangga.
”Kemitraan ini menandai tonggak sejarah untuk strategi O2O ke depan. Kami berharap dapat terus memperluas kemitraan kami dengan HappyFresh dengan lebih banyak fitur dan toko virtual di masa mendatang,” kata Chief Executive Officer MPPA, Elliot Dickson, dalam keterangan tertulis.
Managing DirectorHappyFresh, Filippo Candrini, mengemukakan, kemitraan dengan MPPA merupakan bagian dari komitmen HappyFresh untuk memberikan pengalaman belanja bahan makanan secara daring bagi pelanggan di Indonesia. Sepanjang tahun 2021, pihaknya telah memperluas jangkauan toko virtual ke Bali, Makassar, Medan, dan Semarang.
Secara terpisah, Head of Public Relation MPPA Ritel Fernando Repi mengemukakan, strategi O2O memberikan pilihan lebih banyak kepada pelanggan untuk belanja secara daring ataupun luring. Hingga saat ini, pihaknya telah bekerja sama dengan 7 platform e-dagang. Selama masa pandemi, penjualan lewat daring Hipermart meningkat signifikan dari 2-3 persen menjadi 12 persen terhadap total penjualan, dan hingga akhir tahun diprediksi bisa 15 persen.
”Layanan omni channel adalah keharusan karena memberikan semakin banyak pilihan kepada pelanggan. Penjualan secara daring akan melengkapi bisnis luring. Meski, tantangan di masa normal baru adalah membawa kembali orang pergi belanja ke toko atau secara luring,” kata Fernando.
Layanan omni channel adalah keharusan karena memberikan semakin banyak pilihan kepada pelanggan. Penjualan secara daring akan melengkapi bisnis luring. Meski, tantangan di masa normal baru adalah membawa kembali orang pergi belanja ke toko atau secara luring.
Laporan Cushman n Wakefield Marketbeat Reports Triwulan III (Juli-September) 2021 menunjukkan, pengembangan konsep O2O juga dilakukan oleh perusahaan e-dagang. Di antaranya, perusahaan layanan e-dagang JD.ID yang merambah bisnis O2O dengan pembukaan toko luring YOJI di pusat perbelanjaan Ashta District 8.
Director Strategic Consulting PT Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo mengemukakan, tingkat okupansi pusat perbelanjaan di Jakarta relatif stabil, yakni 76,5 persen atau turun 0,1 dibandingkan triwulan sebelumnya. Ini antara lain didukung peningkatan lalu lintas pengunjung seiring diizinkannya anak-anak di bawah usia 12 tahun untuk mengunjungi mal per akhir September 2021.
”Berbeda dengan pembatasan sosial skala besar pertama di awal pandemi yang menyebabkan jumlah permintaan ruang di pusat ritel di Jakarta menurun drastis, maka di triwulan III-2021 permintaan ruang di pusat ritel tidak berubah,” kata Arief.
Sejalan dengan membaiknya pusat perbelajaan, beberapa penyewa di pusat-pusat ritel besar yang tidak terlalu terdampak telah kembali ke sewa normal, sementara penyewa yang masih berjuang menghadapi dampak pandemi masih diberikan pengurangan biaya sewa atau penundaan pembayaran yang disepakati, tetapi dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. (LKT)