Pasar Eurasia Dioptimalkan, Transfer Teknologi Jadi Incaran
RI berupaya mengoptimalkan kerja sama perdagangan, investasi, dan transfer teknologi dengan kawasan Eurasia. Sementara BUMN Kluster Pangan memperkuat model bisnis ekspor produk perikanan.
Oleh
Hendriyo widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berupaya mengoptimalkan potensi pasar negara-negara yang tergabung dalam Uni Ekonomi Eurasia atau EAEU. Tujuannya tidak hanya meningkatkan ekspor, tetapi juga membuka peluang kerja sama transfer teknologi.
Indonesia berupaya merealisasikan hal itu dengan menyambangi Rusia pada 2-5 Juni 2021. Sejumlah pertemuan bilateral digelar dengan perwakilan EAEU yang beranggotakan Rusia, Armenia, Belarus, Kirgistan, dan Kazakhstan serta secara khusus dengan perwakilan Rusia.
Dalam pertemuan dengan Menteri Perdagangan dan Industri Rusia Denis Manturov, Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi menyampaikan keinginan Indonesia untuk memperkuat dan meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi. Indonesia juga berminat untuk berpartisipasi dalam INNOPROM Trade Fair dan Kazan Halal Expo 2021.
”Indonesia juga berupaya mengurangi hambatan akses kelapa sawit di Rusia,” kata Lutfi melalui siaran pers, Senin (7/6/2021).
Indonesia berupaya mengurangi hambatan akses kelapa sawit di Rusia.
Sama halnya dengan negara-negara di Eropa Barat, Rusia juga tengah membangun perekonomiannya menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Salah satu kebijakan yang diterapkan Rusia ialah meringankan Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Taxes/VAT) untuk minyak nabati selain minyak kelapa sawit mentah (CPO). CPO dikenai VAT sebesar 20 persen.
Sementara dalam pertemuan dengan Menteri yang Bertanggung Jawab atas Integrasi dan Makroekonomi Komisi Ekonomi Eurasia (EEC) Sergei Glazyev, Lutfi menawarkan produk ekspor unggulan Indonesia, yaitu CPO dan produk turunannya. Mekanismenya bisa dengan mendatangkan produknya secara langsung atau dengan membangun pabrik pengolahan untuk memproduksi produk CPO dan turunannya, seperti minyak goreng.
Indonesia juga berminat mengirimkan sumber daya manusia untuk belajar mengenai teknologi pengolahan gas dan pembangkit listrik. Hal ini dalam rangka penguatan SDM dan infrastruktur di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
”Kami tidak hanya memerlukan produk yang dikembangkan dengan teknologi tinggi, tetapi juga ingin mengembangkan produk-produk Indonesia bernilai tambah tinggi. Untuk itu kita perlu transfer pengetahuan dan teknologi,” kata Lutfi.
RI-EAEU juga sepakat untuk menyelesaikan rencana studi kelayakan pembuatan perjanjian perdagangan bebas (JFS FTA) pada September 2021. Indonesia berharap agar peluncuran pembentukan FTA ini digelar di Indonesia.
Kementerian Perdagangan mencatat, pada 2020, nilai total perdagangan Indonesia dengan Rusia sebesar 1,93 miliar dollar AS. Neraca perdagangan Indonesia masih surplus dari Rusia sebesar 10 juta dollar AS. Adapun nilai total perdagangan Indonesia dengan EAEU sebesar 2,25 miliar dollar AS. Dengan EAEU, neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar 350 juta dollar AS.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Rusia dan negara-negara EAEU lainnya antara lain CPO dan produk turunannya, kopra, karet alam, kopi, dan mentega kakao. Sementara impor Indonesia dari negara-negara tersebut adalah besi dan baja setengah jadi, batubara, pupuk non-organik atau kimia, dan perlengkapan peluncuran pesawat.
Negara anggota EAEU yang melakukan investasi di Indonesia pada 2020 hanya Rusia, yakni senilai 4,6 juta dollar AS untuk 206 proyek di sektor perhotelan dan restoran, perumahan, jasa lainnya, serta perdagangan dan reparasi.
Sementara itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membenahi kinerja dan mematangkan model bisnis holding atau induk perusahaan-perusahaan pelat merah. Salah satu model bisnis yang terus didorong untuk bertumbuh adalah ekspor.
Rencana penggabungan Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) dan PT Perikanan Nusantara (Persero) atau Perinus, misalnya, diarahkan untuk meningkatkan ekspor produk perikanan Indonesia. Langkah itu juga diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ekosistem nelayan serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Ke depan, model bisnis seperti ini akan dikembangkan holding BUMN Pangan. Kami akan menjadi offtaker bagi nelayan dan UMKM, sekaligus meningkatkan pasar ekspor.
Koordinator BUMN Kluster Pangan dan juga Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, penggabungan dilakukan untuk menyinergikan bisnis dan meningkatkan penjualan. Dalam proses penggabungan ini, Perindo dan Perinus berupaya menggenjot ekspor produk perikanan.
Potensi ekspor perikanan ini sangat besar. Pekan lalu, Perinus mengekspor gurita beku dari mitra-mitra nelayan di Makassar senilai Rp 1,03 miliar. Adapun Perindo mengekspor ikan kembung ke Thailand senilai total Rp 4,59 miliar.
”Ke depan, model bisnis seperti ini akan dikembangkan holding BUMN Pangan. Kami akan menjadi offtaker bagi nelayan dan UMKM, sekaligus meningkatkan pasar ekspor,” kata Arief dalam siaran pers, Minggu (6/6/2021).
Arief menambahkan, BUMN Kluster Pangan, terutama yang bergerak di sektor perikanan, juga berkomitmen mendukung program Lumbung Ikan Nasional yang dicanangkan pemerintah. Salah satunya nanti di wilayah Ambon, Bacan, Bitung, Gorontalo, dan Sorong.