Bisnis beras komersial berdampak signifikan pada arus kas perusahaan, salah satunya karena kestabilan permintaan pasar.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah badan usaha milik negara yang bergerak di sektor pangan tengah menjajaki pasar beras komersial dengan kualitas premium. Langkah ini dapat menyokong arus keuangan perusahaan-perusahaan pelat merah tersebut.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras menyebutkan, beras premium memiliki spesifikasi derajat sosoh minimal 95 persen serta kadar air dan butir patah masing-masing maksimal 14 persen dan 15 persen. Harga eceran tertinggi beras ini berkisar Rp 12.800-Rp 13.600 per kilogram (kg).
Harga beras premium cenderung stabil. Pergerakan itu ditunjukkan oleh data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis yang mencatatkan rata-rata nasional harga beras premium di tingkat konsumen pada awal Mei 2021 berkisar Rp 12.700-Rp 13.050 per kg. Adapun harga pada Rabu (19/5/2021) sebesar Rp 12.650-Rp 13.100 per kg.
Produk beras premium yang dihasilkan perusahaan mulai masuk ke pasar modern dan kanal e-dagang pada tahun ini.
Direktur Utama PT Sang Hyang Sri (Persero) Karyawan Gunarso mengatakan, stok beras premium yang dikelola perusahaan saat ini sebanyak 16.460 ton. ”Jumlahnya masih sedikit karena dalam tahap pengembangan bisnis. Penjajakan beras dan gabah merupakan langkah restrukturisasi bisnis kami demi arus kas,” katanya dalam rapat bersama Komisi IV DPR yang disiarkan langsung, Rabu.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertani (Persero) Maryono mengatakan, produk beras premium yang dihasilkan perusahaan mulai masuk ke pasar modern dan kanal e-dagang pada tahun ini. Dia optimistis beras premium yang diproduksi dapat berdaya saing karena perusahaan berhasil menaikkan rendemen dari 47 persen ke 52 persen sejak awal 2021. Dampaknya, harga pokok produksi menyusut dari Rp 11.000 per kg menjadi Rp 10.000 per kg. Langkah ini juga diambil untuk mengoptimalkan kapasitas produksi perusahaan yang mencapai 200.000 ton beras per tahun.
Hingga Selasa, penjualan beras premium perusahaan sejak awal 2021 telah mencapai 6.554 ton. Sebelumnya, korporasi hanya melayani penjualan ke hotel, restoran, dan perusahaan katering. Adapun jumlah penjualan beras premium sepanjang tahun lalu mencapai 28.265 ton.
Selain itu, Maryono menambahkan, korporasi juga ikut serta membeli gabah di tingkat petani pada saat harganya anjlok karena panen raya 2021. Hingga saat ini, jumlah gabah yang diserap sebanyak 41.312 ton dengan harga komersial Rp 4.300-Rp 4.900 per kg. Kualitas gabah yang diserap juga mesti memenuhi standar perusahaan.
Lini bisnis beras komersial perusahaan memberikan untung. Akan tetapi, keuntungan tersebut tergerus demi menyokong keuangan di sisi penugasan pelayanan masyarakat (PSO).
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyebutkan, lini bisnis beras komersial perusahaan memberikan untung. Akan tetapi, keuntungan tersebut tergerus demi menyokong keuangan di sisi penugasan pelayanan masyarakat (PSO), yakni pengadaan cadangan beras pemerintah. Stok beras komersial yang berada di gudang Bulog mencapai 17.329 ton.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menambahkan, perputaran beras komersial lebih cepat dibandingkan dengan PSO. Stok PSO biasanya mengalami masa penyimpanan. ”Kanal penjualan beras komersial juga lebih beragam, seperti e-dagang atau kemitraan (dengan distributor lewat Rumah Pangan Kita, jaringan distribusi Bulog),” katanya saat dihubungi.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, bisnis beras komersial berdampak signifikan pada arus kas perusahaan. ”Hal ini mengingat harga jual yang lebih tinggi dan ada pasar tertentu yang dapat disasar. Kebutuhan dan permintaannya pun jelas,” katanya.
Meskipun demikian, Tauhid menggarisbawahi, pasar beras komersial masih dikuasai swasta. Apabila ingin berdaya saing, BUMN pangan mesti menguatkan jaringan distribusi dan rantai pasok guna menopang penetrasi pasar.
Khusus untuk Bulog, ia menilai, fungsi perusahaan mesti diperjelas, antara menstabilkan harga pangan atau menghasilkan laba. Keuntungan dari lini bisnis komersial Bulog dapat terimpit lantaran adanya fungsi PSO untuk menstabilkan harga beras, baik di tingkat petani maupun konsumen.