Permintaan terhadap hunian vertikal, baik kondonium maupun apartemen servis dan apartemen khusus sewa, belum pulih. Sementara pembangunan baru tetap berlangsung cenderung memperbesar pasokan yang sudah ada.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan terhadap hunian vertikal belum sepenuhnya pulih dari kondisi pandemi Covid-19. Sementara penambahan pembangunan hunian vertikal baru tetap terjadi meskipun tidak signifikan.
Berdasarkan laporan riset ”Marketbeat Kondominium, Apartemen Sewa, dan Industrial” yang dirilis Cushman & Wakefield, Kamis (6/5/2021), untuk kategori kondominium, perilisan proyek baru masih tergolong sedikit pada triwulan I-2021. Sebagai gambaran, terdapat 6.192 unit kondominium dari enam proyek yang menyelesaikan proses konstruksi pada kuartal pertama 2021 sehingga menambah total pasokan unit yang ada menjadi 321.649 unit.
Kemudian, hanya terdapat dua proyek yang dirilis pada kuartal pertama 2021, yakni Savyavasa (Tower 1- 3) dan The Veranda (Jimbaran). Kedua proyek ini termasuk dalam segmen kelas atas kondominium di Jakarta Selatan.
Sementara dari sisi permintaan, Cushman & Wakefield mendata, baru 228 unit terserap oleh pasar pada triwulan pertama 2021 atau turun 94 persen dibanding setahun sebelumnya. Tingkat penjualan berada di 93,4 persen, naik 0,4 persen dibanding triwulan IV-2020. Sementara tingkat pra-penjualan turun 0,5 persen pada triwulan IV-2020 ke triwulan I-2021 menjadi 61,2 persen.
Meski beberapa orang mulai tertarik membeli unit, terjadi banyak pembatalan transaksi. Relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari pemerintah diikuti oleh stok yang rendah. Karena itu, Cushman & Wakefield memprediksi tingkat penjualan secara umum baru akan naik pada akhir 2021.
Untuk kategori apartemen sewa, pada triwulan I-2021, laporan itu menyebutkan tidak ada pasokan baru dari subkategori apartemen servis. Beberapa proyek apartemen servis yang masih dalam proses konstruksi harus ditunda pengerjaannya sebagai dampak pandemi Covid-19. Sebagai ilustrasi, terdapat lima proyek apartemen servis dengan jumlah 832 unit diperkirakan baru masuk pasar pada akhir tahun 2021.
Adapun dari sisi aspek permintaan, permintaan terhadap subsektor apartemen servis masih tergolong stabil pada triwulan I-2021. Tingkat hunian mencapai 47,5 persen, naik 0,1 persen dibanding triwulan sebelumnya. Cushman & Wakefield memprediksi, jika pembukaan aktivitas bisnis di Jakarta terus berlangsung, tingkat hunian apartemen servis berpotensi naik karena ada peluang dipakai melayani warga lokal untuk staycation.
Terkait permintaan baru pada subsektor apartemen khusus sewa, laporan Cushman & Wakefield menyebutkan, tingkat permintaan masih rendah, salah satunya karena dipengaruhi pembatasan perjalanan selama triwulan I-2021. Beberapa ekspatriat yang ada di Indonesia memilih memperpanjang kontrak mereka dengan jangka waktu lebih panjang. Ini didukung oleh perusahaan mereka yang memperpanjang masa kerja di Indonesia. Pembaruan kontrak sewa berkontribusi terhadap tingkat hunian apartemen khusus sewa menjadi 59,8 persen pada triwulan I-2021.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia Gede Widiade saat dihubungi Jumat (7/5/2021), di Jakarta, mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, pasokan hunian vertikal dan daya beli masyarakat masih bagus. Pembangunan hunian vertikal juga bergairah, dalam artian meningkat dan pengerjaan lancar.
Sementara pada saat pandemi Covid-19 terjadi, dia menjelaskan, daya beli masyarakat terhadap hunian vertikal menurun drastis. Pembangunan baru tetap berjalan meskipun secara jumlah relatif sedikit dibanding sebelum pandemi Covid-19.
”Sisa pasokan hunian vertikal sebelum pandemi Covid-19 banyak, lalu mendapat tambahan baru hasil pembangunan saat pandemi. Meski pemerintah mempunyai sejumlah kebijakan insentif, vaksinasi Covid-19, dan program pemulihan ekonomi, prioritas masyarakat sampai sekarang (triwulan I-2021) bukan pada properti. Apalagi, pembelian hunian vertikal,” tutur Gede.
Direktur Ciputra Development Harun Hajadi saat dihubungi terpisah berpendapat, laporan yang dirilis oleh Cushman & Wakefield tersebut telah cukup menggambarkan kondisi sesungguhnya. Secara umum, hunian vertikal masih mengalami kelebihan pasokan.
”Minimal dua tahun lagi penyerapan pasokan hunian vertikal pulih,” katanya.
Sebelumnya, pada Maret 2021, Kementerian Keuangan telah mengumumkan relaksasi 100 persen PPN untuk pembelian rumah dengan harga jual maksimal Rp 2 miliar yang berlaku Maret-Agustus 2021.
Menurut Harun, insentif seperti itu sebenarnya bisa memperbaiki pasar hunian vertikal secara keseluruhan. Namun, masalahnya adalah hunian vertikal secara umum mengalami kelebihan pasokan.
”Kalaupun ada penyerapan baru, itu pun amat terbatas,” kata Harun.