Konsumsi masyarakat saat Ramadhan cenderung naik. Hal ini peluang bagus bagi para pengusaha dan harus dipersiapkan dengan baik.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski pandemi Covid-19 masih belum teratasi, tren belanja masyarakat cenderung tetap meningkat selama bulan Ramadhan. Hal ini menjadi momentum bagi banyak pelaku usaha kecil dan menengah untuk mengoptimalkan penjualan dan memperoleh untung. Persiapan matang pun perlu dilakukan.
Kepala Kebijakan Publik dan Pemerintah Shopee Indonesia Radityo Triatmojo mengatakan, ada beberapa kategori produk yang menarik minat konsumen, di antaranya makanan dan parsel, busana, serta produk kecantikan dan perawatan diri.
”Minat konsumen terhadap makanan dan parsel meningkat pada Ramadhan. Ini peluang baik bagi para penjual. Misalnya, untuk sahur, penjual bisa menyiapkan produk makanan beku yang praktis buat pembeli,” kata Radityo pada pertemuan virtual, Rabu (28/4/2021).
Selain itu, ia juga menganjurkan para pedagang memetakan kebutuhan konsumen dan memprediksi tren produk. Selanjutnya, pedagang perlu memastikan stok barang yang akan dijual tersedia. Sebab, transaksi saat Ramadhan cenderung tinggi.
Co-founder Benang Jarum Allyssa Hawadi mengatakan, jenama busananya telah mempersiapkan penjualan Ramadhan kali ini sejak tahun lalu. Koleksi Ramadhan sudah melalui proses riset dan pengembangan dari tim internal. Stok busana pun sudah disiapkan.
Minat konsumen terhadap makanan dan parsel meningkat di bulan Ramadhan. Ini peluang baik bagi para penjual. Misalnya, untuk sahur, penjual bisa menyiapkan produk makanan beku yang praktis buat pembeli.
Busana tersebut dibuat dengan membaca tren mode. Allyssa berujar, pihaknya berlangganan suatu situs yang dapat menjabarkan perkembangan mode dari waktu ke waktu. Busana bermotif diperkirakan bakal populer. Agar jadi pembeda, ia membuat busana dengan aksen bordir dan renda.
Allyssa turut mempelajari perilaku belanja konsumen. Hasilnya, konsumen perempuan cenderung mencari baju Lebaran sejak sebulan sebelum hari raya. Hal itu dijadikan landasan untuk merilis koleksi Ramadhan sejak pekan lalu.
Ia mengatakan, ada peningkatan transaksi menjelang Lebaran. Hal ini dinilai berkaitan dengan pos anggaran publik yang tidak jadi dibelanjakan karena larangan bepergian dari pemerintah. Anggaran itu kemudian dialihkan untuk belanja keperluan Ramadhan, salah satunya busana.
”Itu yang saya pelajari dari konsumen. Mulanya kami juga tidak menyangka (akan ada kenaikan transaksi),” kata Allyssa.
Agar produk semakin menarik di mata konsumen, Allyssa menganjurkan agar pengusaha konsisten mempromosikan produknya, misalnya di media sosial. Konten harus dikemas dengan baik dan rapi, kemudian diunggah setiap hari agar konsumen akrab dengan produk yang dijual.
Persiapan untuk mengantisipasi lonjakan transaksi saat Ramadhan juga dilakukan pemilik usaha makanan Okesnack, Azwardi. Selain memastikan pasokan barang memadai, ia juga memastikan kebersihan produk dan kesehatan anggota tim yang membantunya.
Adapun permintaan sejumlah produk, seperti kacang dan parsel, selama Ramadhan cenderung tinggi dari tahun ke tahun. Pola ini dimanfaatkan Azwardi untuk menghitung stok produk yang perlu disiapkan.
”Ada lonjakan (permintaan) yang cukup besar (tahun ini),” ujar Azwardi. ”Kami sudah bisa memprediksi karena ada (pola) setiap tahun,” tambahnya.
Untuk semakin menarik minat konsumen, Azwardi menawarkan potongan harga untuk produk-produk yang ia jual. Ia juga mengikuti event belanja musiman Ramadan Big Sale dari Shopee. Dengan ini, konsumen bisa mendapat promo berupa uang kembali (cashback) dan gratis ongkos kirim saat berbelanja.
Tingkatkan belanja masyarakat
Di sisi lain, pemerintah berencana menggenjot belanja masyarakat di masa Ramadhan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meminta perusahaan membayar tunjangan hari raya (THR) secara penuh, tidak boleh ditunda dan dicicil. Pemberian THR maksimal seminggu sebelum Lebaran.
Pemerintah juga mempertimbangkan subsidi ongkos kirim (ongkir) dari belanja daring. Menurut catatan Kompas, pemerintah sedang menyiapkan skemanya. Dialog dengan penyedia e-dagang hingga pengelola mal atau pasar pun dilakukan.
”Kami akan lihat mana ongkir yang ditanggung pemerintah, mana yang ditanggung platform. Kami akan umumkan kepada publik langkah-langkah apa yang nanti dilakukan,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Kompas, 24/4/2021).