logo Kompas.id
EkonomiCandu Impor Pangan
Iklan

Candu Impor Pangan

Disparitas harga pangan di pasar internasional dan dalam negeri memang memberi insentif ekonomi untuk importasi. Sayangnya, sumber inefisiensi produk pangan dalam negeri belum diselesaikan secara tuntas akar masalahnya.

Oleh
Enny Sri Hartati
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2iDvYolr7RwmStw69lq66Gx4nYM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F8c17c047-ba81-4587-8758-5a10022bd6e9_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Proses bongkar muat gula mentah asal Filipina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (18/2/2020).

Dalam era keterbukaan ekonomi, impor barang ataupun jasa tentu merupakan suatu yang lumrah, bahkan sebuah keniscayaan. Pasalnya, kerja sama perdagangan tidak mungkin terjadi jika tidak ada hubungan timbal balik atau resiprokal. Pendek kata, tidak ada satu negara pun yang membuka ekonominya dengan mengekspor, tanpa melakukan impor. Apalagi, di tengah perdagangan bebas ketika hambatan perdagangan utamanya, baik tarif bea masuk maupun bea keluar, ditiadakan.

Hampir semua negara berlomba mengejar efisiensi dengan fokus spesialisasi pada produk yang memiliki daya saing tinggi. Apalagi, teknologi dan jaringan produksi global (global supply chain) semakin merebak dan maju. Demi mengejar efisiensi, sebuah produk tak lagi mengejar brand satu negara, tetapi gabungan komponen produk dari berbagai negara.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000